Merdeka.com - Tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, masih mengalami krisis air bersih, meskipun hujan sudah mengguyur wilayah penghasil gaplek tersebutk Ketiga wilayah yang masih kekurangan air berada di sisi selatan yakni Kecamatan Paranggupito, Giritontro, dan Giriwoyo.

Ratusan warga di Desa Songbledek, Kecamatan Paranggupito, pada hari Migggu (17/1) lalu bahkan melaksanakan salat Istisqa untuk meminta hujan.

Kepala Desa Songbledek, Sutoto mengatakan dalam sebulan ini hanya dua kali turun hujan. Menurut dia, persediaan air bersih warga saat ini sudah habis.

"Sebulan ini hanya dua kali turun hujan. Warga kehabisan ahir bersih, sebagian besar bahkan mulai membeli air bersih dari tangki-tangki yang lewat," ujar Sutoto, Selasa (18/1).

Tak hanya ahir bersih untuk dikonsumsi, para petani juga kekurangan air untuk mengairi ladang dan sawah. Kondisi tersebut menyebabkan tanaman jagung milik warga mati.

Sementara itu di wilayah Paranggupito petani menanam padi dengan menggunakan sistem ngawu-awu. Benih padi ditanam menjelang musim penghujan, dan biasanya mulai hidup saat hujan tiba. Namun cara tersebut gagal, karena hingga benih mengering, di wilayah Paranggupito belum terjadi hujan.

"Hari Minggu kemarin warga sudah salat Istiqa, mungkin hari Jumat nanti akan ada pengajian dan salat lagi," katanya.

Kepala Desa Gendayakan, Heri Sutopo menambahkan saat ini stok air bersih warga sudah menipis. Untuk memenuhi kebutuhan air, warga membeli air bersih dengan harga Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per tangki isi 6 ribu liter.

"Banyak warga yang padinya puso atau gagal panen karena kekurangan air. Tidak hanya padi, tanaman jagung dan ketela pun mati kepanasan," pungkasnya.