Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Beras naik, gaji DPR ikut naik tapi rakyat miskin makan ubi & garam

Beras naik, gaji DPR ikut naik tapi rakyat miskin makan ubi & garam Janda miskin di Jembrana. ©2015 merdeka.com/gede nadi jaya

Merdeka.com - Masa reses anggota DPR periode 2014-2019 bertambah, dari sebelumnya empat kali dalam setahun kini menjadi lima kali. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3).

Selain masa istirahat parlemen bertambah, juga ada perubahan besaran dana operasional reses yang masuk ke kantong wakil rakyat. Sekretaris Jenderal DPR Winantuningtyastiti membenarkan adanya perubahan anggaran reses anggota DPR. Tetapi soal angkanya, Winantuningtyastiti tidak menyebutkan pasti.

"Kalau rinciannya tidak hafal. Tetapi prinsipnya dialokasikan karena perintah UUMD3. Ada tugas anggota DPR memperjuangkan aspirasi pembangunan daerah, sosialisasi undang-undang, ada tugas untuk kunjungan jika ada kasus di dapilnya. Itu semua penambahan didukung staf, tenaga ahli termasuk aspri. Itu ada biayanya," kata Winantuningtyastiti saat dihubungi merdeka.com, Kamis (26/2).

Meski tidak menjelaskan rinci dana reses anggota DPR, tetapi jika mengacu pada angka terakhir, tiap anggota DPR mendapatkan dana reses Rp 150 juta dari nominal sebelumnya Rp 40 juta. Dana ini hanya buat anggota, belum termasuk staf, tenaga ahli dan aspri.

Hal yang mengejutkan lagi adalah dalam kode etik DPR, penggunaan dana reses tidak diatur secara spesifik laporan pertanggungjawabannya. Hal itu dikarenakan laporan reses bersifat administratif.

Karena bebasnya penggunaan dana tanpa terikat laporan pertanggungjawaban ini, berimbas pada sanksi yang juga tidak secara spesifik diatur. Hanya ada aturan norma umum seperti larangan bagi anggota untuk menyalahgunakan wewenang.

"Itu mekanismenya masih dibahas tim ada dari fraksi, termasuk pertanggungjawaban (dana reses)," terangnya.

Berbagai fasilitas yang dimiliki anggota DPR ini seakan berbanding terbalik dengan kondisi rakyat Indonesia. Terlebih harga beras sekarang yang melejit tinggi, tentu berimbas pada kehidupan rakyat miskin. Boro-boro makan enak, bisa mengisi perut yang kosong pun suatu berkah bagi rakyat miskin.

Berikut fakta miris rakyat hidup susah di tengah DPR menggodok aturan soal kenaikan gaji:

Pasutri tua tinggal di gubuk reyot beralas tanah

Miris jika melihat kehidupan yang dijalani Ketut Sareng (65) dan istrinya Nyoman Runtini (55) di Lingkungan Satria, Kabupaten Jembrana, Bali. Di atas tanah milik warga, pasutri yang hanya dikaruniai seorang anak cacat mental, ini tinggal dalam gubuk berukuran 5 x 6 meter. Mereka yang kesehariannya mengumpulkan barang bekas hingga larut malam, hanya bisa pasrah menjalani hidup."Makan bubur sudah tahunan Pak. Uang hanya bisa beli beras, kadang ada lebih bisa beli sebutir telur dibagi bertiga," aku Ketut Sareng, sambil mengusap peluhnya usai meringkes barang rongsokan, Selasa (17/2) di Jembrana, Bali.Selama 11 tahun mereka tinggal di gubuk ini, diakuinya belum satupun tersentuh oleh pemerintah. "Hanya petugas jurtik (juru jentik nyamuk) yang datang, tapi periksa nyamuk bukan periksa kami," sentilnya bercanda.Mengharukan lagi, bila hujan tiba, mereka tidur seperti babi di kubangan lumpur. Bahkan tidak jarang dia dikerubungi kaki seribu dan cacing tanah, lantaran tidur di atas tanah menyatu dengan tumpukan rongsokan botol plastik bekas. Bahkan untuk MCK, kebun semak belukar sudah jadi tempatnya."Kami sudah tidak punya tempat tinggal lagi. Kami mau pindah, tapi harus ke mana, dan kami belum mendapat tempat. Kami memang di sini sudah diusir karena katanya tanah ini sudah laku dijual," kata Runtini dengan mata berkaca-kaca.

