Akui kesalahan, GPY ngaku tak tahan lihat kemolekan putrinya sendiri

Merdeka.com - Sanksi upacara adat yang dijatuhkan oleh desa ada setempat di Sudaji Kabupaten Buleleng terhadap GPY yang tega meniduri anak kandungnya, memang tidaklah cukup. Dia juga diminta membuat laporan tertulis hingga meniduri putrinya serta mengakui akan perbuatannya.

Di hadapan pemuka agama dan adat setempat, GPY mengakui telah membuat aib desa dengan meniduri anak kandungnya. Apalagi, anaknya harus menanggung derita kehamilan yang tak diinginkan. Lebih berat lagi, anak dalam kandungannya harus dilahirkan dan si Mawar (bukan nama asli) harus dinikahkan dengan laki-laki lain yang sanggup jadi suaminya.

"Selain kena saksi adat, ayahnya membuat surat tertulis atas pengakuan aib ini. Kasihan memang anak gadisnya ini, harus menanggung kebejatan ayahnya," ungkap Bendesa Adat Pakraman Sudaji, Nyoman Sunuada, Jumat (18/9) di Singaraja, Bali.

Dalam laporan pengakuan tertulis GPY dikatakan bahwa dirinya tidak sanggup melihat kemolekan anaknya. Terlebih lagi dalam rumah itu hanya tinggal dirinya dan anak gadisnya. Memang, mawar adalah anak yang terlahir dari hubungan tanpa upacara pernikahan. Mawar diambil oleh ayahnya saat akan masuk sekolah SMP.

"Semuanya diakui kesalahan dan khilaf, ini akibat nafsu yang tak bisa dibendung," jelasnya.

Informasi yang didapat warga sekitar, Mawar sejak kejadian ini tidak lagi berada di rumah ayahnya. Tidak jelas disembunyikan di mana, kemungkinan diamankan sementara di rumah ibu kandungnya. Kabarnya, Mawar sudah diajak berhubungan layaknya suami istri oleh ayahnya sendiri sejak ia duduk di bangku kelas 10 SMA.