Epidemiolog: Indonesia Suka Klaim Vaksin Covid-19 Negara Lain, Masa Enggak Malu
Merdeka.com - Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo menyoroti pengembangan vaksin Covid-19 Nusantara. Dia menyebut, ada yang mengklaim vaksin tersebut dikembangkan anak dalam negeri.
"Kita harus mengakui kalau ini bukan bikinan kita sebetulnya. Jangan bilang ini bikinan kita, jangan over klaim. Kita suka melakukan over klaim," katanya saat dihubungi merdeka.com, Jumat (16/4).
Vaksin Nusantara dikembangkan menggunakan sel dendritik. Vaksin ini dikembangkan di Amerika Serikat dan diujicoba di Indonesia. Namun, belakangan vaksin Nusantara disebut gagasan mantan Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto.
Windhu mengatakan, jika mayoritas komponen pengembangan vaksin Nusantara berasal dari Indonesia, tak masalah diklaim gagasan anak bangsa. Namun, jika sebaliknya maka klaim tersebut sangat memalukan.
"Jangan demi nasionalisme semua diakui, enggak bisa. Maksud saya semua penuh keterbukaan, kejujuran kita semua," ujarnya.
Selain vaksin Nusantara, Windhu menyinggung klaim vaksin Sinovac. Dia mengatakan, ada yang menyebut vaksin Sinovac di Bandung, Jawa Barat, merupakan hasil pengembangan anak dalam negeri.
Padahal, bahan baku vaksin Sinovac berasal dari China. Bandung hanya menjadi tempat uji klinik fase tiga.
"Kita hanya sebagai tempat uji coba dengan populasi kita, jadi partisipan. Jangan diakui Sinovac itu bikinan kita, tidak. Jadi jangan over klaim, itu malu lah kalau begitu kan. Masa enggak malu," tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaPemerintah dinilai kecolongan lantaran sibuk dengan pencegahan pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI menyebut vaksin nOPV2 telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai diberikan sejak tahun 2021.
Baca SelengkapnyaImbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca Selengkapnya