Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jejak Jaka Tingkir dan Bongkahan Kayu Berusia Ratusan Tahun di Sragen

Jejak Jaka Tingkir dan Bongkahan Kayu Berusia Ratusan Tahun di Sragen kayu diyakini perahu milik jaka tingkir. ©2020 Merdeka.com/liputan6.com

Merdeka.com - Bongkahan kayu keropos dan tak berbentuk, membujur sepanjang empat meter di sebuah rumah-rumahan permanen beratap asbes di Punden Domba. Bongkahan kayu yang diduga perahu Joko Tingkir terletak di perbatasan RT 015 dan RT 014, Dukuh Butuh, Desa Karangudi, Kecamatan Ngrampal, Sragen.

Kayu itu diyakini masyarakat setempat berumur ratusan tahun. Karena kayu itu merupakan sisa perahu atau gethek yang pernah dinaiki Joko Tingkir. Perahu itu didorong sekawanan buaya saat melintas di Bengawan Solo pada awal abad XVI.

Perahu tersebut ditempatkan di dekat pohon kesambi yang umurnya lebih tua daripada umur gethek tersebut. Lingkungan sekitar pohon kesambi itu disebut Punden Domba.

Di sebelah timur punden itu terdapat sendang tetapi dibuat seperti sumur yang dikenal dengan nama Sendang Klampok karena dulu ada pohon klampok, yakni seperti sejenis jambu air. Kini, pohon klampok itu tiada dan tergantikan dengan pohon beringin.

"Dulu pernah ada banjir karena luapan Bengawan Solo. Perahu itu bisa berjalan sendiri sampai Dukuh Jaten (masih wilayah Karangudi) dan saat menjelang surut, perahu itu kembali lagi ke lokasi sekarang," ujar Suwarno, 60, warga RT 015, Dukuh Butuh, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (16/10), dikutip dari liputan6.com.

Cerita itu dibenarkan sesepuh Dukuh Butuh, Mbah Naryo, 74, saat ditemui secara terpisah. Mbah Naryo yang tinggal di RT 014, Butuh, itu pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri peristiwa perahu Jaka Tingkir yang berjalan sendiri saat masih kecil dan masih berbentuk perahu yang panjangnya sampai 15 meter.

"Dulu ada rantai yang terbuat dari emas dan cadiknya. Sekarang rantai dan cadik itu sudah menghilang menjadi gaib. Cerita dari simbah-simbah dulu, Kiai Karebet (Jaka Tingkir) menaiki perahu itu muter-muter dan akhirnya tiba di dukuh ini bisa menemukan apa yang dibutuhkan sehingga diberi nama Dukuh Butuh. Tempat muter-muter itu jadi Dukuh Nguter," kata Mbah Naryo.

Mbah Naryo mencatat Dukuh Butuh yang ada di Sragen berkaitan dengan petilasan Jaka Tingkir. Ia mencatat ada empat dukuh dengan nama Butuh, yakni Butuh di Banaran Sambungmacan, Butuh di Wedi, Jenar, Butuh Karangudi Ngrampal, dan Butuh di Gedongan, Plupuh.

Mbah Naryo tak mengetahui asal muasal perahu Jaka Tingkir itu. Ia menduga perahu itu dibuat dari berbagai jenis kayu dan disabda jadi perahu.

Cerita Jaka Tingkir

Seorang pemerhati sejarah yang tinggal di Dukuh Butuh, Banaran, Sambungmacan, Priyanto (55), mencatat, ada tujuh nama Butuh di wilayah Sragen dan Ngawi yang semuanya berkaitan dengan perjalanan Jaka Tingkir.

Tercatat ada lima Butuh di Sragen, yakni Plupuh, Karangudi Ngrampal, dekat Cemeng Sambungmacan, Jenar, dan Banaran Sambungmacan. Dua nama Butuh lainnya ada di Karanganyar, Ngawi, dan Widodaren.

"Perahu itu dibuat Ki Ageng Banyu Biru yang masih bersaudara dengan Ki Ageng Pengging atau ayahnya Jaka Tingkir. Setelah geger di Keraton Pengging, Jaka Tingkir yang masih timur diungsikan oleh Ki Ageng Tingkir di Dukuh Karebet (Masaran) dan diasuh oleh seorang mbok randa (janda). Di dukuh itulah, Jaka Tingkir dikenal dengan nama Mas Karebet. Setelah dewasa, Mas Karebet menanyakan ayah dan ibunya. Oleh janda itu diberitahu supaya mencari Ki Ageng Banyu Biru arahnya ke timur laut," ujarnya.

Dalam pencariannya, Jaka Tingkir bertemu dengan Ki Ageng Banyu Biru yang sudah menyiapkan perahu di sebuah embung. Perahu itu terus berputar-putar hingga datang calon pemiliknya yang tidak lain Jaka Tingkir.

Priyanto melanjutkan setelah memberi bekal ilmu kepada Jaka Tingkir, Ki Ageng Banyu Biru memintanya mencari kedua orang tuanya dan turun pertama di perairan Bengawan Solo. Wilayah itu kini dikenal sebagai Kedung Tingkir, lokasinya di sekitar Ngrejeng, Sambungmacan.

Dari lokasi itu, Jaka Tingkir bergerak ke timur dan berhenti di Butuh wilayah Jenar, kemudian berhenti di Butuh Banaran. Saat di Butuh Banaran itulah, Jaka Tingkir bertemu ibunya, Nyi Ageng Pengging.

