Oktodia ajak SMA Tunas Jakasampurna terjun ke dunia kreatif animasi
Merdeka.com - Animator profesional Oktodia Mardoko mengajak siswa-siswi SMA Tunas Jakasampurna untuk terjun ke dunia kreatif, khususnya animasi. Namun, melalui cerita animasi yang diminati anak-anak serta mengangkat kearifan lokal.
"Seperti Hayao Miyazaki atau Makoto Sinkai yang banyak menggali culture Jepang dalam karyanya, kali ini kita membedah bagaimana menggunakan budaya Indonesia untuk membuat karya animasi yang keren," ujarnya dalam The Future Talks di SMA Tunas Jakasampurna, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/11).
Okto lantas mencontohkan dengan industri animasi yang digelutinya. Dia menerangkan, industri animasi sarat dengan telekomunikasi informatika (TI) dan dunia digital yang tengah tumbuh pesat.
Efeknya, bisa berpengaruh terhadap kepribadian dalam 10 tahun ke depan. Misalnya, karena sering menonton film bernuansa kekerasan, maka kita akan menirunya.
"Kita masih kecil dan otak kita belum bisa mencerna tontonan kartun, seperti Tom and Jerry. Kalau kita lihat pukul-pukulan, anak kecil sih emang suka kayak gitu," katanya menerangkan.
Hal tersebut mendorongnya untuk membuat animasi dengan konten positif, seperti mengandung budaya Indonesia, agar psikologi generasi muda, khususnya anak kecil, tak rusak.
"Itu harus kita lakukan, agar mereka membangun bangsa lebih baik dari generasi sebelumnya," ucapnya.
"Saya mempunyai pemikiran, kita harus membelikan apa yang mereka butuhkan. Jadi, apa yang mereka butuhkan, seperti tayangan yang positif yang memiliki unsur moral, Indonesia itu banyak film-film yang dari luar seperti Doraemon, Spongebob, dan lain-lain. Kenapa dari luar? Karena sudah mempunyai rating bagus, sudah punya market. Maka, tv belinya itu. Sementara, banyak animasi yang bagus, pendanaan kurang. Sehingga, kesulitan industri animasi (dalam negeri berkembang)," kata Okto.
Dia menerangkan, dirinya terjun ke industri animasi, karena meminatinya. Untuk itu, jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini meminta para siswa juga demikian. Syaratnya sederhana, gigih dan fokus.
"Yang paling utama, yang harus kalian pahami, tidak tentu kalian misalkan jurusan IPA dan lain-lain. Tapi, kalian harus memahami basic inner dari kemampuan kalian itu, bisa terus berkarya," jelasnya.
Okta pun mengapresiasi acara The Future Talk yang digelar Universitas Gunadarma (UG) dan KapanLagi Network (KLN) serta menyasar generasi muda. Alasannya, usia SMA merupakan waktunya proses mencari jati diri.
"Jadi, acara-acara ini diperlukan dan tentunya untuk motivasi mereka," ungkapnya.
Untuk itu, dirinya berharap The Future Talk dapat terus dilanjutkan guna merangsa generasi muda yang belum memiliki gambaran ke depannya ingin menjadi apa. Apalagi, anak muda sekarang cenderung ingin serba instan tanpa adanya saringan.
"Nah, itu tanggung jawab kita semua," katanya.
(mdk/hrs)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kreativitas dan rasa artistik yang dimiliki oleh anak bisa dipupuk dan dikembangkan oleh orangtua melalui berbagai cara.
Baca SelengkapnyaOktavirasa atau akrab disapa Okta, mulai mencintai dunia seni sejak mengenyam pendidikan sekolah dasar.
Baca SelengkapnyaPantun bukan sekadar pelajaran bahasa dan peninggalan budaya, tapi juga media untuk menciptakan tawa dan suasana ceria di dalam kelas.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gardu Ganjar dengan menggelar Pelatihan Konten Kreator bagi generasi muda.
Baca SelengkapnyaSebagai makhluk sosial yang penuh potensi, manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan ide, dan menjalani kehidupan yang bermakna.
Baca SelengkapnyaMelalui acara tersebut, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bisa diandalkan untuk membantu kesulitan masyarakat.
Baca SelengkapnyaSosoknya menuai perhatian publik karena kisah inspiratifnya.
Baca SelengkapnyaKata-kata harapan orang tua untuk anak sekolah ini bisa memberikan semangat untuk menuntun ilmu.
Baca SelengkapnyaSosoknya bukan orang ambisius yang menghalalkan segala cara demi mendapat jabatan
Baca Selengkapnya