Asmara subuh, antara budaya dan perilaku sosial di bulan puasa
Merdeka.com - Sebagian dari Anda mungkin tidak asing dengan istilah asmara subuh. Sebagian lagi mungkin masih bertanya-tanya. Padahal tanpa sadar mungkin sebagian dari kita melakukan hal itu.
Istilah ini memang lebih sering terdengar di bulan Ramadan. Secara sederhana, asmara subuh merupakan aktivitas atau interaksi yang dilakukan manusia usai menjalankan sahur dan salat subuh, mengisi kekosongan waktu sebelum beraktivitas sehari-hari. Umumnya dilakukan anak muda atau remaja.
Biasanya, anak muda berkumpul di tempat-tempat umum, di ruang publik. Mulai dari pinggir jalan, taman, dan ruang publik lain. Bentuk aktivitasnya beragam. Mulai dari bercengkrama, bermain petasan, konvoi sepeda motor hingga ada pula yang kebut-kebutan. Pemandangan yang lain adalah muda-mudi yang asik memadu kasih dengan pasangannya.
Dilihat dari tinjauan sosiologis dan psikologis, guru besar Fakultas Psikologi UI Sarlito Wirawan menuturkan, asmara subuh sudah dikenal sejak dulu. Bahkan seolah sudah menjadi budaya yang selalu dilakukan masyarakat di bulan Ramadan. Tidak hanya di kota besar saja, tapi juga di berbagai daerah.
"Itu bukan tren, bukan fenomena. Sejak zaman saya sekolah sudah ada," ujar Sarlito kepada merdeka.com di Jakarta, Sabtu (13/7) malam.
Belakangan banyak diberitakan, aktivitas asmara subuh kerap dibubarkan aparat kepolisian. Dengan dalih mengganggu ketertiban umum. Bahkan, asmara subuh dicap sebagai bentuk perilaku menyimpang. Terutama jika dilihat dari tinjauan agama dan nilai-nilai islami.
Sebab, melakukan aktivitas bermesraan di bulan suci dianggap menyalahi norma dan aturan. "Dari agama jelas dilarang, dari dorongan jiwa remaja itu normal," kata Sarlito.
Dilihat dari tinjauan psikologis, muda-mudi yang memadu kasih berduaan dengan pasangannya di ruang publik adalah hal yang normal dan tidak perlu dibesar-besarkan.
"Namanya anak muda, subuh, magrib, di teras rumah, di WC sekolah atau di kebun raya, ya pacaran. Kalau dari sisi psikologi sangat normal. Kalau remaja tidak pacaran malah tidak normal," ucapnya.
Hanya saja, dia menyarankan, muda-mudi yang berpacaran tetap perlu mempertimbangkan waktu, tempat, dan situasi. Tapi bukan berarti aktivitas subuh langsung dicap sebagai perilaku menyimpang.
Dia menambahkan, akan lebih baik jika aktivitas asmara subuh tidak dikait-kaitkan dengan persoalan dan kaidah agama. "Jadi mengkait-kaitkan dengan puasa, subuh dan istilah keagamaan hanya cari sensasi," tegasnya.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
5 Tradisi Masyarakat Sumatra Utara Menyambut Datangnya Ramadan, Salah Satunya Pesta Tapai
Di Provinsi Sumatra Utara, masyarakat menyambut bulan suci ini dengan ragam tradisi yang berbeda-beda dan tentunya penuh makna.
Baca Selengkapnya8 Perkara yang Dapat Membatalkan Puasa, Umat Muslim Wajib Tahu
Ramadan baru saja tiba, sambut bulan suci ini dengan belajar seputar hal-hal pembatal puasa.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jelang Mulai Berpuasa Ramadan, Ketahui Hal yang Perlu Dilakukan dan Disiapkan Terlebih Dahulu
Sebelum memasuki bulan puasa, terdapat sejumlah persiapan yang bisa dilakukan agar ibadah tersebut berjalan dengan aman dan nyaman.
Baca SelengkapnyaMenjunjung Tinggi Toleransi di Bulan Ramadan
Toleransi saat Ramadan, salah satunya pengurangan jam kerja dengan maksud menghormati mereka yang berpuasa.
Baca SelengkapnyaBersih-bersih Jelang Ramadan dan Lebaran, Ini Hilangkan Jamur pada Pintu Kulkas Tanpa Disikat
Untuk menyambut Ramadan dan Hari Raya, menjaga kebersihan kulkas agar makanan tetap segar menjadi sangat penting. Berikut adalah tips untuk membersihkannya.
Baca SelengkapnyaMengenal Maapam, Tradisi Memasak Apam Khas Pasaman Barat Sambut Bulan Ramadan
Dalam menyambut bulan penuh berkah, masyarakat Pasaman Barat memiliki salah satu tradisi unik yang sudah diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaMeriahnya Prosesi Dugderan di Semarang, Tradisi Warga Menyambut Ramadan
Meski di tengah guyuran hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung semarak dan meriah.
Baca SelengkapnyaSambut Ramadan dengan "Perang Air", Ini Makna di Balik Tradisi Gebyuran Bustaman di Semarang
Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1743 dan diwariskan secara turun-temurun.
Baca Selengkapnya