Disdik Ganti Uang Honor Eks Guru Fisika yang Nekat Bakar Sekolah di Garut
Merdeka.com - Munir Alamsyah (53), guru honorer mata pelajar fisika SMPN 1 Cikelet tahun 1996-1998 akhirnya menerima uang sejumlah honor yang belum dibayarkan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Garut. Kepala Dinas Pendidikan kabupaten Garut, Ade Manadin berharap agar kejadian honor tidak dibayarkan tidak kembali terjadi di kemudian hari.
Ade menjelaskan bahwa pemberian uang terhadap Munir adalah bentuk tanggung jawab moral dan sosial Dinas Pendidikan terkait masalah yang terjadi.
“Bersama Kabid SMP, saya serahkan uang Rp6 juta kepada pak Munir sebagai pengganti uang honor yang belum dibayarkan pihak sekolah,” jelasnya, Jumat (28/1).
Dia berharap uang pengganti yang diberikan bisa mengobati sakit hati dan kekesalan yang dirasakan Munir. Lebih dari itu, Ade berharap uang tersebut bisa membantu Munir untuk menghadapi kesulitan yang dihadapi.
Ditanya terkait honor yang belum diterima Munir, Ade mengaku pihaknya belum melakukan penelusuran lebih jauh terkait hal tersebut. Di tahun Munir menjadi guru, uang honor untuk guru diketahui berasal dari sumbangan pembinaan Pendidikan (SPP).
“Kalau sekarang, paling lambat pembayaran honor itu tiga bulan, atau setelah BOS (bantuan operasional sekolah) cair,” ungkapnya.
Dia memastikan kejadian telatnya pembayaran honor guru tidak kembali terjadi. Dia mendorong seluruh kepala sekolah untuk peka dengan apa yang terjadi di lingkungannya dengan memperhatikan sistem manajerial
“Jangan sampai ada guru atau staf, termasuk para honorer yang tak mendapatkan haknya," tegasnya.
Seluruh kepala sekolah, menurutnya, harus senantiasa memperhatikan guru dan para stafnya. “Di sekelilingnya itu ada orang-orang yang harus dijunjung tinggi hatinya yakni para guru, tak terkecuali guru honorer sekalipun,” kata Ade.
Selaku Kepala Dinas Pendidikan, Ade menyebut bahwa dirinya sangat menghormati Munir yang merupakan guru honorer dan guru honorer honorer lainnya yang ada.
“Meskipun statusnya hanya sebagai honorer, akan tetapi ia seorang guru yang telah sangat berjasa memberikan ilmu kepada murid-muridnya,” sebutnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Demi Dapatkan Dana BOS, Sekolah di Bogor Diduga Gelar Kegiatan Belajar Fiktif Selama 3 Tahun
Sekolah itu sudah tiga tahun terakhir mendapatkan dana bos yang nilanya Rp7 juta setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaKisah Guru Honorer Gaji Rp200 Ribu Sering Bantu Murid Kurang Mampu, Belikan Alat Tulis hingga Sepatu
Gaji yang tak seberapa itu sebagian ditabung untuk membantu murid-muridnya yang kesusahan
Baca SelengkapnyaPertama Kali Gajian, Wanita Guru Honorer Ini Tak Menyangka Hanya Dapat Rp 150 Ribu Selama Sebulan Kerja
Wanita yang bernama Dina ini dibuat kaget saat membuka amplop gajinya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Diberhentikan dengan Hormat dari TNI, Pria Asal Solo Ini Bangkit Lewat Usaha Es Coklat & Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
Faqih bercerita bahwa saat lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dia bergegas mendaftar menjadi anggota TNI. Usaha pertamanya, gagal.
Baca SelengkapnyaPerhimpunan Guru Tolak Rencana Dana BOS untuk Makan Siang Gratis, Ini Alasannya
Perhimpunan Guru mengatakan, anggaran BOS saat ini tidak bisa menutupi kebutuhan sekolah.
Baca SelengkapnyaNasib Pedih Gadis Cilik Rela Asuh & Gendong Adik ke Sekolah, Ibu Wafat Usai Berjuang dari Penyakit Kanker
Di usianya yang masih kecil, dia harus merawat sang adik lantaran ibu telah wafat.
Baca SelengkapnyaKisah Pasutri Bikin Sekolah Berkualitas Gratis di Tulungagung, Awalnya Lesehan di Teras Rumah yang Dindingnya Lapuk
Pasutri ini selalu mengingat pesan orang tuanya untuk tidak mengukur pekerjaan dengan uang yang didapat.
Baca SelengkapnyaPerjuangan Pedagang Keliling Tak Bisa Baca Tulis Gigih Sekolahkan Anak, Kini Sang Putra Jadi Guru Besar UGM
Berangkat dari keluarga sederhana, sang dosen hingga kini tak menyangka dirinya mampu mencapai titik puncak.
Baca SelengkapnyaPernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat
Namanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca Selengkapnya