Merdeka.com - Seratus orang tergabung dalam Hisbut Tahrir Indonesia menggelar aksi demonstrasi di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Jumat (26/4). Mereka menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM.

Korlap aksi Agus Yohana mengatakan, meski mendapatkan tantangan keras dari seluruh masyarakat Indonesia, namun pemerintah tak bergeming menanggapi keluhan masyarakat.

"Dengan naiknya harga BBM, dipastikan akan terjadi kenaikan angka inflasi, harga-harga barang tentunya akan mengalami kenaikan. Meski harga BBM naik hanya untuk mobil plat hitam, namun dampak kenaikan itu akan sangat terasa, khususnya bagi rakyat," seru Agus disela-sela aksi.

Oleh sebab itu dia menegaskan, jika kebijakan ini dilakukan, maka akan menjadi bentuk pengkhianatan terhadap rakyat. Mereka menilai jika upaya ini sebagai langkah menyukseskan liberalisme.

Kebijakan semacam ini, lanjutnya, akan sangat merugikan serta menyengsarakan rakyat yang notabene merupakan pemilik sumber daya alam. Masa aksi juga menganggap kenaikan BBM hanya akan menguntungkan pihak asing.

Kemudian, selain menolak secara tegas rencana pemerintah menaikkan harga BBM, para aksi dengan membawa poster dan spanduk penolakan naiknya harga BBM, mereka juga menyerukan jika pemerintah telah sadis mengabaikan aspirasi mayoritas rakyatnta.

"Hal ini sangat jelas sebagai bentuk pengkhianatan kepada rakyat," ujarnya.

Aksi yang dimulai pukul 09.00 WIB dari taman parkir Abu Bakar Ali, berjalan menuju titik nol kilometer Yogyakarta mendapat pengamanan dari Polresta Yogyakarta.

Adapun selain melakukan aksi, mereka juga membacakan tuntutan di antaranya, menolak rencana kenaikan harga BBM, karena dinilai sebagai kebijakan yang tidak lazim termasuk sebagai bentuk penghianatan.

Mereka juga menganggap kenaikan harga BBM bermaksud membebaskan pengelolaan sumber daya alam, khususnya migas di mana sangat bertentangan dengan syariat islam.

Selain itu, para aksi juga mengingatkan kepada pemerintah jika kebijakan ini bukan solusi di tengah-tengah kesulitan hidup. Ini berdampak timbulnya gejolak sosial akibat tekanan ekonomi tak tertahankan oleh puluhan juta rakyat miskin.