Jaksa cecar Ridwan Hakim soal sosok 'Bunda Putri'

Merdeka.com - Persidangan terdakwa kasus suap pengurusan penambahan kuota impor daging sapi dan pencucian uang, Ahmad Fathanah, makin mengungkap banyak fakta tersembunyi dalam perkara itu. Dalam sidang hari ini, saksi Ridwan Hakim alias Iwan, anak keempat Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Hilmi Aminuddin, mengungkap sebuah nama dan sosok 'Bunda Putri', dalam pusaran perkara itu.

Peran Bunda Putri pun menjadi misterius dan membangkitkan rasa keingintahuan jaksa lantaran terdapat dalam rekaman percakapan telepon hasil sadapan antara Ridwan dengan Mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq.

Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi, Muhibbudin, lantas menelisik soal siapa sosok Bunda Putri. Jaksa Muhib mengawali pertanyaan profesi Bunda Putri kepada Ridwan.

"Bunda Putri mentor bisnis saya. Saya sering bertukar pikiran dengan dia bagaimana berbisnis secara umum dan peluang usahanya," ujar Ridwan menjawab pertanyaan Jaksa Muhib dalam persidangan Ahmad Fathanah, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (29/9).

Lalu, Jaksa Muhib menanyakan kembali apa usaha bunda Putri. Ridwan menjawab usahanya adalah bisnis perkebunan pinang. Jawaban itu memunculkan tanda tanya, karena menurut jaksa Ridwan yang memiliki usaha konveksi sangat tidak berhubungan meminta pendapat mentor pebisnis Perkebunan pinang.

"Bisnis saudara konveksi, kok lantas mentornya bisnis pinang?" tanya Jaksa Muhib.

Ridwan pun hanya menjawab sekenanya, "Bisnis itu pola pikir, peluang. bertukar pikiran," ujarnya.

Kemudian Jaksa Muhib juga mencecar peran Bunda Putri pada saat penangkapan Fathanah. Jaksa heran dalam penyadapan telepon, Ridwan sempat meminta Luthfi datang ke rumah Bunda Putri. Dalam rekaman, Bunda Putri menanyakan perihal penangkapan Fathanah dan khawatir dikait-kaitkan ke menteri. Jaksa Muhib pun menanyakan apa urusan Bunda Putri menanyakan soal penangkapan suami Septy Sanustika itu. Padahal, lanjut Jaksa Muhib, Bunda Putri bukanlah orang partai.

"Saya jawab itu swasta ke swasta. Tidak ada hubungan dengan menteri," ujar Ridwan.

Karena tidak puas dengan jawaban Ridwan, Jaksa Muhib pun memutar percakapan telepon dengan Ridwan, Luthfi dan Bunda Putri. Rekaman percakapan yang diputar saat Ridwan menelepon Luthfi di rumah Bunda Putri.

Dalam rekaman percakapan itu terdengar, Ridwan mengatakan kepada Luthfi jika Bunda Putri sempat marah-marah.

"Tadi malam menteri ada di sini sampai jam 1 pagi, katanya (bunda Putri). Pernyataannya kan hari Jumat, malam Jumat-nya dia ada di sini. Sambil ngomongin rapat," ujar Ridwan kepada Luthfi seperti dalam percakapan telepon itu.

Bunda Putri sempat meminta bicara dengan Luthfi. Yang kemudian menceritakan posisinya yang sulit kepada Luthfi.

"Sementara Bunda yang mengondisikan decision maker. Pekerjaannya kan lebih berat dibanding decision maker, karena harus kondisikan decision maker," ujar Luthfi menanggapi curhatan Bunda Putri di telepon, seperti dalam rekaman hasil sadapan itu.

Dalam rekaman itu juga terdengar Luthfi menyinggung soal pertemuan dengan Sekretaris Kabinet, Dipo Alam, dan seseorang yang disebut Mas Boed.

"Bunda ini jam 10 ditunggu Dipo kan, sebelum dia ke JCC. Bun, nanti kita ketemu sama Mas Boed jam 2-an. Udah Bunda nunggu di Grand Hyatt saja, supaya enggak usah ke mana-mana. Kalau begini caranya, malas deh ngurus TPA-nya," ujar Luthfi seperti dalam rekaman percakapan itu.