Ini kreativitas petani Bali mengolah hasil panen
Merdeka.com - Petani Bali mulai kreatif mengolah hasil panen, khususnya gabah. Para petani Bali ini dapat meningkatkan nilai gabah, sehingga harganya lebih mahal dibanding menjual gabah kualitas rendah.
"Dengan kadar air di atas 25 persen atau kadar kotoran di atas sepuluh persen. Petani yang menjual gabah kering panen (GKP) kualitas rendah pada bulan Arpil 2014 sebesar 18,13 persen jauh lebih kecil dibanding bulan sebelumnya mencapai 48,39 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar, seperti dikutip dari antaranews, Sabtu (9/5).
Ia mengatakan, untuk menghasilkan gabah kering panen yang berkualitas, petani harus bekerja ekstra dengan cara menjemur di bawah sinar matahari. Meskipun daerah ini masih sering diguyur hujan.
Berkat kerja keras petani mengolah hasil mampu menghasilkan gabah yang bermutu sehingga harganya lebih mahal. Akhirnya petani yang menjual gabah kualitas rendah jumlahnya berkurang.
"Hal itu berkat kesadaran petani dan sosialisasi instansi teknis terkait. Menjual gabah kualitas baik nilainya jauh lebih mahal, di samping mampu menghasilkan beras yang bermutu," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardana menjelaskan, produktivitas tanaman padi di Bali rata-rata 58,60 kuintal GKP per hektare selama tahun 2013, melebihi produksi rata-rata tingkat nasional.
Produksi rata-rata persatuan hektare itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 58.09 kuintal GKP/hektare. Bali hingga kini memiliki lahan sawah seluas 81.625 hektare atau 14,53 persen dari luas daratan Pulau Dewata.
Lahan sawah tersebut sebagian besar masih berpengairan setengah teknis (90,25 persen), sisanya irigasi sederhana, irigasi desa (non pekerjaan umum) dan sawah tadah hujan.
Pihaknya dalam tahun 2014 menargetkan produksi padi sebanyak 871.668 ton gabah kering giling (KGK), meningkat dari realisasi 2013 yang tercatat 881.175 ton.
Kondisi itu juga mengalami peningkatan dibanding produksi tahun 2012 yang tercatat 865.554 ton GKG.
Dua kali penanaman padi setiap tahun panen rata-rata seluas 150.741 hektare. Meskipun kebutuhan masyarakat Bali termasuk wisatawan terus meningkat, namun produksi itu masih mampu memenuhi kebutuhan domestik.
Kebutuhan konsumsi beras masyarakat Bali setiap tahunnya sekitar 451.327 ton atau rata-rata 130 kg perkapita pertahun, sehingga dari produksi itu masih ada kelebihan produksi beras (swasembada) sebanyak 47.974 ton.
Berdasarkan perhitungan selama tiga tahun terakhir periode 2009-2011 terdapat surplus beras 58.822 ton, Ida Bagus Wisnuardana
(mdk/cza)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
FOTO: Jerit Petani Bawang Merah di Brebes Merugi Akibat Cuaca Tak Tentu
Kerugian tersebut terjadi pada musim panen di awal tahun ini akibat cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan kualitas bawang merah menurun.
Baca SelengkapnyaSetiap Hari Panen, Kabupaten Tanah Laut Siap Penuhi Beras Nasional
Para petani di Kabupaten Tanah Laut menggelar panen raya padi hasil produksi tahun 2023.
Baca Selengkapnya60 Pantun Jawa Lucu yang Kocak, Cocok untuk Hiburan Sehari-hari
Merdeka.com merangkum informasi tentang 60 pantun Jawa lucu yang kocak dan bikin ngakak. Pantun-pantun ini cocok untuk hiburan sehari-hari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
10 Makanan Daerah di Pulau Jawa, Terbuat dari Pangan Nabati Lengkap dengan Cara Membuatnya
Setiap daerah memiliki makanan daerah yang menjadi ciri khasnya masing-masing. Berikut adalah macam-macamnya di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaCuma dengan Satu Bahan Dapur, Begini Cara agar Minyak Jelantah Jadi Jernih Lagi
Cukup memanfaatkan satu bahan masak, minyak goreng yang sudah digunakan dan berwarna gelap bisa dijernihkan kembali. Yuk, kita telusuri prosesnya.
Baca SelengkapnyaPengusaha Teriak, Pajak 40% Ancam Geliat Bisnis Spa di Bali
Pengusaha menilai kenaikan itu tergesa-gesa. Padahal Bali saja bangkit usai pandemi.
Baca Selengkapnya“Terpaksa” Pulang ke Kampung Halaman Demi Mertua, Pria Bantul Ini Teruskan Usaha Ayah Jadi Pembuat Keris
Untuk memudahkan koordniasi, Giyatono membuat paguyuban pembuat keris. Paguyuban itu telah terdaftar sebagai salah satu kluster BRI
Baca SelengkapnyaBerawal dari Kena PHK, Pria Ini Kembangkan Metode Efisien Beternak Kambing Tanpa Harus “Ngarit”
Tak semua peternak kambing di sekitar tempat tinggalnya bisa menerima metode tersebut karena mereka sudah terbiasa dengan "cara lama".
Baca SelengkapnyaTahapan Pelaksanaan Pemilu di Indonesia, Menarik Dipelajari
Pelaksanaan pemilu memiliki langkah-langkah yang terstruktur dan diatur secara ketat.
Baca Selengkapnya