Cerita Kartini menentang ajaran sang kiai
Merdeka.com - Sosok pahlawan wanita Raden Adjeng Kartini ternyata tidak hanya berjuang melawan tirani kungkungan dan pembatasan wanita yang dilakukan oleh orangtua dan suaminya saja. Tercatat, Kartini juga pernah melawan ajaran serta pemikiran kiai besar kala itu.
Ulama besar itu adalah KH Sholeh Darat yang merupakan ulama kondang penyiar agama Islam di sekitar kota Walisongo yaitu sekitar kerajaan Demak. Konon, KH Sholeh diyakini oleh warga Kota Semarang dan sekitarnya mempunyai dua makam.
Satu makam berada di sekitar wilayah Pelabuhan Tanjung Mas Kota Semarang. Kemudian versi lainnya kiai Sholeh Darat dimakamkan di Tempat pemakaman Umum Bergota Jl. Veteran, Kota Semarang. Kedua tempat makam itu kini banyak dikunjungi dan diziarahi oleh kaum muslimin, baik dari Pulau Jawa maupun dari luar Jawa.
Atas perintah kakeknya KH Ngudirono yang merupakan ulama besar Teluk Awur di Mayong, Jepara tempat kelahiran Kartini, ayah ibu Kartini, Ngasirah memerintahkan Kartini yang saat itu berusia remaja untuk belajar mengaji ke Demak, di Pondok Pesantren (Ponpes) yang diasuh oleh kiai Sholeh Darat.
"Memang benar, Kartini diperintah oleh orangtuanya atas perintah kakeknya KH Ngudirono yang merupakan ulama besar Teluk Awur untuk mengaji di pondok milik KH Sholeh Darat," jelas Muhammad Sahid (64 tahun), juru kunci makam RA Kartini kepada merdeka.com Selasa(23/4).
Saat menjadi santri, Kartini sering memprotes ajaran sang guru. Aksi protes itu di antaranya; saat Kartini meminta sang guru untuk menerjemahkan AlQur'an ke dalam bahasa Jawa, saat itu tidak diperkenankan.
"Perdebatan pun terjadi antara Kartini dan kiai Sholeh Darat. Hingga akhirnya tidak ada solusi dan mempertemukan perdebatan yang tak ada ujung pangkalnya. Hingga kiai Soleh Darat membawa Kartini untuk pergi mengaji ke salah seorang ulama besar lainnya di Demak," ungkap Riza Khaerul, petugas Museum Kartini Jepara saat ditemui merdeka.com Senin (23/4) di sekitar alun-alun Kota Jepara, Jateng.
Tak hanya itu, termasuk poligami yang diperbolehkan dalam Islam pun mendapatkan perlawanan dan perdebatan dari RA Kartini. Hingga akhirnya, setelah mendengarkan penjelasan dari ulama besar di Demak itu, Kartini pun mengalah dan memutuskan untuk berhenti menjadi santri.
"Juga soal kenapa wanita di saat menstruasi pada zaman itu tidak diperbolehkan menjalankan ibadah salat, puasa maupun ibadah lainnya dalam Islam. Kartini dinilai sebagai santri yang menonjol dan kritis oleh kiai Sholeh Darat saat itu," ungkapnya.
Sampai-sampai, KH SHoleh Darat yang berupaya keras untuk menerjemahkan Al Quran bersama kiai lain dari Demak. Namun, sayangnya saat kiai Sholeh Darat selesai menerjemahkan dan ingin menghadiahkan Al Quran beserta terjemahannya itu, RA Kartini sudah meninggal dunia.
"kiai Sholeh Darat tidak sempat memberikan Al Quran itu kepada RA Kartini karena RA Kartini keburu meninggal," pungkas Rizal.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Guru Ini Bagikan Cerita Muridnya yang Hidup dari Keluarga Berantakan, 'Saya Mau Merasakan Keluarga Utuh Kaya Teman-teman'
Berikut cerita salah seorang murid yang hidup dari keluarga berantakan.
Baca Selengkapnya10 Cerita Lucu Kartun untuk Anak, Menghibur dan Edukatif
Cerita lucu kartun mampu membawa anak-anak ke dalam petualangan yang penuh kegembiraan.
Baca SelengkapnyaKecerdasan Buatan Kini Dimanfaatkan untuk Belajar Mengaji, Begini Kisah di Balik Pembuatannya
Dengan AI, kegiatan belajar mengaji yang umumnya mewajibkan pendampingan guru secara langsung atau tatap muka, kini bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tak Tega Lihat Sepatu Anak Didiknya yang Sudah Rusak, Aksi Terpuji Guru Ini Tuai Pujian Warganet
Guru bernama Pak Marga ini pun menyiapkan kejutan untuk siswanya ini.
Baca SelengkapnyaKeji! Santri di Parepare Dianiaya Guru, Bagian Punggungnya Disetrika
Korban yang berusia 13 tahun sedang menjalani perawatan. Kasus terungkap setelah orang tua korban membuat laporan.
Baca SelengkapnyaKisah Kakek Anak dan Cucu jadi Ilmuwan Tempe Kelas Dunia, Berawal dari Pesan Guru SD di Klaten
Bapak Pangan Indonesia itu mengenang betapa berjasanya sang guru SD.
Baca SelengkapnyaCerita Ganjar soal Kesulitan Guru Ngaji di Boyolali Tak Bisa Berobat Karena KIS Diblokir
Seorang guru ngaji tak bisa berobat menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) karena kartunya terkena blokir.
Baca SelengkapnyaAyah TNI Ajari 'Jurus Tembak Terjitu' ke Buah Hati Pertamanya, Momennya Gemas jadi Sorotan
Sosok ayah TNI sedang bersenda gurau dan bermain dengan putra kecilnya hingga ajarkan ilmu ‘jurus tembak terjitu’.
Baca SelengkapnyaPensiunan Guru Tersenyum Bahagia Duduk di Kursi Kerja Sang Putra, Anaknya Kini Jenderal Bintang 4 TNI Berkarier Moncer
Berikut potret pensiunan guru tersenyum bahagia bisa duduk di kursi kerja sang putra.
Baca Selengkapnya