Merdeka.com - Seorang kuli bangunan yang tinggal sementara di Jalan Candi Lempung, Manuan, Surabaya, harus berurusan dengan polisi setelah dilaporkan dua kali mencabuli anak di bawah umur. Dia diamankan anggota Satreskrim Polrestabes Surabaya.

Di hadapan penyidik, Edi mengaku kerap menonton film porno melalui HP-nya, sehingga tak mampu menahan hasrat birahinya. Bagaimana ceritanya, berikut ini cerita kuli bangunan cabuli bocah 14 tahun seperti adegan porno:

Birahi usai tonton film porno

Tak kuat menahan birahi usai menonton film porno yang tersimpan di memori handphone (HP)-nya, Edi Susanto, asal Desa Dampit, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, nekat cabuli RH (14), bocah putus sekolah yang tinggal di daerah Manuan, Surabaya.Padahal, pemuda 21 tahun itu, awal tahun 2015 mendatang, akan menikah dengan tunangannya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di daerah Rungkut, Surabaya. Namun, rencana pernikahan itu, terancam batal.Sangking seringnya menonton video porno dan imajinasi yang sudah meninggi, Edi ingin segera melampiaskan syahwatnya itu. Sayang, tunangannya selalu menolak saat diajak berhubungan badan sebelum resmi menikah.Lalu kebetulan, di tempat Edi bekerja, dia akrab dengan RH, korban yang tinggal tak jauh dari lokasi proyek-nya. Jarak rumah RH dengan tempat kerja tersangka, sekitar 50 meter. Karena hampir setiap hari bertemu dan intens berkomunikasi, muncul niat mencabuli RH.

Pelaku mengancam korban agar tak berteriak

Kesempatanpun datang. Tanggal 10 Oktober siang, tersangka melihat RH bermain di lokasi proyek, dan secara kebetulan pula, situasi sepi. Sebab, para pekerja proyek tengah beristirahat.Kemudian, tersangka mengajak korban bermain di belakang Gedung SMP, yang berada di sekitar proyek. Edi mulai mempraktikkan adegan porno seperti aksi aktor mesum yang sering dilihatnya melalui HP miliknya.Di tempat itu, Edi memaksa korban dan berusaha melucuti pakaian korban. Dia juga mengancam agar korban tidak berteriak. Dalam kondisi ketakutan, korban membiarkan tangan-tangan genit tersangka menjamah tubuhnya.

Pelaku memperkosa korban dengan meniru adegan porno

Tangan Edipun bergerilya menjamah tubuh korban. Dada korban diremas, kemudian celana dalamnya juga dilucuti tersangka. Dan sesuai adegan cinta di film porno koleksinya, tersangka menyandarkan tubuh korban ke tembok. Lalu memperkosanya.Sayang, karena baru kali pertama dan birahi yang tinggi, tersangka klimaks lebih cepat, sebelum berhasil mengoyak 'mahkota" korban.

"Karena napsu dengan adegan itu, dan kemaluan saya belum masuk, eh, sudah keburu keluar," kata tersangka dengan lugu kepada penyidik sambil tertunduk, Sabtu (1/11).

Pelaku mengulangi lagi pemerkosaan kepada korban

Merasa hasratnya belum terpenuhi, tiga hari kemudian atau tepatnya tanggal 13 Oktober, tersangka mengulangi perbuatan. Modusnya kali ini, tersangka berpura-pura mengajak korban jalan-jalan ke pasar malam di daerah Manukan.Setelah jalan-jalan, korban tidak langsung diantar pulang, melainkan diajak ngobrol lebih dulu di samping Balai RW. Ketika situasi sepi dan memungkinkan tersangka mencabuli korban dengan aman, perlahan-lahan tangan tersangka menjamah tubuh hingga daerah sensitif, agar korban terangsang.Sementara orang tua korban, yang mengetahui anaknya diperlakukan tidak senonoh oleh tersangka, marah dan langsung melaporkan kejadian itu ke polisi.

Pelaku ditangkap polisi

Setelah dilaporkan ke polisi, pelaku lalu diamankan anggota Satreskrim Polrestabes Surabaya. Dia dijemput di tempat kerjanya dan dibawa ke Mapolrestabes Surabaya. "Tersangka kita tangkap di tempat kerjanya. Dari pengakuan, sudah dua kali tersangka mencabuli korban," terang Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Sumaryono.Sumaryono sendiri mengaku menyayangkan aksi cabul tersangka. "Sebenarnya tersangka sendiri sudah bertunangan, dan akan menikah usai tahun baru 2015 mendatang," ungkap alumni Akpol 1996 ini.Selanjutnya, atas perbuatannya itu, tersangka dijerat Pasal 81 ayat (1) dan (2) Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 2002, tentang perlindungan anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara dan denda maksimal Rp 300 juta.