Merdeka.com - Ternyata rumah tangga menjadi salah satu tempat yang sering terjadi kekerasan seksualitas. Demikian kata Ahli Kajian Gender dan Seksualitas dari Universitas Amsterdam, Saskia E Wieringa. Menurut dia, sebagian besar kepala keluarga di rumah tangga berlaku bak penguasa.

"Rumah tangga adalah unsur paling patriarkal. Di mana kekuasaan kepala rumah tangga, itu dianggap hanya hampir total di tangan laki-laki atau bapak," kata Siska saat acara 'Perkosaan, Kekuasaan dan Patriarki di Indonesia' di Universitas Indonesia, Depok, Kamis (23/1).

Sebagai penguasa rumah tangga, kata Saskia, kaum laki-laki bahkan menganggap kasus hubungan seksual sedarah bukanlah tindakan pemerkosaan. "Karena itu incest bukan dianggap pemerkosaan," ujarnya.

Dia melanjutkan, selain terjadi di rumah tangga, tempat pendidikan seperti pesantren juga rawan terjadi kekerasan seksual. Terutama sering terjadinya kasus hubungan seks sesama jenis antara pengajar dengan santrinya.

"Mereka bilang anti homoseksual, sangat haram. Tapi toh mereka punya banyak hubungan seksual antara kiai dan murid," ujarnya.

Hal itu terjadi lantaran para santri yang sudah menjadi korban merasa takut dengan sosok yang dihormati. "Kalau murid laki-laki diperkosa kiai, mereka tidak bisa bilang 'wah aku gak mau, aku ga mau' karena mereka sangat menghormati kiai. Itu bisa jadi trauma besar. Dan aku udah kenal sama beberapa orang."