Merdeka.com - Puluhan buruh Telkomsel yang tergabung dalam Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI) Surabaya, Jawa Timur, menggelar demonstrasi di Gedung Grahadi Surabaya, Jalan Gubernur Suryo. Mereka menuntut diangkat menjadi karyawan tetap, sebab selama ini melalui outsourcing.

Namun, demonstrasi yang awalnya digelar di Kantor Telkomsel dan BRI Plaza di Jalan Basuki Rahmat, Surabaya itu mendadak ricuh. Awalnya para demonstran hanya perang mulut dengan petugas Polrestabes Surabaya.

Namun kondisi berubah setelah para buruh bergabung dengan mahasiswa yang tergabung dalam Liga Mahasiswa Nasional Demokrat (LMND), yang rencananya menggelar demonstrasi di depan Hotel JW Marriott Jalan Embong Malang. Saat itu, polisi mengarahkan mereka ke Gedung Grahadi Surabaya. Mereka dilarang menuju Hotel JW Marriott di Jalan Embong Malang.

Di depan Tunjungan Plaza Jalan Basuki Rahmat, tepatnya arah menuju Jalan Embong Malang, mereka dihadang satu unit mobil water cannon. Perang mulut antara demonstran dan polisi pun kembali terjadi.

Para demonstran lantas menuruti polisi untuk menggelar demonstrasi di depan Gedung Grahadi. "Kami dilarang menuju Jalan Embong Malang. Di depan Tunjungan Plaza, kami di hadang mobil water cannon," terang koordinator aksi LMND, Mulyadi, Rabu (17/4).

Polisi bertindak tegas menghadapi para demonstran. Bahkan demonstran yang mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm diberhentikan polisi. Salah seorang di antaranya bahkan sempat tertabrak mobil karena berhenti mendadak.

Di depan Gedung Grahadi, kericuhan kembali terjadi. Polisi langsung menangkap tiga demonstran untuk dibawa ke Mapolrestabes Surabaya.

Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Tri Maryanto langsung memerintahkan anggotanya untuk segera merampas puluhan bambu runcing yang dibawa para demonstran.

"Kita tidak membubarkan demo. Kita hanya tidak ingin terjadi keributan saat APEC masih digelar di Surabaya. Tiga orang kita amankan, karena bikin gaduh. Mereka membawa bambu runcing saat menggelar demo," tegas Kombes Pol Tri Marianto.