Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ini pengakuan Mbah Supar, saksi mata pembantaian PKI di Semarang

Ini pengakuan Mbah Supar, saksi mata pembantaian PKI di Semarang Mbah Supar. ©2014 merdeka.com/parwito

Merdeka.com - Pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) dan mahasiswa kembali menemukan saksi penting kasus kuburan massal korban Tragedi 1965 di Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Saksi mata itu adalah Mbah Supar (79), merupakan orang yang dahulu membawa lampu senter saat dilakukannya eksekusi.

Mbah Supar saat ini tinggal di RT 6 RW VII Kampung Dukuh, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah.

"Waktu itu saya masih muda. Saya diminta dua eksekutor menyalakan lampu senter waktu itu," ujar Mbah Supar saat menerima kunjungan sejumlah pegiat HAM dan mahasiswa Senin (1/12).

Mbah Supar mengaku dirinya saat itu diajak Kasmijan, tokoh masyarakat di Wonosari, tapi tidak paham maksud tujuannya. "Saya lupa bulannya, yang jelas waktunya tidak jauh setelah Peristiwa G30S. Waktu itu musim hujan, barangkali masih di tahun 1965 antara bulan-bulan November-Desember," katanya dengan bahasa Jawa yang kental.

Mbah Supar kala itu menunggu di lokasi yang sekarang adalah di sekitar sekolah Taman Kanak-kanak Tunas Rimba I Mangkang, hampir tengah malam. Dia bersama Kasmijan (almarhum) kemudian berjalan kaki menuju hutan jati dekat Kampung Plumbon Kelurahan Wonosari, berjalan kaki. Di sana sudah ada tiga lubang yang disiapkan untuk kuburan massal.

"Kata Kasmijan, mereka ini yang mau dieksekusi adalah anggota PKI (Partai Komunis Indonesia)," ujarnya.

Berbeda dengan kesaksian warga Kampung Plumbon umumnya yang menyebut jumlah korban adalah 24 orang, Mbah Supar mengatakan korban saat itu ada 12 orang. Korban diminta duduk-duduk di bibir kuburan massal, mata tertutup, dan pada berdoa.

"Mungkin saat itu pukul 23.30 WIB. Para korban sempat mengaji sekenanya, sehafalnya mereka, sekitar satu jam. Yang hafal Yasin ya yasinan, yang hafal Tahlil ya tahlilan, yang hafal Al Fatihah ya baca itu berulang-ulang. Jadi mengajinya tidak seragam, ya sekenanya, sebisanya ayat suci mana mereka hafal ya mereka lafalkan masing-masing. Yang perempuan qiraahnya bagus sekali, dia satu-satunya perempuan di situ," tuturnya.

Dibanding korban lainnya, korban perempuan terlihat merupakan orang berada bila dilihat dari dandanannya. "Mereka mengenakan baju merah muda, dan jarik. Gelang, kalung, dan cincin yang dipakainya menampakkan kalau ia ini orang berada," selorohnya.

Sedianya, ujar Mbah Supar, eksekusi direncanakan pukul 01.00 WIB dini hari. Namun lantaran pukul 00.30 WIB sudah sangat mendung, eksekusi dimajukan. "Saya sempat menoleh karena tidak tega, tapi dibentak dan diminta melihat," ungkapnya.

Korban dieksekusi dua eksekutor dengan senapan brem, dan langsung jatuh ke lubang kuburan massal. Setelah itu hujan amat deras, dan korban ditinggal begitu saja, tidak diuruk tanah.

"Saya mencari warga yang mungkin bisa membantu mengubur tapi tidak berhasil. Saat itu hujan menjadi amat deras. Lantas saya diajak makan oleh yang mengeksekusi itu di dekat pasar. Tapi saya tidak doyan makan sampai dua hari gara-gara melihat kejadian itu," ucapnya.

Mbah Supar mengaku kalau pagi hari warga yang menguruk kuburan massal itu mengira urukan tanahnya tidak rata, sebetulnya itu adalah tanah galian di bibir kuburan massal yang jatuh ke lubang kuburan massal lantaran terbawa air hujan yang deras.

"Yang perempuan itu tidak langsung meninggal, badannya masih gerak-gerak waktu kami tinggalkan," akunya.

Saksi lainnya, Mbah Sukar (81), warga Kampung Plumbon, Kelurahan Wonosari, yang menguruk tanah kuburan massal, pagi hari pasca eksekusi dia dan warga yang menata tanah mendapati badan korban perempuan masih gerak-gerak.

"Karena kasihan, kami langsung menguburnya," pungkasnya pendek.

(mdk/hhw)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kades di Sukabumi Panik Didatangi Mayjen Kunto Arief Sambil Bawa Prajurit TNI Secara Tiba-tiba

Kades di Sukabumi Panik Didatangi Mayjen Kunto Arief Sambil Bawa Prajurit TNI Secara Tiba-tiba

Momen Mayjen Kunto Arief Wibowo lakukan kunjungan mendadak ke rumah seorang kepala desa di Sukabumi.

Baca Selengkapnya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya

Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya

Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.

Baca Selengkapnya
Babak Baru Kasus Pembunuhan di Subang, Aksi Sadis Yosep Habisi Istri dan Anak Terbongkar Dalam Persidangan

Babak Baru Kasus Pembunuhan di Subang, Aksi Sadis Yosep Habisi Istri dan Anak Terbongkar Dalam Persidangan

Yosep merupakan otak pembunuhan terhadap istri dan anak kandungnya tersebut.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Koalisi Masyarakat Sipil Kecam Pemberian Pangkat Jenderal Kehormatan Prabowo

Koalisi Masyarakat Sipil Kecam Pemberian Pangkat Jenderal Kehormatan Prabowo

Koalisi Masyarakat Sipil menilai Pemberian gelar jenderal kehormatan kepada Prabowo Subianto merupakan langkah keliru

Baca Selengkapnya
Tampang Kakak-Adik Pembunuh Pasutri di Ruko Kebayoran Lama

Tampang Kakak-Adik Pembunuh Pasutri di Ruko Kebayoran Lama

Kedua tersangka diduga sudah lama merencanakan aksinya.

Baca Selengkapnya
Prabowo Kampanye di 3 Provinsi dalam Sehari, Disambut Masif Masyarakat

Prabowo Kampanye di 3 Provinsi dalam Sehari, Disambut Masif Masyarakat

Kampanye itu dilakukan Prabowo saat mengambil cuti dari tugas sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).

Baca Selengkapnya
Mahasiswi di Semarang Jadi Korban Begal Payudara, Pelaku Anak di Bawah Umur

Mahasiswi di Semarang Jadi Korban Begal Payudara, Pelaku Anak di Bawah Umur

Korban yang sedang berangkat kuliah dengan jalan kaki tiba-tiba diadang oleh pelaku.

Baca Selengkapnya
10 Saksi Kubu Anies Mendadak Mundur Jelang Beri Keterangan di Sidang Sengketa Pilpres, Ada Kepala Desa hingga Petugas Pemilu

10 Saksi Kubu Anies Mendadak Mundur Jelang Beri Keterangan di Sidang Sengketa Pilpres, Ada Kepala Desa hingga Petugas Pemilu

Ada beragam alasan yang menjadi penyebab lima saksi AMIN mengundurkan diri.

Baca Selengkapnya
Pertanyakan Pemberian Pangkat Prabowo, KontraS Layangkan Surat ke Kemensesneg

Pertanyakan Pemberian Pangkat Prabowo, KontraS Layangkan Surat ke Kemensesneg

KontraS menilai adanya muatan politik dalam pemberian pangkat terhadap Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya