Merdeka.com - Peristiwa perbudakan yang terjadi di pabrik kuali di Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Tangerang hingga saat ini masih menjadi perbincangan yang hangat.

Sulaeman Djojo Atmojo, kuasa hukum tersangka Yuki Irawan (41) menuding bahwa para mandor lah yang kerap menindas buruh. Mereka yang berinisiatif melakukan tindak penganiayaan dan intimidasi.

"Kemungkinan ada perilaku asal bapak senang. Para mandor bisa saja melapor, tapi laporannya yang baik-baik saja. Sementara Yuki tidak tahu soal itu," ujarnya.

Sulaeman mengklaim, kliennya sudah menangani para buruh secara bertanggung jawab. "Seperti Pak Yuki menyediakan perawatan buat buruhnya yang sakit atau membawa ke Rumah Sakit," tuturnya.

Sulaeman melanjutkan, menurut keterangan Yuki beserta keluarga besarnya, penganiayaan yang dituduhkan para buruh terhadap Yuki salah alamat.

"Pengakuan para buruh itu ditambah-tambahi sebagai hasil provokasi pihak LSM yang mengakomodasi suara para buruh itu," ucapnya.

Sosok Yuki, dia melanjutkan, yang tertutup dan arogan seperti diberitakan media massa merupakan salah besar. "Pak Yuki adalah sosok yang cukup rutin mendermakan sebagian hartanya kepada tetangga," ujarnya.

Sulaiman melanjutkan, "kalau ada pengajian, dia suka menyumbang aqua atau kacang-kacangan. Pokoknya, di mata warga Yuki dikenal sebagai warga yang baik," tuturnya.

Sebelumnya diberitakan sebanyak 34 buruh pabrik kuali dan wajan ilegal di Kampung Bayur Opak, Desa Lebak Wangi, Kabupaten Tangerang terserang penyakit mencurigakan karena selama bekerja tidak mendapat kelayakan hidup.

Para buruh tersebut diketahui kerap menerima kekerasan dari majikannya. Sejauh ini, polisi sendiri sudah menetapkan tujuh tersangka, di antaranya Yuki Irawan (41) pemilik industri dan enam orang lainnya yang merupakan mandor pabrik. Dari tujuh masih buron dua orang.