Merdeka.com - Menyempatkan singgah ke Wonogiri tak lengkap rasanya bila tak menyusuri jejak kehidupan Presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto. Jarang sekali orang bertandang ke sana buat berwisata lantaran alamnya cukup keras dan gersang.

Soeharto lahir bukan dari keluarga berada. Kertosudiro, sang ayah merupakan seorang pengawas irigasi, dan ibunya, Sukirah, bercerai ketika dia masih kecil.

Menurut penuturan pendiri Padepokan H.M. Soeharto, Begug Poernomosidi, Soeharto kecil dibawa ayahnya hijrah ke Wonogiri, dari Desa Kemusuk, Godean, Yogyakarta. Menurut catatan literatur, Soeharto dititipkan kepada adik sang ayah, yang menikah dengan seorang petugas pertanian setempat di masa Hindia Belanda bernama Prawirowihardjo.

"Pak Harto lama tinggal di Wonogiri. Dari kecil sampai dewasa. Ikut pamannya yang jadi dinas pertanian lah kalau sekarang. Dulu rumahnya di Wonogiri ya enggak seperti sekarang. Cuma dari bilik bambu," kata Begug kepada merdeka.com.

Begug mengatakan, Soeharto pada masa kecil sama seperti anak-anak lainnya di desa. Bermain di sawah, karena daerah itu kental dengan budaya agraris meski gersang. Juga memelihara kerbau, bebek, main di sungai, dan lainnya.

"Sampai masuk sekolah juga di Wonogiri," ujar Begug.

Selama di Wonogiri, lanjut Begug, Soeharto dibesarkan dalam lingkungan agraris. Dia pun sering ikut pamannya mengunjungi sawah dan peternakan. Dari situ pula, tambah dia, pengetahuan Soeharto tentang pertanian dipupuk.

"Mulai dari situ, Pak Harto jadi tahu tentang bertani dan beternak yang baik. Dia tahu kalau bertani ini pupuknya ini, beternak ini caranya begini, itu karena dari kecil sudah terbiasa," ucap Begug.

Karena itu pula, kata Begug, Soeharto punya kebiasaan blusukan ke daerah melihat peternakan dan sawah. Sebab, hal itu sudah tertanam dalam dirinya sejak muda.

"Makanya waktu dulu ada acara klompencapir, ya karena pengalaman Pak Harto itu. Kan sering juga incognito. Jalan-jalan diam-diam," tambah Begug.