Merdeka.com - Dua personel Brimob Polri menyambangi gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Rabu (10/8). Kedua Brimob itu terlihat membawa sebuah koper berwarna hitam diduga hasil dari penggeledahan di rumah pribadi mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo terkait kasus pembunuhan Brigadir J alias Nopryansyah Yosua Hutabarat.

Kedua Brimob tersebut mengenakan baju dinas lapangan bermotif loreng atau seragam loreng pelopor dan baret berwarna biru. Sebelum memasuki gedung Bareskrim, dua personel Brimob itu menjalani pemeriksaan petugas.

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo membenarkan koper dibawa Brimob itu merupakan barang bukti terkait kasus kematian Brigadir J. Namun Dedi belum menjelaskan isi barang bukti tersebut.

"Ya, sudah saya tanyakan bahwa seluruh barang bukti yang disita sedang diperiksa dan dianalisis sama penyidik," kata Dedi, Rabu (10/8).

Kuasa Hukum Ferdy Sambo Ungkap Ada Enam Item Dibawa Timsus Polri

Sebelumnya, Tim khusus Polri menggeledah tiga lokasi di kediaman Ferdy Sambo, tersangka pembunuhan Brigadir J, di Duren Tiga Nomor 58, Jalan Saguling, dan Jalan Bangka. Ketiganya berada di wilayah Jakarta Selatan. Sejumlah barang-barang disita diduga berkaitan dengan kasus dugaan pembunuhan Brigadir J.

Penasihat hukum Ferdy Sambo, Irwan Irawan mengatakan, setidaknya ada enam item yang dibawa penyidik tim khusus.

"Ada enam item yang sempat disita. Itu sepatu, baju dan ada beberapa hal lagi yang disita. Enam itemlah. (Barang yang disita) milik pak Ferdy semua," kata Irwan di lokasi, Selasa (9/8).

Menurut dia, kemungkinan penggeledahan dan penyitaan yang dilakukan penyidik masih ada hubungan dengan proses pengungkapan kasus. Namun, Irwan tak mengetahui secara gamblang. Irwan hanya menyampaikan rumah yang baru saja digeledah milik mertua Irjen Pol Ferdy Sambo.

"Ini rumahnya mertua Pak Ferdy. Enggak tahu juga apa kaitannya dengan perkara ini," ujar dia.

Setali tiga uang di hari yang sama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengumumkan Ferdy Sambo sebagai tersangka bersama tiga tersangka lainnya, yakni Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada RE atau Bharada E, Brigadir Kepala (Bripka) Ricky Rizal atau Bripka RR, dan satu tersangka sipil bernama Kuat atau KM (sopir Putri Candrawathi).

Mereka disangkakan dengan Pasal 340 KUHP (pembunuhan berencana) subsider Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP dengan ancaman maksimal hukuman mati atau seumur hidup, atau selama-lamanya 20 tahun penjara.

Dalam kasus ini juga terungkap fakta bahwa Brigadir J tewas ditembak Bharada E atas perintah Ferdy Sambo. Penyidikan oleh Timsus Polri tidak menemukan adanya peristiwa tembak-menembak seperti laporan awal kasus tersebut.

Kasus penembakan terhadap Brigadir J terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo, kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7) lalu. Hingga kini penyidik masih mendalami motif pembunuhan terhadap Brigadir J.