Merdeka.com - Anak-anak harusnya mengisi harinya dengan belajar dan bermain. Namun, hal itu tak terjadi terhadap sejumlah anak di Banten.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mereka rela mengumpulkan sisa minyak curah dari tumpukan drum di Pasar Rau, Kota Serang, dengan menggunakan busa. Dalam sehari, mereka bisa mendapatkan tiga liter minyak curah yang kemudian dijual kepada pedagang makanan seharga Rp 5.000 per botol air mineral.

Setiap harinya mereka saling berebut drum bekas yang ditumpuk di sebuah toko di pasar itu. Tak peduli hujan maupun panas, tangan–tangan cekatan mereka meraih drum dan dirigen minyak yang kosong, dan memancing sisa minyak curah dari dalam drum dengan sebuah busa lalu diperas ke dalam botol.

Uang hasil kerja keras mereka kemudian dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Untuk jajan dan bantu uang sekolah," ujar Toyib, salah seorang anak pengepul minyak curah kepada merdeka.com di lokasi, Jumat (19/10).

Saat ini, Toyib masih bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP). Dia bekerja mengumpulkan minyak curah setelah pulang dari sekolah.

"Sekolah pagi, siang ke sini meras minyak," kata Toyib.

Sungguh miris. Saat Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sibuk berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal kasus dugaan suap Ketua MK Akil Mochtar yang diduga melibatkan sang adik, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, ada anak-anak di Banten yang harus membanting tulang untuk membantu keuangan keluarga.