Nestapa guru perbatasan, mengajar di kolong rumah & tak dibayar

Sejumlah warga perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, rela mengabdikan diri menjadi tenaga guru tanpa mengharapkan pamrih dari pemerintah, Kamis (19/2).Salah satunya Suraidah, warga Desa Sei Limau Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten Nunukan. Dia bercerita kisahnya mengabdi pada sebuah sekolah swasta di wilayahnya. Keputusan mengajar itu diambil atas keprihatinannya terhadap sejumlah anak-anak dari buruh perkebunan di Malaysia yang banyak tidak mengenyam pendidikan.Selama mengabdikan diri di sekolah itu, Suraidah mengatakan belum pernah mendapatkan imbalan atas tenaga dan waktunya. Dia mengaku tulus melakukan ini tanpa mengharapkan imbalan dari pemerintah.Bersama tiga temannya, Suraidah juga mengungkapkan, suka duka mengajar anak-anak perbatasan. Di mana karena keterbatasan fasilitas, dia acap kali harus menggunakan ruang belajar di kolong rumah warga untuk mengajar.Menurut Suraidah, sekolah tempatnya mengajar berada di bawah naungan Yayasan Ar-Rasyid Cabang Perbatasan yang terletak di Jalan Asnur Gaeng Pasau RT 12 Dese Sei Limau Kecamatan Sebatik Tengah. Sekolah ini bekerja sama dengan Yayasan Dompet Dhuafa Cabang Kaltim di mana saat ini sudah membina 60 murid terdiri dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), SD dan SMP.

Janda tinggal di gubuk reyot, setiap hari makan nasi garam

Miris melihat gambaran hidup yang dilakoni Masuda (70) janda yang tinggal di Dusun Baluk Rening, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Selain tinggal di gubuk reyot, janda ditinggal mati suaminya ini juga sakit-sakitan sejak setahun lalu.Masuda yang renta ini kini hanya tinggal dengan cucunya yang juga yatim piatu dan dirawatnya sejak kecil di gubuk reyot tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Masuda hanya bisa berjualan cabai dan makanan kecil di rumahnya. Terkadang dia juga membuat sapu lidi dan berjualan kayu bakar.Ditemui di gubuknya, Musada mengaku tinggal menumpang di tanah milik adiknya sejak puluhan tahun lalu."Sejak saya menikah, suami saya tidak memiliki tanah. Namun jika diberikan bantuan bedah rumah, adik saya memberikan tanah ini untuk ditempati," jelas wanita yang sudah renta ini, Kamis (26/2) di Jembrana.Dikatakannya dalam sehari belum tentu dia mendapatkan uang. Sehingga dia hanya bisa memanfaatkan beras miskin yang didapatkannya, dan dicampur dengan jagung atau ketela untuk menghemat beras."Kadang kami makan nasi dengan garam saja, kadang pakai sayur, itupun kalau punya uang. Cucu saya harus makan nasi dan bekal kalau mau sekolah, kalau tidak, dia nangis," ujar Masuda lirih.Masuda mengaku pasrah dengan kondisi hidupnya sekarang ini. Dia hanya berharap tidak sampai sakit keras seperti yang dialami suaminya, karena dia takut tidak ada yang merawatnya.