Makam Nyi Ageng Pengging masih ditemukan di Butuh, Banaran. Oleh ibunya, Jaka Tingkir supaya belajar kepada sosok syekh yang menjadi guru para wali yang dikenal dengan nama Syekh Iman Sampura.

"Saat itulah, Jaka Tingkir diarahkan untuk mencari Sunan Kalijaga di alas Ketangga. Jaka Tingkir pun kembali menaiki perahu menuju ke Butuh Karanganyar, Ngawi, kemudian berhenti di Dukuh Butuh wilayah Payak, Widodaren, Ngawi. Jaka Tingkir berjalan darat menuju alas Ketangga. Di alas itulah, Jaka Tingkir bertemu Sunan Kalijaga dan Brawijaya V (Raja Majapahit). Jaka Tingkir ini masih keturunan Brawijaya V. Di tempat itu, Jaka Tingkir menerima wahyu raja," terangnya.

Setelah dari situlah, Jaka Tingkir melanjutkan perjalanan mencari ayahnya, Kebo Kenanga. Saat hendak mengambil perahu, ada raja buaya yang mengadang yang bernama Raja Puan atau dikenal dengan nama Baureksa.

Jaka Tingkir bertarung melawan buaya itu dan akhirnya bisa menang. Raja buaya itu ingat dengan pesan Brawijaya V sebelum mengutuknya jadi buaya.

"Kalau ingin menjadi manusia kembali, Raja Puan harus membantu pemuda yang bernama Tingkir. Akhirnya Jaka Tingkir menaiki perahu dengan melawan arus Bengawan Solo menuju barat. Saat itulah perahu Jaka Tingkir didorong oleh sekawanan buaya anak buah Raja Puan. Hingga sampai di Butuh Gedongan bertemu Ki Ageng Pengging," terang Priyanto.

Sumber: Liputan6.com

(mdk/rnd)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kakek Ini Jualan Sapu Lidi Tapi Tak Laku, Tubuh Gemetar Minta Dagangannya Ditukar dengan Sebungkus Nasi

Kakek Ini Jualan Sapu Lidi Tapi Tak Laku, Tubuh Gemetar Minta Dagangannya Ditukar dengan Sebungkus Nasi

Saat menerima nasi bungkus, kakek ini sengaja tak menghabiskan sayur dan lauknya lantaran untuk sang istri di rumah.

Baca Selengkapnya
Tabrakan dengan KA Lokal Bandung, Begini Sejarah Kereta Turangga Namanya dari Hewan Tunggangan Bangsawan

Tabrakan dengan KA Lokal Bandung, Begini Sejarah Kereta Turangga Namanya dari Hewan Tunggangan Bangsawan

Kereta api Turangga adalah salah satu kereta api yang memiliki sejarah panjang, nama kereta ini diambil dari kendaraan mitologi tunggangan para bangsawan Jawa.

Baca Selengkapnya
Sisi Menarik Jaka Sembung, Tokoh Fiksi Indramayu yang Benci Penjajahan dan Berhasil Kalahkan Ilmu Rawa Rontek

Sisi Menarik Jaka Sembung, Tokoh Fiksi Indramayu yang Benci Penjajahan dan Berhasil Kalahkan Ilmu Rawa Rontek

Jaka Sembung jadi tokoh fiksi yang berasal dari Indramayu Jawa Barat. Intip fakta menariknya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
21 Januari: Peringatan Hari Pelukan Nasional, Berikut Sejarah dan Tujuannya

21 Januari: Peringatan Hari Pelukan Nasional, Berikut Sejarah dan Tujuannya

Hari Pelukan Nasional dirayakan setiap tahun pada tanggal 21 Januari.

Baca Selengkapnya
Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan

Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan

Bukan hanya manusia, ini sosok binatang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa yang dimaksud?

Baca Selengkapnya
Tak Menyangka Doanya Dikabulkan Tuhan, Ibu Pemulung 5 Anak Tinggal di Gubuk Pingir Kali Ini Nangis dan Sujud Syukur saat Dapat Rumah Baru

Tak Menyangka Doanya Dikabulkan Tuhan, Ibu Pemulung 5 Anak Tinggal di Gubuk Pingir Kali Ini Nangis dan Sujud Syukur saat Dapat Rumah Baru

Keluarga ini tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali yang rawan banjir dan longsor, beratap terpal dan beralas kardus.

Baca Selengkapnya
Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955

Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955

Mengetahui sejarah Pemilu di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 1955 sampai 2024.

Baca Selengkapnya
Arti Bunyi Tokek Menurut Jumlahnya, Bisa Pertanda Baik dan Buruk

Arti Bunyi Tokek Menurut Jumlahnya, Bisa Pertanda Baik dan Buruk

Arti bunyi tokek sering kali dianggap memiliki makna khusus dalam berbagai kepercayaan dan budaya.

Baca Selengkapnya
11 Jerapah Tertua di Dunia, Sang Raksasa Abadi yang Tercatat Sejarah

11 Jerapah Tertua di Dunia, Sang Raksasa Abadi yang Tercatat Sejarah

Jerapah, simbol keanggunan dan ketahanan, mempesona dunia dengan leher panjangnya.

Baca Selengkapnya