Merdeka.com - Seorang warga negara Bulgaria berinisial IIT (46) dibekuk aparat Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri, karena melakukan pencurian uang nasabah bank melalui ATM. Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Victor E Simanjuntak mengatakan, tersangka kini ditahan di Mabes Polri.

"Kejahatan ini diketahui sejak 7 Februari 2015. Kejahatan ini diketahui setelah penyidik kami menerima laporan dari sebuah bank swasta soal adanya aktivitas mencurigakan yang terekam CCTV pada beberapa lokasi ATM di Bali dan dilakukan oleh WNA," kata Victor di Ruang Rapat Direksus Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Senin (20/4).

Victor mengatakan, tersangka diciduk dari Sebuah Vila di kawasan Seminyak, Bali. Pelaku ditangkap bersama 6 WNI Bulgaria lainnya yang terdiri dari empat wanita dan dua laki-laki.

"Dua laki-laki WN Bulgaria diserahkan ke Direktorat Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian Ditjen Imigrasi karena melakukan pelanggaran keimigrasian. Sementara dua wanita dan satu pria sisanya kabur melarikan diri ke NTT, menyeberang ke Timor Leste, dan terbang ke Singapura," ujar Victor.

Victor melanjutkan, hasil kerjasama Bareskrim dengan kepolisian Eropa, Europol Cyber Crime (EC3) diketahui kelompok IIT pernah melakukan kejahatan pencurian uang dengan modus operandi ATM skimming.

Dari data Europol juga diketahui sindikat ini pernah melakukan kejahatan serupa di beberapa negara Eropa dan Amerika dan pernah menjalani hukuman di penjara.

"Ada 560 korban sindikat mereka yang berasal dari hampir seluruh negara Eropa yang berlibur di Bali. Diduga sindikat ini menjadikan Bali sebagai lokasi pencurian identitas nasabah dan lokasi penarikan uang hasil kejahatan karena mereka sudah sulit beraksi di Eropa dan Amerika. Termasuk Bali kan jadi destinasi WNA," kata Victor.

Dari penangkapan tersebut penyidik juga menyita barang bukti berupa ribuan kartu palsu (white card) berisi data magnetic stipe nasabah yang identitasnya telah dicuri. Termasuk disita juga peralatan komputer, berbagai mata uang asing sejumlah Rp 500 juta, kartu identitas palsu, dan lainnya.