Bocah lumpuh & bisu hidup sebatang kara

Namanya Guntur Febriansyah. Bocah 8 tahun ini terlahir secara normal pada 16 Februari 2007 lalu. Tapi menginjak usianya ke-2 tahun, Guntur mulai mengalami kelainan.Entah penyakit apa yang menggerogoti Guntur yang ngefans sama Ariel NOAH ini. Yang pasti sudah enam tahun ini tangan dan tubuh Guntur mengecil serta tidak bisa digerakan. Kondisi itu juga menyebabkan bibir Guntur kaku alias bisu.Guntur kini tinggal di sebuah rumah kecil di gang sempit atau gang Budi V nomor 31 RT 04 RW 03 Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Dia diasuh Kokom (55) adik dari neneknya.Lantas kemana kedua orangtuanya? Kokom berkisah perjalanan panjang bocah yang kini menjadi sebatang kara tersebut. Guntur kata dia, pernah mendapatkan kasih sayang seutuhnya dari kedua orangtua.Hanya saja cinta dari orang terkasih itu hilang disaat dirinya lumpuh tak berdaya. Saat itu usia Guntur 2,5 tahun. Ibunya, Nurhayati, meninggal dunia karena sakit paru-paru.Guntur tentu membutuhkan seorang ayah, tapi entah apa yang ada dibenak ayahnya bernama Dadan tersebut. Dia malah meninggalkan Guntur usai 7 hari kematian istrinya. Tanpa kabar dan tanpa rasa bersalah, Dadan pergi tak berbekas. Hingga kini tidak diketahui rimbanya.Pada akhirnya beban hidup Guntur diberikan kepada kakek dan neneknya. Cobaan itu hadir lagi, neneknya meninggal diusia Guntur yang ketiga. Adapun kakeknya baru-baru ini sudah 100 hari dijemput Yang Maha Kuasa."Sekarang kondisinya seperti ini dan saya yang merawat," kisah Kokom kepada wartawan di kediaman sederhananya itu, Jumat (6/2)."Dulu mah masih bisa jalan dan sempat bisa ngomong juga, tapi badannya dulu sempat panas dan kemudian diterapi di rumah sakit tapi malah tambah panas," tuturnya.

Tanah adat dirampas, suku terasing di Matra makan ubi

Suku terasing atau Binggi, yang bermukim di Dusun Saluraya, Kelurahan Martajaya, Kecamatan Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara (Matra), Sulawesi Barat (Sulbar) saat ini semakin kesulitan mendapatkan pasokan makanan. Hal ini akibat lahan pertanian mereka tergerus dampak pengembangan kelapa sawit."Lahan pertanian kami tergerus akibat pengembangan kelapa sawit yang dilakukan perusahaan swasta. Saat ini, warga Binggi hanya mampu mengonsumsi Ubi Talas yang dikumpulkan dari hutan sebagai pengganti beras untuk bisa bertahan hidup," kata Ube, warga suku terasing dengan bahasa khas lokal di Pasangkayu, seperti dikutip dari Antara, Kamis (30/10).Menurut dia, untuk mendukung ekonomi masyarakat terasing maka mereka setiap hari mengumpulkan batu gunung untuk kemudian dijual."Lahan kami berada di pinggiran lahan HGU milik perusahaan sawit. Bahkan, tanah adat yang turun temurun ditempati telah dirampas perusahaan sawit. Bahkan, kami diusir ke luar untuk perluasan lahan sawit milik perusahaan tanpa ganti rugi," kata Ube, yang juga tokoh masyarakat suku terasing.Dia mengatakan untuk bertahan hidup maka suku terasing harus mengonsumsi umbi-umbian sebagai pengganti beras."Setiap harinya baik perempuan maupun laki-laki harus ke hutan guna mencari talas untuk dimakan pada siang hari. Setelah sorenya maka warga kembali menambang batu gunung untuk mendukung beban ekonomi," jelasnya.Apalagi, kata dia, semenjak tanah adat yang ditempati secara turun temurun sudah tidak ada karena semua lahan itu telah "dirampas perusahaan"."Sebetulnya kami sudah berpindah ke pinggir lahan perkebunan semenjak lahan kami jadi kebun sawit yang konon berada di kawasan HGU," jelasnya.Ia menyesalkan karena nyaris tak ada perhatian pemerintah kepada suku terasing dengan mementingkan kapitalis yang telah menguasai lahan warga. Ube menyampaikan dusun Saluraya saat ini hanya dihuni 45 kepala keluarga dengan kondisi atap rumah yang mulai bocor-bocor dan tidak berdinding.

