Merdeka.com - Jatuhnya pesawat angkut Hercules C-310 milik TNI AU di Medan semakin meyakinkan bahwa kekuatan dirgantara Indonesia rapuh. Sebagian pertahanan yang dimiliki Indonesia pengadaannya lewat skema hibah yang mana pesawatnya sudah berumur.

Pengamat politik dan pertahanan Universitas Padjadjaran Muradi mengatakan, panglima TNI baru yang dipercayakan pada KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo nantinya sudah harus menjadikan modernisasi Alutsista sebagai pekerjaan rumah yang serius.

"Panglima TNI melalui Kemhan harus menekankan pengadaan alutsista baru dan harus berani menolak semua skema hibah, agar postur pertahanan Indonesia ke depan lebih baik," kata Muradi kepada merdeka.com, Selasa (30/6).

Langkah pengadaan Alutsista dengan program Minimum Essential Forces (MEF) sejatinya mampu menyiasati keterbatasan anggaran pertahanan. Namun pertahanan di Indonesia jatuhnya terjebak dengan target pemenuhan kuantitatif.

"Dalam arti sebaran dan jumlah dari pada penguatan kualitas Alutsista yang lebih baik namun memiliki keleluasaan dalam penggunaan karena dibeli dalam bentuk baru," ungkapnya.

"Pada konteks inilah mengapa kemudian pengadaan Alutsista lewat skema hibah yang selama ini hanya mengejar kuantitas alutsista tanpa memperhatikan kualitas," terangnya menambahkan.

Lebih lanjut dia menambahkan, Presiden Joko Widodo telah berkomitmen untuk menyokong pengembangan dan modernisasi pertahanan sebagai bagian dari penguatan Poros Maritim Dunia yang menjadi visi negara.

"Amat baik jika kemudian mengombinasikan produk industri pertahanan dalam negeri dan pengadaan alutsista dalam skema pembelian baru dan langsung goverment to government agar dapat terjadi alih teknologi yang memperkuat basis industri pertahanan ke depan," imbuhnya.