Bocah kelas 2 SD di Samarinda tepergok satpam curi uang di sekolahnya
Merdeka.com - AR, bocah kelas 2 sebuah SD di Samarinda, Kalimantan Timur, menangis histeris setelah tepergok mencuri uang di dash board motor terparkir di halaman sekolahnya oleh petugas keamanan. Kasus itu akhirnya diselesaikan dengan memanggil orang tua AR.
Pencurian itu terjadi pagi tadi, di sela berlangsungnya upacara bendera. Gerak gerik AR, terlihat mencurigakan. Tanpa AR sadari, satpam sekolah terus mengawasinya.
Apes, saat dia mengambil uang dari dashboard motor matik, satpam langsung melakukan tangkap tangan. Terkejutnya AR, hingga dia akhirnya terlihat pucat dan menangis meminta ampun.
Dari tangannya, terlihat uang receh pecahan Rp 500 dengan total Rp 3.500. Barang bukti beserta dengan AR pun dibawa ke kantor sekolah.
AR mengaku tidak sendiri melakukan aksinya, melainkan disuruh saudara sepupunya, PK (14), seorang pengangguran. Tujuannya, agar PK mendapatkan uang untuk sekadar jajan. Diduga, PK sudah berulang kali meminta AR, untuk mengambil uang yang ada di dashboard motor yang diparkir di halaman sekolah.
"Saya disuruh dia (PK) ngambil uang di (dash board) motor. Sering saya disurub. Kalau tidak mau, saya dipukul," kata AR polos, saat menjelaskan kepada gurunya di kantor sekolah.
Sementara, Anang, satpam sekolah menjelaskan, dia terus mengawasi gerak gerik AR dan PK yang mencurigakan dan terlihat gusar, sejak upacara bendera.
"Sejak apel, mereka ini sudah keluar masuk halamam sekolah. Kami sebagai keamanan, merasa curiga. Jadi, setiap motor dilihatnya satu persatu," kata Anang.
"Kemudian, tidak lama keluar dari gerbang, dan yang disuruh mengambil ini (AR) ini masuk (ke halaman sekolah). Setiap motor diparkir, diperiksanya," ujarnya.
Bagi sekolah, peristiwa itu tidak sampai dibawa ke kepolisian. AR sendiri dinilai sebagai korban dari ulah PK. Tidak hanya AR, PK pun ikut menangis saat dibawa ke kantor sekolah.
"Yang jelas, kita sadarkan, dan kita panggil orangtua agar ada kerjasama antarsekolah dan orangtua," kata Kepala SDN 003 Tauhid, kepada wartawan.
"Yang jelas, anak ini (AR), diperalat oleh anak luar. Oleh sebab itu, dari pihak yang menyurub itu (PK), orangtuanya juga kita panggil," pungkasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Atap ambruk diduga tak kuat menahan tingginya debit air hujan yang mengguyur Bogor sejak Kamis dini hari.
Baca SelengkapnyaDemi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca SelengkapnyaWalau usianya masih di bawah umur, mereka rela menyisihkan tabungannya demi membantu orang lain.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sejak lulus sekolah, ia memang tidak mau bekerja menjadi seorang karyawan. Ia kini berhasil menekuni profesi berdagang dengan hasil jutaan rupiah dalam sehari.
Baca SelengkapnyaPara pemilik burung rela jauh-jauh mengirim hewan peliharaannya demi bisa sekolah di sini
Baca SelengkapnyaLantaran upaya diversi yang dilakukan pihak Kepolisian tidak menemui kesepakatan antara korban dengan 8 anak berhadapan hukum (ABH).
Baca SelengkapnyaFaqih bercerita bahwa saat lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dia bergegas mendaftar menjadi anggota TNI. Usaha pertamanya, gagal.
Baca SelengkapnyaPasutri ini selalu mengingat pesan orang tuanya untuk tidak mengukur pekerjaan dengan uang yang didapat.
Baca SelengkapnyaBocah SD ini mampu mengibarkan bendera merah putih saat upacara. Baru latihan Senin pagi, satu jam sebelum upacara dimulai.
Baca Selengkapnya