Merdeka.com - Ajang keluhan warga eks lokalisasi Saritem kepada Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dimanfaatkan benar-benar. Banyak warga kelimpungan lantaran ekonomi 'kampung' prostitusi tersebut mati. Keluhan itu paling tidak dialami Cahyadi.

Mantan karyawan PT Dirgantara Indonesia tersebut jadi mucikari sejak 2008 lalu. Hampir satu dekade ia menghidupi keluarga dari bisnis prostitusi yang sebenarnya sudah ditutup sejak 2007 lalu oleh Pemkot Bandung.

"Saya dulu kerja di BUMN, tepatnya di IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) dari 1987 sampai 1998. Sekarang saya tidak ada pemasukan," kata Cahyadi dalam dialog bersama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, di kawasan Saritem, Jumat (29/5).

"Saya tidak anti. Tapi saya minta solusi. Tolong yang dikedepankan itu solusi," lanjutnya.

Dia mengaku, menjadi korban PHK massal oleh PT DI pada 1998 lalu. Dia pun berusaha banting tulang mencari nafkah. Apa saja ia lakukan demi menghidupi keluarganya.

"Dari 1998 saya terus berusaha mencari nafkah untuk istri dan anak dengan berbagai cara. Saya pernah jadi PKL. Tapi pada akhirnya saya menjadi mucikari," ungkapnya yang tiga punya pekerja seks komersial (PSK) tersebut.

Dari 'penjualan' wanita kepada pria hidung belang, dia bisa menghidupi keluarga. Meski detilnya dia emoh menyebutkan. "Cukup lah untuk makan saya sama empat anak. Kalau istri saya sudah meninggal beberapa tahun lalu," jelasnya.