Cerita antropolog Italia bela wayang dari cibiran remaja Indonesia
Merdeka.com - Warga Negara Italia, Ferdinando Dagostino (33) tampak menikmati pagelaran wayang kulit di Universitas Indonesia. Dia asyik mengetukkan jari-jarinya ke meja saat alunan gamelan dan nyanyian sinden diperdengarkan sebagai tanda gelaran wayang dimulai.
Saat merdeka.com bertanya apa dia mengerti alur ceritanya padahal bahasa pengantar wayang tersebut murni bahasa Jawa. Dia menjawab dengan Bahasa Indonesia fasih.
"Tidak. Tapi saya suka wayang," kata Ferdinando di Universitas Indonesia, Kamis (21/5).
Ferdinando Dagostino ternyata seorang antropolog dari Napoli. Dia dengan antusias menceritakan minatnya terhadap kesenian Jawa tersebut.
"Saya tertarik budaya Indonesia dan mulai spesialisasi budaya Indonesia karena ketemu sama wayang yang menurut saya itu 'important'. Saya percaya wayang ada sebelum budaya India datang ke Indonesia, wayang benar penting bagi orang-orang khususnya di desa saya percaya wayang untuk mengkomunikasikan dengan leluhur 'so' saya suka karakter di dalam wayang," ucap dia panjang lebar.
Bahkan untuk fokus terhadap wayang, dia pun rela belajar bertahun-tahun dengan beasiswa dari Indonesia. Sejak tahun 2007 dia keliling Jawa dan menuliskannya di tesis S2-nya. Namun kesukaannya ini pada wayang pernah mendapat cibiran dari orang Indonesia sendiri.
"Saya surprise karena di Yogya dan Solo orang lebih tertarik tapi di kota lain orang-orang muda tidak terlalu tertarik. Mereka tanya sama saya kenapa menarik? Kata mereka itu sudah terlalu lama, kuno tentang wayang, kamu kan dari Itali kenapa suka wayang," kata Nando menirukan ucapan teman-teman Indonesianya.
"Saya jawab kenapa Anda semua tidak tahu? Anda Indonesia bukan, ini punya kamu, katanya itu budaya lama. Aneh kan," sambungnya lagi berapi-api.
Kecintaaanya pada wayang sangat mendalam, saking ingin mengerti Jawa terkadang Nando menyewa temannya untuk mengartikan bahasa Jawa yang diucapkan dalang dalam pagelaran wayang semalam suntuk.
Kini demi memuluskan kecintaan pada wayang, Nando tengah mengejar gelar S3 dalam bidang perwayangan. Di ujung percakapan dia mengatakan, "It can make you feeling, I can feeling a language makanya saya mau belajar Jawa," ucapnya sambil menyemangati dirinya.
(mdk/efd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peneliti Perkirakan Bahwa Warna Mata Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Warna mata ternyata memiliki keterkaitan dengan kemampuan membaca seseorang. Antropolog menduga bahwa terdapat kaitan di antara keduanya.
Baca SelengkapnyaFakta Menarik Seputar Pasta, Mengapa Spaghetti Tidak Boleh Dipatahkan Saat Memasak?
Larangan mematahkan pasta sebelum dimasak bukan hanya sekadar aturan makan; itu melibatkan tradisi, tekstur, teknik memasak, dan tentu saja, nilai-nilai budaya.
Baca SelengkapnyaAntropologi adalah Ilmu yang Mempelajari Perilaku Manusia, Berikut Penjelasannya
Disiplin ini berusaha untuk memahami manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat dan budaya tertentu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Contoh Akulturasi di Indonesia, Ketahui Faktor Pendorong dan Penghambatnya
Akultruasi adalah wujud perkembangan budaya yang dinamis.
Baca SelengkapnyaAturan Makan dan Minum di Italia yang Unik dan Tegas
Jika berencana menghabiskan liburan di Italia, penting untuk memahami aturan makan & minum yang unik & tegas yang menjadi bagian integral dari budaya Italia.
Baca SelengkapnyaPerlu Dikenali Orangtua, Kenali Tanda Anak Membutuhkan Pemeriksaan Mata
Mengucek dan memicingkan mata merupakan ciri-ciri ketika anak butuh memeriksakan mata.
Baca SelengkapnyaWNI Bawa Istri Bule Amerika Pulang Kampung ke Ponorogo, Kumpul Sama Keluarga Suami Dengar Bahasa Jawa Senyum-senyum
Saat di kediaman orangtua, sang istri seketika jadi pusat perhatian.
Baca SelengkapnyaMengenal Ngidang-Ngobeng, Tradisi Memuliakan Tamu ala Orang Palembang
Adab menghormati serta memuliakan tamu itu sudah melekat pada diri orang di Indonesia, mereka dianggap sebagai 'raja'.
Baca SelengkapnyaMengenal Budaya Ketupat Lepas, Ketika Orang Betawi Ucap Nazar untuk Anaknya
Budaya ketupat lepas jadi bukti rasa sayang orang tua ke anaknya.
Baca Selengkapnya