(mdk/cob)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Segini Pensiunan yang Bakal Diterima Anggota DPR Usai Menjabat 5 Tahun

Segini Pensiunan yang Bakal Diterima Anggota DPR Usai Menjabat 5 Tahun

Mantan anggota DPR-RI berhak mendapatkan uang pensiun saat periode jabatannya selesai.

Baca Selengkapnya
Giliran Beras Naik Teriak-teriak, Petani 'Gaji PNS Naik, UMR Naik Kami Diam'

Giliran Beras Naik Teriak-teriak, Petani 'Gaji PNS Naik, UMR Naik Kami Diam'

Belakangan ini harga beras melambung tinggi, masyarakat semakin tercekik usai kenaikan yang signifikan.

Baca Selengkapnya
Pimpinan DPR Tegaskan Gubernur Jakarta Tetap Dipilih Rakyat

Pimpinan DPR Tegaskan Gubernur Jakarta Tetap Dipilih Rakyat

DPR sudah menerima daftar inventarisasi masalah (DIM) dari pemerintah.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Rapel Kenaikan Gaji PNS Cair Hari Ini, Segini Besarannya

Rapel Kenaikan Gaji PNS Cair Hari Ini, Segini Besarannya

Pencairan kenaikan gaji PNS ini telah dikonfirmasi langsung oleh Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu, Isa Rachmatarwata.

Baca Selengkapnya
Kabar Baik: CPNS Tetap Dapat THR dan Gaji ke-13, tapi Nominalnya Cuma Segini

Kabar Baik: CPNS Tetap Dapat THR dan Gaji ke-13, tapi Nominalnya Cuma Segini

Nilai pencairan THR maupun Gaji ke-13 bagi para CPNS hanya sebesar 80 persen dari gaji pokok.

Baca Selengkapnya
Cek Rekening, Kenaikan Gaji PNS dan Pensiunan Ditransfer Bulan Ini

Cek Rekening, Kenaikan Gaji PNS dan Pensiunan Ditransfer Bulan Ini

Membandingkan PP yang pernah terbit di bulan Maret, Anas bilang kenaikan gaji pada saat itu tetap dicairkan di bulan Januari.

Baca Selengkapnya
Ini Dia PNS Bakal Terima Nominal THR Paling Tinggi se-Indonesia

Ini Dia PNS Bakal Terima Nominal THR Paling Tinggi se-Indonesia

Dengan kemampuan itu, dia menyebut DKI Jakarta memiliki kesiapan untuk menganggarkan THR dan gaji ke-13.

Baca Selengkapnya
Segera Disahkan, RUU DKJ Atur soal Gubernur Jakarta Dipilih Melalui Pilkada hingga Dewan Aglomerasi

Segera Disahkan, RUU DKJ Atur soal Gubernur Jakarta Dipilih Melalui Pilkada hingga Dewan Aglomerasi

Terdapat tujuh poin dibahas dan disepakati DPR terkait RUU Daerah Khusus Jakarta (DKJ).

Baca Selengkapnya
Transaksi Dana Kampanye Janggal PPATK Bukti Dana Partai Politik Tidak Transparan

Transaksi Dana Kampanye Janggal PPATK Bukti Dana Partai Politik Tidak Transparan

Ternyata, dana ini tidak mengalami pergerakan yang signifikan, namun terjadi perputaran dana hingga mencapai triliunan rupiah

Baca Selengkapnya