Merdeka.com - 14 Tahun pasca reformasi 1998, kondisi pemerintahan Indonesia tidak jauh berbeda dari orde baru. Sehingga tidak dipungkiri, harapan mewujudkaan pemerintah yang lebih pro rakyat kini mulai pupus.

Direktur Eksekutif Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Usman Hamid mengatakan kehadiran situs jejaring sosial, merupakan sarana jitu untuk membangkitkan kembali harapan perubahan, khususnya generasi muda saat ini.

"Jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, merupakan sarana politik baru. Orang bisa bebas menuangkan ide jeniusnya," kata Usman dalam diskusi '14 tahun reformasi, memupus harapan perubahan', di Jalan Cikini I, Jakarta, Senin (21/5).

Sehingga ide-ide yang tertuang dalam situs jejaring sosial, dengan sendirinya membentuk komunitas virtual demokrasi sebagai wadah penyemangat perjuangan untuk membangunkan kembali cita-cita pemerintahan demokratis dan pro rakyat.

Menurut Usman, jejaring sosial penting karena ketika masuk ke dunia kampus, saat ini sudah susah menemukan perkumpulan mahasiswa yang memiliki gagasan idealis.

"Mereka lebih enjoy diskusi di mal, atau di kafe dengan membawa perangkat komunikasi yang canggih. Tinggal update saja," terangnya.