Merdeka.com - Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) Haris Azhar menilai kinerja intelijen belum efektif. Dia mengatakan, kualitas kerja intelijen di lapangan patut dipertanyakan.

Menurutnya, kasus penembakan tahanan di Lapas Cebongan, patut diduga intelijen sudah tahu, namun tak bertindak. Dalam catatan KontraS kasus kekerasan naik dari 2011-2012.

"Kenapa banyak kekerasan, di mana intelijen kita. Saya bicara soal realita. Kepada siapa intelijen bekerja," kata Haris di Dapur Selera, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (31/4).

Harry mengatakan, kasus tewasnya Munir adalah hasil dari kerja intelijen. Dia menyebut peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terjadi setengahnya karena kerja intelijen.

"Semua ada peran intelijen. Kalau misalnya kita tidak bisa merubah intelijen, saya pikir gaya kita masih seperti intelijen zaman Orde Baru," ujar Haris.

Haris menambahkan, yang menyebabkan intelijen tidak efektif adalah intelijen tidak berdiri di bawah rezim hukum.

"Kita tidak berdiri dibawah rezim hukum. Kegagalan kita takut menghadapi hukum. Karena kasus Cebongan sangat serius. Jangan ada lagi ketegangan TNI-Polri. Lebih baik ada sinergi antara polisi dan TNI. Saya khawatir jika TNI jalan sendiri, maka proses-proses akan tertutupi. Sulit peradilan militer untuk mengungkap kasus di militer," tandasnya.