Empu Murka, maestro keris dari Aeng Tongtong Sumenep berpulang
Merdeka.com - Empu Murka (71) maestro empu yang tersisa di Aeng Tong tong Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep berpulang ke Rahmatullah, Kamis (11/12). Sang empu yang selalu menuntut kesempurnaan dari karyanya ini cukup dikenal seantero Asean hingga ke benua Eropa.
"Benar beliau meninggal hari ini setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit. Beliau adalah maestro empu yang paling sepuh yang tersisa di Aeng Tongtong," kata Empu Rafiq Kamarogan yang juga keponakan Empu Murka pada merdeka.com.
Meninggalnya Empu Murka meninggalkan duka mendalam bagi dunia perkerisan di Indonesia dan khususnya bagi masyarakat Sumenep. Lelaki kelahiran 1943 ini meninggalkan seorang istri bernama Amsiyani (67) dan dua orang anak yakni Santima dan Larip Effendi.
Meski sang Empu kini telah berpulang, namun dia meninggalkan generasi yang tidak sedikit di tanah kelahirannya Madura. Jika dikumpulkan sedikitnya ada 554 empu keris yang tersebar di tiga kecamatan, atau di sepuluh desa adalah muridnya.
Di kecamatan Bluto tercatat 300 orang pengrajin keris yang tersebar di enam desa yakni Desa Palongan (150 orang), Aeng Baje (40 orang) Kandangan (35 orang) Gingging (25 orang), Sera Timur (30 orang), Karang Campaka (20 orang).
Kecamatan Saronggi, ada 204 pengrajin yang tersebar di tiga desa, yakni Desa Aeng Tongtong (150 orang), Talang (29 orang), Juluk (25 orang). Dan di Kecamatan Lenteng ada 50 orang yang tersebar di tiga desa, yakni Desa Lenteng Barat (40 orang), Lembung Barat (7 orang), Lembung Timur (3 orang).
Bupati Sumenep A Busro Karim sebelumnya juga sempat memberikan penghargaan kepadanya sebagai maestro keris. Pemberian penghargaan itu bertepatan dengan pencanangan Sumenep sebagai kota Keris pada Minggu, 9 November 2014. Selamat jalan sang Empu Murka, karyamu akan tetap di kenang sepanjang masa.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Arti Kedutan Mata Kanan Menurut Primbon Jawa, Bisa Jadi Pertanda Baik
Kedutan mata oleh masyarakat Indonesia acap dikaitkan dengan pertanda baik dan buruk.
Baca SelengkapnyaMimpi Bertemu Pria Bermahkota, Warga Jombang Temukan Pusaka & Bangunan Kuno Peninggalan Kerajaan Majapahit di Dalam Hutan
Menariknya, pusaka serta bangunan itu ditemukannya di dalam sebuah hutan. Sebelumnya pria ini mengaku bahwa mendapatkan isyarat lewat sebuah mimpi.
Baca SelengkapnyaPerahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898
Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berbeda dengan Angklung, Begini Sejarah Alat Musik Calung yang Dulu Jadi Teman Petani Sunda saat Jaga Sawah
Calung ternyata punya sejarah yang menarik untuk mengobati rasa kesepian para petani Sunda
Baca SelengkapnyaMomen Haru Upacara Persemayaman Kopda Hendrianto yang Gugur Diserang KKB, Isak Tangis Keluarga Pecah
Momen haru upacara persemayaman Kopda Hendrianto. Isak tangis keluarga kehilangan Kopda Hendrianto.
Baca SelengkapnyaIni Tim Indonesia Maju Pengibar Merah Putih, Putri dari Papua Pegunungan jadi Pembawa Bendera
Tim Indonesia Maju adalah Paskibraka pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka
Baca SelengkapnyaPulau di Sumenep Ini Bak Surga Dunia tapi Ditinggal Penduduknya Merantau, Intip Potretnya
Banyak warga pulau ini merantau ke kota-kota besar demi mendapatkan penghidupan lebih layak.
Baca SelengkapnyaTak Terima Ditegur karena Bawa Pacar ke Rumah, Pemuda di Maros Tega Bunuh Kakak Kandung
Seorang pemuda di Maros, Sulawesi Selatan, MA (22) gelap mata setelah ditegur karena membawa pacarnya ke rumah. Dia tega membunuh kakak kandungnya AA (31).
Baca SelengkapnyaSerunya Tradisi Rumpak-rumpakan dari Palembang, Kunjungi Rumah Tetangga saat Lebaran sambil Diiringi Rebana
Tradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Baca Selengkapnya