Generasi Muda Diingatkan Selektif Bermedia Sosial, Ikuti Akun yang Menentramkan
Merdeka.com - Generasi milenial diingatkan lebih berhati-hati ketika mempelajari agama melalui media sosial. Tetap diperlukan penanaman nilai-nilai agama moderat dan toleran sehingga tidak memandang perbedaan sebagai masalah yang bisa timbulkan permusuhan.
"Sekarang dengan adanya medsos, saran saya kepada generasi muda, tolonglah follow tokoh-tokoh atau akun-akun yang menentramkan. Kita boleh berguru kepada siapapun tapi tentunya kepada guru yang bisa menyelamatkan kita bukan yang malah menjerumuskan," ujar Ulama Muda Nahdlatul Ulama (NU) Miftah Maulana Habiburrahman, Minggu (5/7).
Gus Miftah mengatakan pada dasarnya semua pengajian baik. Tetapi pengajian yang jauh dari norma-norma dan etika kebangsaan itulah yang tidak harus diikuti.
"Kalau pengajian itu sudah menyimpang dari norma-norma dan etika kebangsaan tentunya tidak harus kita ikuti. Apalagi kan sekarang ada juga pengajian online. Jadi selektiflah dalam memilih dan ketika bermedsos," tuturnya.
Gus Miftah yang juga merupakan pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji, Sleman, Yogyakarta ini mengungkapkan bahwa pemahaman yang salah dan kurang tentang agama ini harus diluruskan. Tentunya juga meluruskannya pun harus dengan cara-cara yang relevan sesuai dengan kondisi saat ini.
"Karena itu kita harus meluruskannya dengan cara-cara hari ini, karena metode dakwah itu sendiri memang selalu berkembang. Zaman Nabi melalui lisan, zaman sahabat sudah melalui tulisan bil qalam, zaman walisongo bil budaya dan hari ini dakwah melalui medsos," jelasnya.
Oleh karena itu, menurut Gus Miftah, untuk memberikan pemahaman yang benar dan menjauhkan agama dari kekerasan maka kita harus meletakkan budaya dan agama secara benar.
"Karena memang agama itu tidak identik dengan kekerasan. Maka dari itu dakwah yang saya lakukan selama ini adalah membudayakan agama, bukan mengagamakan budaya. Ini tetap beragama Islam sesuai tuntunan Alquran dan hadist, tetapi dengan karakteristik bangsa Indonesia," tuturnya.
Lebih lanjut, Gus Miftah menyampaikan, cara menyampaikan Islam agar dianggap sebagai agama yang menyenangkan tentunya adalah dengan tidak menunjukkan akhlak menakutkan. Maka dari itu dirinya juga meminta kepada dai-dai yang ramah tidak ketinggalan memakai medsos untuk mendakwahkan Islam yang ramah.
"Maka dari itu kenapa saya ajak dai-dai yang ramah ini untuk menggunakan medsos. Karena kadang-kadang kita ini ketinggalan sama mereka. Makanya, saya kalau live disaksikan oleh ribuan orang di medsos, saya pikir hal seperti ini sangat efektif," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelum menjadi orangtua, milenial perlu mempelajari berbagai hal dalam membesarkan anak.
Baca SelengkapnyaHal ini bisa dilihat langsung di media sosial, banyak yang melakukan framing pihak lawan dengan citra negatif.
Baca SelengkapnyaMeski dirasa cukup receh di kalangan generasi muda, namun nyatanya tebak-tebakan lucu ala bapak-bapak justru tetap bisa menghadirkan gelak tawa.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Lahir dari keluarga yang taat agama, ia menjadi sosok pengarang yang juga terjun dalam dunia keagamaan.
Baca SelengkapnyaSalah satu temuan paling signifikan dari survei ini adalah bahwa hal yang paling memengaruhi kebahagiaan Generasi Z adalah tujuan hidup mereka di tempat kerja.
Baca SelengkapnyaSebesar 55 persen pemilih dalam pemilu 2024 merupakan pemilih muda yang terbagi atas Generasi Z dan milenial.
Baca SelengkapnyaPrengki menyebut sebelumnya sudah dilakukan mediasi dengan beberapa terlapor.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi, syarat untuk mencapai generasi emas 2045 ialah harus sehat dan pintar.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca Selengkapnya