Merdeka.com - Menjelang datangnya musim kemarau, titik panas atau hotspot di Sumatera Selatan mulai bermunculan. Selama Juli 2020, sedikitnya ada 174 hotspot tersebar di wilayah itu.

Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengungkapkan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai mengancam dengan munculnya hotspot berdasarkan pantauan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Kondisi mesti diwaspadai karena puncak musim kemarau sudah dekat, yakni Agustus dan September 2020.

"Sejauh ini sudah ada 174 hotspot di Sumsel, hanya pada Juli 2020," ungkap Ansori, Jumat (24/7).

Dia menjelaskan, titik panas itu tersebar di 14 kabupaten dan kota dari total keseluruhan 17 kabupaten dan kota. Terbanyak berada di Kabupaten Musi Banyuasin dengan jumlah 51 titik, Muara Enim 25 titik, Penukal Abab Lematang Ilir 24 titik, Ogan Ilir 22 titik, dan Musi Rawas 12 titik.

"Daerah-daerah itu masuk dalam sepuluh wilayah rawan karhutla seperti tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.

Sementara luasan lahan yang sudah terbakar baik sengaja maupun tidak, Ansori menyebut belum terdata. Hanya saja, dirinya memastikan jumlahnya tidak terlalu banyak dibanding tahun-tahun lalu.

"Ini karena musim kemarau tahun ini disebut kemarau basah, artinya masih ada hujan sehingga lahan tetap basah," ujarnya.

Dia menambahkan, anggota satgas karhutla telah disebar di titik-titik rawan karhutla, terutama di sepuluh kabupaten dan kota. Pemprov Sumsel juga menggelontorkan anggaran sebesar Rp45 miliar untuk mengantisipasi karhutla.

"Gubernur Sumsel sudah menginstruksikan untuk mencegah karhutla. Karenanya kami konsisten melakukan pencegahan, terutama mensosialisasikan larangan membakar untuk membuka lahan," pungkasnya.