Alasan penyebaran dan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI
Merdeka.com - Saat terjadi Perang Dunia, dunia terbagi menjadi Blok Barat dengan paham liberalis dan Blok Timur dengan paham komunisnya. Ternyata, paham komunis itu juga sampai ke Indonesia melalui perantara kaum radikal dari Belanda. Mereka segera membentuk ISDV yang berkembang menjadi Partai Komunis Indonesia yang kita kenal. Komunisme menjadi sangat menarik untuk para terjajah karena mereka berpikir bahwa mereka akan segera bebas dari kekangan para penjajah. Itulah yang menjadikan komunisme bisa menyebar dengan sangat cepat di kalangan rakyat Indonesia.
Di saat yang bersamaan, pemerintah Belanda segera melakukan penangkapan kepada orang-orang PKI yang melakukan gerakan-gerakan politik. Semaun dan Darsono segera melarikan diri ke Rusia. Posisi pemimpin PKI segera diganti dengan Tan Malaka. Karena Sarekat Islam dan PKI ikut serta dalam aksi mogok besar-besaran di tahun 1922, maka Tan Malaka dan Abdul Muis segera ditangkap dan diasingkan. Setelah itu, PKI bergabung dengan Comintern atau Communist International.
Setelah insiden itu, Sarekat Islam terbagi menjadi Sarekat Islam putih dan Sarekat Islam merah. Sarekat Islam Putih dipimpin oleh Haji Agus Salim dan memutuskan hubungan dengan partai komunis itu. Karena kondisi sosio politik akan menguntungkan PKI kalau terus dilakukan, maka Cokroaminoto segera mengambil langkah. Dia melakukan disiplin partai di tahu 1923. Penerapan disiplin itu dianggap melarang anggota Sarekat Islam yang menjadi anggota PKI juga.
PKI ini mendapat dukungan dari kalangan buruh. Di tahun 1926 hingga 1927, pimpinan PKI terus melakukan pemberontakan dan pimpinannya dibuang ke wilayah Boven Digul. Meskipun pernah menjadi ancaman serius untuk negara, pemerintah sudah berhasil mengatasi masalah ini sampai ke akarnya sehingga paham Indonesia tetap Pancasila.
(mdk/iwe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran
Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaBPIP: Bangsa Ini Sudah Biasa Bertindak dengan Menghargai Perbedaan
Dengan perilaku toleransi tinggi, Indonesia diyakini kebal dengan serangan paham radikal terorisme ingin pecah belah NKRI.
Baca SelengkapnyaJK Kritik Netralitas Jokowi di Pilpres 2024, Ini Respons Istana
JK menyatakan bahwa semua pejabat sampai kepala pemerintah, presiden turut diambil sumpahnya agar berlaku adil bagi masyarakat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Naik 300 Persen, PSI Peroleh 42 Kursi DPRD di Papua Raya
Kenaikan perolehan suara ini karena PSI dianggap menjadi partai yang toleran dan representasi dari Presiden Joko Widodo.
Baca SelengkapnyaPerangi Radikalisme dan Terorisme dengan Moderasi Beragama
Di tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaPuan soal Ramai Petisi Akademisi Kritik Jokowi: Biarlah Rakyat yang Menilai
Ramai akademisi mengeluarkan petisi untuk Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaKakek 80 Tahun Bikin Perwira Polisi Kaget, 7 Tahun Jalan Kaki Datangi 261 Makam Para Wali & Presiden RI
Seorang pria tua berusia 80 tahun sukses mencuri perhatian. Awalnya, kakek tua itu tengah berusaha menyeberang jalan raya.
Baca SelengkapnyaKoalisi Masyarakat Sipil Kecam Pemberian Pangkat Jenderal Kehormatan Prabowo
Koalisi Masyarakat Sipil menilai Pemberian gelar jenderal kehormatan kepada Prabowo Subianto merupakan langkah keliru
Baca Selengkapnya