Merdeka.com - Dengan wajah lebam seperti habis kena pukul, Sa (40) dan anaknya Re (12), diantar Siti Sapurah selaku pendamping hukum P2TP2A ke ruang pemeriksaan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Denpasar.

"Ya biasa kekerasan rumah tangga. Saya arahkan untuk melaporkan ringan tangan suaminya agar bisa sadar," ungkap Siti Sapurah, Jumat (21/8) di Polresta Denpasar, Bali.

Dalam pengakuannya, Sa mengaku kerap mendapat perlakuan kasar dari suaminya Vianus (40). Pasutri asal NTT ini mengaku selalu ribut hanya persoalan sepele, seperti halnya urusan lauk.

"Kalau terlambat datang saat dipanggil dipukul, soal belum masakan lauk sewaktu akan makan sudah dipukul saya," akunya didampingi Sapurah usai menjalani pemeriksaan.

Bahkan perlakuan kasar tidak hanya diterima olehnya yang sudah disumpah setia mendampingi suaminya. Bahkan putrinya yang duduk di sekolah tingkat akhir Sekolah Dasar, juga kerap mendapat perlakuan kasar. "Kadang ucapan kasar sering diucapkan kepada anak saya," paparnya.

Ia berkisah, setiap hari harus melayani suaminya tersebut dan setiap hari pula mendapat tindakan penganiayaan. Katanya, dari mulai ditempeleng, dipukul hingga dijambak dan ditendang sudah jadi 'makanan' setiap hari.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol Reinhard Habonaran Nainggolan belum memberikan penjelasan atas kasus ini. Perwira yang baru dilantik pasca kasus Angeline ini belum bisa berikan keterangan terkait hal ini kendati sudah dihubungi via telepon.