Banjir Batavia, cerita nasi mahal hingga usir penghuni kontrakan
Merdeka.com - Banjir bukanlah sebatas air menggenangi rumah warga dan fasilitas umum lainnya. Efek lainnya juga bisa melumpuhkan ekonomi warga yang tidak melakukan kegiatan apapun selain menunggu air surut.
Di balik itu, banjir juga menghadirkan sikap kedermawanan untuk saling berbagi dan saling membantu. Namun tidak jarang yang ada yang memanfaatkan kondisi itu keuntungan semata.
Restu Gunawan, dalam buku: Gagalnya Sistem Kanal; Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa (1883-1985), menuliskan, banjir yang menimpa Batavia pada 19 Februari 1918 membuat Wali Kota Batavia saat itu Bischop langsung melakukan tindakan membahas bantuan apa yang mestinya cepat diberikan kepada warga. Mulai dari mengungsikan warga hingga memenuhi kebutuhan barang dan makanan pengungsi agar tidak terjadi kelaparan.
Tidak tanggung-tanggung Bischop minta saat itu juga agar dibuat yayasan khusus untuk menolong korban banjir. Bischop juga menyuruh agar disediakan dana khusus untuk membantu korban banjir. Selain itu dia juga meminta, jika uang yang disediakan tidak cukup, anggota dewan kota diharapkan untuk memberikan sumbangan.
Buku yang begitu lengkap membahas sejarah banjir di Jakarta itu juga memuat kisah-kisah lain di balik kejadian banjir zaman era bernama Batavia. Restu menuliskan, pada saat banjir besar pada Januari 1918, seketika itu juga harga barang dan makanan meningkat tajam. Dari Koran Sin Po terbitan 14 Januari 1918 yang dia kutip, harga beras yang semula 8,5 gulden naik menjadi 12 gulden per-pikul.
Tidak hanya itu, saat banjir itu harga cabe mengalami peningkatan yang paling drastis, mulai dari 35 gulden hingga 60 gulden per-pikul. Naiknya harga bahan-bahan pokok itu juga membuat naiknya harga makanan. Dalam laporan koran masa itu, Restu menyebutkan, harga nasi di warung makan mencapai 10 cent untuk nasi yang sedikit, saking sedikitnya kalangan Betawi menyebut ukuran itu sajumput.
Saking tingginya harga makanan dalam kondisi banjir itu membuat wartawan Sin Po mencari orang yang mencari keuntungan lebih dan dilaporkan ke polisi untuk ditegur. Melihat hal itu Koran Sin Po sampai perlu menurunkan tajuk agar orang yang ingin berderma langsung membeli semua nasi dari warung yang ada untuk dibagikan kepada pengungsi.
Tidak sampai di situ, Koran Sin Po juga menemukan adanya pungutan liar oleh pejabat desa kepada korban banjir. Kisah itu bermula, dari seorang penjaga toko yang rumahnya terendam banjir. Dia meminta pinjaman uang kepada majikannya. Sayang, sang majikan meminta surat keterangan dari pejabat setempat sebagai bukti dan jaminan.
Tidak mudah bagi penjaga toko yang ingin meminjam uang kepada majikannya untuk mendapatkan surat keterangan itu. Surat kabar harian itu menuliskan, untuk mendapatkan surat keterangan itu, pemohon harus mengeluarkan uang sebanyak 25 cent. Meski itu sebagai bentuk pemerasan, warga yang ingin mendapatkan pinjaman dari surat itu dengan terpaksa memenuhi keinginan pejabat desa itu.
Restu Gunawan juga mencatatkan kisah koran Sin Po yang mengalami nasib yang kurang baik saat banjir berlangsung saat itu. Akibat banjir yang tak kunjung surut dan menggenangi sebagai besar Kota Batavia memaksa koran itu mengurangi jumlah halamannya yang semula empat lembar menjadi dua lembar.
Namun, tidak selamanya banjir terus membawa kisah murung. Dalam buku itu, Restu Gunawan juga menampilkan kisah-kisah mereka yang mengambil manfaat dari kejadian banjir itu.
Restu mencontohkan bagaimana momen banjir digunakan oleh pemilik kontrakan untuk mengusir penyewa rumahnya yang tidak membayar sewa. Pemilik rumah biasanya mengatakan kepada penghuni kontrakannya kalau rumahnya akan dibangun ulang. Maka mau tidak mau penghuni kontrakan harus pindah.
"Hal ini juga sering dilakukan para pemilik rumah kontrakan untuk mengusir penyewa rumah jika penyewa susah membayar kontrakan pada masa sekarang, dengan mengatakan bahwa kontrakan akan dibangun atau dipakai saudara sendiri," tulis Restu Gunawan dalam buku itu.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebut Banjir Demak karena Pembalakan Liar, Jokowi: Alih Fungsi Lahan Harus Dicegah
Jokowi menuturkan penebangan pohon di hulu sungai membuat bencana banjir terjadi.
Baca Selengkapnya5 Fakta Terbaru Banjir Besar Demak, Seorang Lansia dan Balita Jadi Korban Meninggal
Sudah satu minggu banjir merendam kawasan itu namun air belum juga surut
Baca SelengkapnyaKisah Gereja Tua Kaliceret, Bangunan Kayu Tanpa Paku yang Telah Berusia Ratusan Tahun
Bangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
5 Fakta Banjir Besar di Demak, Banyak Tanggul Jebol hingga Puluhan Ribu Warga Harus Mengungsi
Banjir besar itu menyebabkan Jalan Pantura Demak-Kudus lumpuh total
Baca SelengkapnyaBubarkan Balap Liar, Aksi Para Wanita Ini Tuai Pujian
Aksi pembubaran balap liar ini terjadi di Jalan Sudirman, Kudus, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaSudah Mulai Terlupakan, Ini Sejarah dan Asal-usul Aksara Batak yang Jarang Diketahui
Aksara kuno rupanya tak hanya dikenal di Suku Jawa saja, melainkan Suku Batak juga memiliki aksaranya sendiri.
Baca SelengkapnyaFakta-fakta Banjir di Bandung Pagi Ini, Sebabkan Kemacetan di Dayeuh Kolot hingga Baleendah
Banjir disebabkan hujan deras yang mengguyur Bandung pada Kamis (11/1) lalu.
Baca SelengkapnyaDiusulkan Jadi Cagar Budaya, Ini Fakta Menarik Eks Stasiun Banjarnegara
Stasiun Banjarnegara punya peran strategis dan nilai sejarah yang tinggi
Baca SelengkapnyaCerita Cak Imin Ziarah ke Makam Bung Karno di Blitar Setelah Dapat Mimpi Ini
Cak Imin berziarah ke makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaBeda Gaji PNS dan PNS 'Part Time', Lebih Besar Mana?
Mana lebih besar antara gaji PNS dan gaji PPPK atau biasa disebut PNS 'part time'
Baca Selengkapnya