Merdeka.com - Teater Rongsokan ikut ambil bagian dalam meramaikan malam penutupan Piasan Seni 2014, Banda Aceh Minggu (31/8). Para aktor muda ini menghibur masyarakat yang mengunjungi stand mereka yang berada di area acara tersebut dengan penampilan teater rakyat, seni instalasi serta make up karakter.

Seorang anggota Teater Rongsokan, Mirza mengatakan penampilan yang mereka siapkan untuk malam terakhir ini bertemakan horor. Tampak di area depan stand yang dikelilingi oleh masyarakat ada seorang laki-laki berpakaian jubah hitam dan bertanduk, serta seorang perempuan dengan penampilan wajahnya terlihat sedikit terkelupas duduk di atas motor tua mengenakan pakaian berwarna putih.

Kedua aktor yang hanya berdiri dengan make up tersebut menjadi perhatian para pengunjung yang datang ke Taman Sari Banda Aceh. Mereka terlihat asik mengabadikan beberapa adegan yang diperagakan oleh kedua aktor tersebut dengan kamera handphone maupun kamera digital.

Menurut Mirza, dua aktor yang menarik perhatian tersebut merupakan salah satu seni make up karakter di mana para lakon akan didandani sesuai dengan karakter yang diperankannya sesuai dengan tema.

Tidak hanya make up artis, para pengunjung yang masuk ke dalam stand Rongsokan juga disuguhkan penampilan aktor lainnya yang tengah membacakan puisi dengan alunan seperti membaca alQuran. Puisi-puisi tersebut dibacakan di depan mayat yang dibaringkan di depannya. Hal tersebut tampak seperti seorang yang tengah membacakan ayat Quran saat melakukan takziah.

"Kalau ini namanya tadarus puisi, yaitu kita membaca pusisi seperti membaca alQuran," jelas Mirza.

Bahkan beberapa anak-anak kecil yang datang ke stand tersebut tampak bermain dengan aktor lain yang memakai jas dan topi berjalan-jalan sambil membawa kerincingan. Sesekali aktor ini terlihat memainkan kerincingan yang dibuat dari tutup botol terpaku pada sebuah kayu. "Itu namanya teater rakyat," ungkap Mirza.

Awalnya, Mirza dan kawan-kawan berencana akan membawa konsep neraka pada penampilan terakhir mereka di pameran seni dan budaya Aceh ini. Namun karena kekurangan lampu berwana merah dan ada beberapa properti yang tidak bisa dibuat, maka konsep tersebut tidak jadi ditampilkan.

"Jadi penampilan ini semuanya belum terkonsep. Ini adalah penampilan suka-suka kami yang penting bisa menghibur masyarakat. Siapa yang ada, siapa yang mau maka tampil. Dan semoga masyarakat bisa suka," harapnya.

Mirza juga mengatakan masyarakat memberikan apresiasi yang baik pada seni yang ada di Banda Aceh, terutama seni peran. Namun kesenian belum menjadi kebutuhan dari masyakat itu sendiri. "Masyarakat yang hadir di sini semua bilang bagus. Seni itu perlu, namun belum jadi kebutuhan mereka," pungkasnya.