Dandhy Laksono Cerita Alasan Berkicau soal Papua yang Berujung Penetapan Tersangka
Merdeka.com - Jurnalis Dandhy Laksono menjelaskan kepada publik terkait maksud dan tujuannya mencuitkan informasi soal kerusuhan di Jayapura dan Wamena Papua. Cuitan tersebut dianggap polisi berisi ujaran kebencian berdasarkan SARA.
"Publikasi saya tweet tanggal 23 September 2019 terkait peristiwa di Jayapura dan Wamena. Saya tweet pagi hari dan di Jayapura sudah siang hari, dan saya melihat banyak foto berseliweran, foto korban, video pertokoan terbakar, foto jenazah tertembak dengan darah menggenang dan sebagainya," kata Dandhy di Kantor Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (27/9).
Menurut Dandhy, foto berseliweran didapat dari akun-akun Twitter yang diikutinya beredar di hompage utamanya. Kemudian sutradara film dokumenter "Sexy Killers" ini mengkroscek terkait apa yang dilihatnya kepada kenalannya di media Papua, juga rekannya yang dipercaya dapat memberikan info valid.
Dandhy menganggap informasi yang berseliweran itu dapat berakibat fatal bila terus dibagikan kepada netizen jika tanpa data valid. Oleh karenanya, dia berinisiatif untuk menyusunnya foto-foto dan video itu bak puzzle dengan menyederhanakan alurnya.
Baru setelah itu, dia kembali menulis 5 cuitan disertai foto dan juga memenuhi unsur 5W+1H.
"Saya inisiatif untuk mulai menyusun puzzle ini menjadi 5 rangkaian tweet, saya menelpon teman-teman redaktur yang bekerja di berbagai media di Papua untuk konfirmasi apa benar ini foto dalam peristiwa ini, apa benar konteks Jayapura atau Wamena," terang Dandhy.
Sayangnya, niat baik Dandhy untuk meluruskan dan memberikan informasi yang terang malah menjadi petaka. Dia malah diduga menciptakan hoaks dan keonaran lewat sangkaan UU ITE.
Meski demikian, Dandhy siap menjelaskannya sedetail-detailnya meski polisi menilai perbuatan tersebut layak menjatuhkan status hukum sebagai tersangka.
Dia juga mengaku keberatan dengan proses penangkapan oleh polisi dilakukan malam hari, tanpa ada pemanggilan awal atau klarifikasi.
"Ini yang saya pikir sangat mengganggu, saya secara pribadi atau sebagai warga negara. Tapi saya (ini) jauh lebih kecil daripada (kasus) apa yang saya tweet," tandas Dandhy.
Reporter: M Radityo
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita Prabowo Subianto saat masih menjadi Danjen Kopassus dan memimpin operasi penting di Papua.
Baca SelengkapnyaPolisi tersebut nampak tampil nyentrik dan unik di antara anggota lainnya.
Baca SelengkapnyaPolisi yang diduga melakukan pencabulan terhadap anak tiri disebut sempat meminta pada pelapor untuk mencabut laporannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Demi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca SelengkapnyaRibuan mahasiswa dan masyarakat secara mengarak peti jenazah Lukas Enembe menuju persemayaman.
Baca SelengkapnyaPolisi itu harus mendaki gunung, melewati hutan belantara dan menerjang beberapa sungai deras untuk menuju perkampungan.
Baca SelengkapnyaSeorang warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Takalar, Yoran Pahabol meninggal dunia di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar, Kamis (21
Baca SelengkapnyaMomen AHY blusukan ke Manado, satu hari setelah dilantik jadi Menteri ATR/BPN.
Baca SelengkapnyaPolda Papua siap mengamankan prosesi kedatangan jenazah Lukas Enembe hingga pemakaman.
Baca Selengkapnya