Merdeka.com - Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Dirjen Kesehatan RI melakukan pengukuran udara dampak erupsi Gunung Kelud. Dari hasil survei dinyatakan udara di lokasi pengungsian Kelud sangat jelek, dan berbahaya kepada pengungsi balita yang selama ini tidak memakai masker.

"Masker balita selama ini tidak ada, yang ada hanya masker untuk orang dewasa, ini sangat berbahaya dan yang paling berdampak adalah menjadi penyakit ISPA (Infeksi Saluran Napas Atas)," kata Ahmad Sutrisno, petugas survei pada merdeka.com di lokasi pengungsian Brenggolo, Kecamatan Plosoklaten, Sabtu (15/2).

"Apalagi balita akan merasa risih memakai masker, langkahnya adalah harus berada pada lingkungan yang terjaga," imbuh Ahmad.

Masih menurut Sutrisno, banyak pengungsi yang saat ini sudah kembali ke rumahnya di zona merah di radius 10 km dari kawah Kelud makin membahayakan warga, terutama para balita.

"Kalau mereka kembali semakin berbahaya, seharusnya mereka tidak kembali dan akan lebih aman di pengungsian, meski tidak dijamin seratus persen. Selain berbahaya bagi balita juga berbahaya untuk manula terutama yang memiliki penyakit hipertensi," tambahnya.

Beberapa lokasi yang dilakukan survei antara lain Kecamatan Wates, Plosoklaten, Puncu dan Pare. Sedangkan Cara kerja pengukuran udara ini adalah menghisap udara di lokasi penelitian.

"Udara dihisap dengan peralatan khusus untuk mengetahui tingkat bahayanya, kemudian dicampurkan dengan cairan yang ada yang sudah diketahui berat jenisnya dengan ukuran microgram per meter kubik udara. Untuk kegiatan ini memerlukan waktu kurang lebih 24 jam dan selanjutnya kita bawa ke laboratorium di Surabaya dan selanjutnya akan kita berikan rekomendasi kepada dinas kesehatan setempat," pungkasnya.