Merdeka.com - Setelah menempuh perjalanan cukup panjang mengelilingi berbagai negara, kano tradisional yang memulai perjalanannya dari Hawaii akhirnya bersandar di Sanur Bali. Kano ini berlayar sejak 30 Mei 2014 lalu dan sudah mengelilingi banyak negara.

Kano ini membawa 13 awak kapal, dengan komandan kapal, Nainoa Thompson, yang datang dari Darwin. "Tujuan kami untuk Indonesia adalah bisa berlabuh di Bali, dan saat ini kami merasa sangat terharu begitu bahagia melihat Bali yang bagi kami adalah sister island of Hawaii," tutur Nainoa, Sabtu (1/8) di Pantai Sanur, Bali.

Sebagai rasa syukur bisa berlabuh di Pulau Dewata, seluruh crew kapal menyanyikan lagu Ave Vahitie dan Oli Kahea. Lirik lagu ini menceritakan tentang permohonan izin untuk berlabuh dan ucapan rasa syukur karena telah sampai dengan selamat. Selain lagu, mereka juga menampilkan tarian Uluwehi Ke Kai yang menceritakan tentang hubungan yang baik antara manusia dengan manusia serta manusia dengan alam.

‎Nainoa mengatakan, di Hawaii kano tradisional itu bernama 'Hokulea'. Hokulea itu sudah berusia 40 tahun dan telah berlayar 150 000 mil di Samudra Pasifik.

Ia bersama dengan 13 awak kapalnya akan kembali ke Hawaii pada bulan Juni 2017.

Kedatangan mereka ke Bali sesuai dengan misinya yaitu 'One World, One Ocean and One People'. Kampanye ini bertujuan menanamkan semangat kebersamaan sekaligus juga mengajak semua orang di mana pun berada untuk peduli kebudayaan, peduli lingkungan sekitar dan bumi.

Asisten Bidang Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Bali, Ketut Wija, menyampaikan apresiasinya karena Pulau Bali terpilih sebagai salah satu pulau tempat bersandarnya kapal tradisional Hawaii ini.

"Ini suatu kehormatan, bahwa Bali dipilihnya sebagai sandarnya Kano Hokulea. Memang Bali dan Hawaii punya kesamaan yang merupakan kepulauan dan memiliki pantai yang indah," papar Wija.

Wija berharap para awak kapal dapat menikmati kunjungan mereka di Bali. "Selamat berwisata dan menikmati budaya dan pemandangan Pulau Bali," ucapnya.