Gumilar mengaku restui duit sewa BNI 46 dipakai proyek TI UI
Merdeka.com - Rektor Universitas Indonesia 2007-2011, Gumilar Rusliwa Somantri, mengakui memerintahkan dan merestui penggunaan uang sewa gedung Bank BNI 46 sebesar Rap 50 miliar, buat dipakai dalam proyek pemasangan teknologi informasi di perpustakaan pusat UI. Dia mengatakan tidak tahu secara teknis penggunaan duit itu.
"Saya katakan saat itu silakan pergunakan dengan baik. Waktu itu saya merasa itu hal berguna. Silakan pakai uang sewa itu, tapi melekat imbauan moral supaya semua orang yang ikut dalam proyek melakukan sesuai aturan yang berlaku," kata Gumilar saat bersaksi dalam sidang terdakwa Tafsir Nurchamid, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (3/9).
Menurut Gumilar, UI sebenarnya sudah pernah menerima uang santunan dari pemerintah sebesar Rp 70 miliar, karena peringkatnya terus menanjak di antara 16 ribu universitas taraf dunia. Dia mengatakan, duit itu habis terpakai buat memperbaiki infrastruktur perpustakaan supaya memenuhi standar dunia.
"Uang itu dipakai membangun perpustakaan Rp 70 miliar dan masih kurang. Karena tuntutan perpustakaan saat ini juga harus dipakai untuk mengakses karya tulis dalam bentuk elektronik. Seperti e-journal, e-book, dan lainnya," ujar Gumilar.
Alhasil, Gumilar mencoba melobi Bank BNI 46 supaya mau mengucurkan dana buat pembangunan TI. "Secara teknis rektor tidak tahu. Bagi saya, saya berusaha mencari uang buat universitas melalui lobi. Untuk saya, saya memahami peran saya hanya sampai di situ," sambung Gumilar.
Namun menurut jaksa di situlah letak titik mula perkara ini. Dalam dakwaan Tafsir dipaparkan, pada 2010 Gumilar memimpin rapat penataan lingkungan kampus. Dalam pertemuan itu, Tafsir mengusulkan ada pengadaan dan pemasangan perangkat teknologi informasi di perpustakaan UI sudah direnovasi. Tetapi, anggarannya nihil.
Alhasil, Gumilar mengambil keputusan dengan menyewakan salah satu ruangan di perpustakaan UI kepada Bank Nasional Indonesia 46, seharga Rp 50 miliar. Kemudian, guna memenuhi kebutuhan proyek TI UI, dia memerintahkan salah satu petinggi di kampus kuning, Donanta Dhaneswara, supaya duit sewa BNI 46 dipakai buat membiayai proyek. Donanta lantas menghubungi Tafsir menjabat sebagai Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya Manusia, Keuangan, dan Administrasi Umum Universitas Indonesia.
"Keputusan itu diambil tanpa melalui proses revisi rencana kerja tahunan dan belum mendapat persetujuan Majelis Wali Amanat," kata Jaksa Supardi saat membacakan dakwaan Tafsir.
Tafsir bersama-sama dengan Donanta Dhaneswara, Tjahjanto Budisatrio, Dedi Abdurahman Saleh, atas restu dari mantan Rektor UI, Gumilar Rusliwa Sumantri, juga disebut menetapkan pagu anggaran pengadaan dan pemasangan TI sepihak. Yakni sebesar Rp 50 miliar, dibagi dalam beberapa kategori. Antara lain pengadaan perangkat TI sebesar Rp 21 miliar, pemasangan TI Rp 21 miliar, pembayaran pajak proyek Rp 5 miliar, dan disimpan di kas UI Rp 3 miliar.
"Tetapi penetapan pagu anggaran itu tidak melalui proses revisi rencana kerja tahunan, tanpa persetujuan Majelis Wali Amanat, serta tidak didasarkan atas analisa kebutuhan kampus dan hanya berdasarkan perkiraan terdakwa," kata Jaksa Supardi.
Tafisr juga kerap meminta panitia pengadaan Cahrizal Sumabrata, Afrizal, dan lainnya selalu mengarahkan PT Makara Mas supaya bisa menjadi pemenang pekerjaan proyek. Padahal sebenarnya perusahaan itu tidak memiliki kualifikasi dalam melaksanakan proyek pengadaan dan pemasangan TI. Alhasil, tambah Jaksa Supardi, PT Makara Mas menggunakan perusahaan bayangan bernama PT Netsindo Inter Buana buat mengikuti proses lelang dan menang.
"Terdakwa telah menyalahgunakan wewenang dengan meminta memenangkan perusahaan tertentu. Yakni mengarahkan pengadaan sebisa mungkin dilakukan PT Makara Mas, padahal penawarannya lebih mahal dari perusahaan lainnya." ujar Jaksa Supardi.
Karena Makara Mas tidak memenuhi kualifikasi, akhirnya proses pengadaan dan pemasangan TI meleset dari target. Mereka ternyata membeli unit komputer personal merek Apple bukan dari pemasok utama. Apalagi, harganya juga sudah dinaikkan. Banyak barang-barang akhirnya tidak terpasang, atau terpasang dan berfungsi tapi tidak optimal. Karena mesti memperbaiki beberapa komputer tidak terpasang dengan baik, alhasil biaya pekerjaan pemasangan membengkak karena ada biaya tambahan buat memperbaiki. Duit itu ditagihkan ke UI.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lendir dan bau amis belut pada belut sering kali sulit untuk dihilangkan. Yuk simak caranya!
Baca SelengkapnyaIlmuwan menyebutkan usaha yang dilakukannya ini mempunyai akurasi 99 persen.
Baca SelengkapnyaBeberapa buah manis yang mudah ditemui di sekitar rumah ini bisa bantu turunkan gula darah loh! Berikut daftarnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dana darurat dapat disimpan untuk keadaan tak terduga seperti kecelakaan, kerusakan rumah, atau kehilangan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaApabila berkas perkara tersebut dinyatakan lengkap alias P21 maka akan dilanjutkan dengan penyerahan barang bukti lengkap dengan tersangkanya.
Baca SelengkapnyaTampak beberapa gedung inti pemerintahan yang kian menunjukkan bentuknya.
Baca SelengkapnyaLuhut memastikan porsi TKA itu nantinya akan berkurang seiring dengan banyak dilatihnya SDM lokal untuk industri hilirisasi.
Baca SelengkapnyaPemudik yang turun di zona drop off terlihat membawa tas dan banyak barang hingga ke area tunggu
Baca SelengkapnyaEs tersebut nampak terlihat segar dan menggoda selera. Bukan hanya itu, cara mengaduk dalam pembuatan es ini dinilai sangat tak biasa.
Baca Selengkapnya