Edy Kurnia, seniman restorasi kelas dunia asal Indonesia
Merdeka.com - Pendidikan dasar di bangku kuliah tak memastikan seseorang akan menjadi seperti yang dia mau ketika kali pertama daftar kuliah. Kadang kala lepas jalur dan memilih bisikan kata hati atau bakat yang terpendam. Itulah yang dialami Edy Kurnia (52).
Dia lebih memilih menjadi tenaga restorer seni atau pemulih seni. Pekerjaannya mengkhususkan diri dalam perbaikan, pembersihan profesional dan restorasi lukisan, patung dan barang antik berbagai yang telah rusak atau mendevaluasi melalui proses penuaan.
Warga Bandar Lor Gang VB/34 B Kecamatan Mojoroto Kota Kediri, kelahiran Prabumulih Palembang ini adalah tenaga restorer seni kelas dunia.
Karya yang paling fenomenalnya adalah melakukan restorasi sebuah pintu milik Kerajaan Buleleng Bali yang usianya sudah 350 tahun dan kini menjadi koleksi South Australian Museum. Menurut lelaki kelahiran 5 September 1961 ini, saat mengerjakan pintu Kerajaan Buleleng tersebut gambar yang tersisa hanya kurang lebih 20 persen.
"Merestorasi pintuk Kerajaan Buleleng itu sungguh sulit, sebab gambar yang tersisa hanya sekitar 20 persen. Setelah sekian lama saya pelajari ternyata di kiri kanan pintu ada gambar Rama dan Shinta yang kemudian bisa saya perbaiki hingga 80 persen," kata Edy yang mengaku otodidak dalam mempelajari keahlian yang ia miliki.
Selain Pintu Kerajaan Buleleng, Edy juga merestorasi beberapa peninggalan Kerajaan Tulang Bawang Lampung dan juga koleksi-koleksi kain songket peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Sasak di Lombok.
Karya-karya Edy tidak hanya dikoleksi di South Australian Museum namun juga dikoleksi di Museum of Fine Arts, dan juga di Royal Museums of Fine Arts of Belgium. "Yang dikoleksi disana terutama patung-patung perunggu," tambahnya.
Selain restorer seni, ayah tiga anak ini juga ahli dalam membuat topeng yang harganya per buah mencapai puluhan juta, dan hampir semua karya-karyanya telah dikoleksi pecinta seni seantero jagad.
"Topeng buatan saya memiliki ketebalan 2-3 mili, super tipis dan hiasannya rata-rata diprada dengan emas,untuk kelas lokal memang mahal, namun untuk kelas luar negeri itu sudah wajar," kata Edy yang jempol tangannya nyaris pernah putus gara-gara terkena pisau saat mengerjakan wayang golek dengan bahan kayu cendana pada merdeka.com.
Edy mengaku saat ini belum ada kampus yang membuka jurusan restorer seni, sehingga sangat minim tenaga restorasi yang ada di Indonesia. "Tenaga restorer seni itu sangat minim, apalagi hingga saat ini di kampus-kampus seni belum ada yang membuka jurusan restorer seni. Kebanyakan tenaga restorer seni adalah tenaga-tenaga otodidak yang dilahirkan oleh alam," pungkas Edy.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kota kecil di selatan Jawa Barat ini punya kuliner yang eksotis dan destinasi yang nyeni.
Baca SelengkapnyaKuliner khas pesisir Sumatera Barat ini disajikan hanya segenggam tangan orang dewasa namun cita rasanya sungguh luar biasa dan menggoyang lidah.
Baca SelengkapnyaSetiap pelanggan punya menu favoritnya masing-masing
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Proses pembuatan kuliner ini masih dilakukan secara tradisional, namun cita rasanya tak kalah dengan es krim modern.
Baca SelengkapnyaJadi dia langsung mabuk berat, kata dia, pengakuan dia akibat putus cinta dengan pacarnya di sini orang lokal tinggal di Bali," kata AKP Sudina
Baca SelengkapnyaBule Rusia ditangkap Unit Reserse Kriminal (Reskrim) Polsek Kuta, Bali. Dia ditangkap karena melakukan perusakan di restoran pakai kapak.
Baca SelengkapnyaSeorang pria WN Rusia, LK (51) ditangkap petugas Kantor Imigrasi Kelas II TPI Singaraja, Bali, karena kerap bikin onar dan meresahkan masyarakat.
Baca SelengkapnyaProyek tersebut berada di Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaSang ibu diketahui harus berjibaku membuka warung nasi demi menghidupi keluarga.
Baca Selengkapnya