Apa kabar layar tancap di tanah air?

Merdeka.com - Lapangan terbuka penuh sesak dengan para penonton. Mereka rela duduk berjam-jam hanya beralaskan koran untuk nonton layar tancap. Tapi kini pemandangan seperti itu sudah sulit ditemui.

Seiring perkembangan zaman layar tancap mulai ditinggalkan. Kini, jika mau nonton sudah pasti bioskop jadi pilihan utama. Lalu ada opsi lain seperti, download gratis atau beli DVD bajakan. Lalu gimana nasib bioskop keliling ini?

Layar tancap punya sejarah panjang. Sudah muncul di Indonesia sekitar tahun 1901. Pada era penjajahan, khususnya Jepang layar tancap digunakan sebagai alat propaganda untuk menguasai tanah air.

Berjalan waktu layar tancap menjadi sarana hiburan rakyat. Karena disajikan gratis dan biasanya ada di pasar-pasar malam, layar tancap selalu meriah. Pada tahun 70-an sampai 90-an layar tancap sempat mengalami masa keemasan, padahal bioskop sudah cukup banyak.

Kini memang semakin sulit menemui layar tancap di kota besar, paling bantar di pinggiran ibu kota. Bioskop keliling ini biasa disewa untuk acara hajatan, sunatan, dan syukuran kelahiran bayi.

Meski namanya tak seharum dulu, namun ingatan nonton dengan latar layar putih yang disanggah dua tiang ke tanah masih lekat dalam ingatan. Tentu saja ini tak banyak dialami anak di era 2000-an.

Meski begitu, ada catatan dan masukan ketika dahulu layar tancap diputar. Selain diserbu para pedagang dengan berbagai jajanan, kerap ditemui adanya permainan judi koprok di sana. Tentu di era sekarang ini tak boleh terulang lagi.

Hari ini, merdeka.com mencoba mengupas soal layar tancap, salah satu narasumbernya pengusaha layar tancap di Bekasi. Kita ingin tahu strategi apa yang membuat layar tancap bisa bertahan, dan seberapa jauh keyakinan bisnis ini dapat terus mendulang rupiah?

*Dari berbagai sumber*