Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tertipu Klik Link, Uang Dimaling

Tertipu Klik Link, Uang Dimaling ilustrasi. ©2020 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Merdeka.com - Daniel (37), masih kesal betul mengingat kejadian beberapa bulan lalu. Uang Rp6.253.000 di rekeningnya dan istrinya ludes dikuras maling. Gara-garanya, sang istri tergiur tawaran link penukaran poin dari provider kartu seluler.

Peristiwa itu dialami warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada pertengahan Februari 2022. Berawal dari Nita (35), istrinya, menerima telepon dari seseorang yang mengaku petugas call center Telkomsel. Saat itu Nita baru saja melakukan pembayaran tagihan kartu pascabayar. (Daniel dan Nita bukan nama sebenarnya).

Petugas gadungan itu mengatakan, Nita bisa menukarkan poin senilai Rp800 ribu. Yang membuat Nita percaya, semua identitasnya, nama lengkap, alamat rumah, hingga transaksi pembayaran kartu pascabayar yang baru dilakukan, disebutkan pelaku.

Setelah berhasil meyakinkan Nita, obrolan berlanjut via WhatsApp (WA). Sebuah link dikirim. Nita diminta mengklik dan mengisi username dan password m-banking BCA. Dia kemudian mendapat pesan WA lagi yang memintanya memasukkan sejumlah angka yang ternyata berupa OTP (one time password).

"Habis itu raib dah tuh. Pertama isi ATM dia raib. Terus pelaku telepon lagi karena nominalnya kecil, dia telepon bini lagi. Minta nomor rekening lagi, ya dikasih akhirnya semua isi ATM gue raib," kata Daniel kepada merdeka.com, 7 Oktober lalu.

Daniel mengetahui isi rekeningnya dikuras saat mendapat notifikasi di handphonenya. Ada transaksi pemindahan uang. Saat membuka mobile banking istrinya, akses ditolak karena password telah diganti oleh pelaku.

Daniel hanya bisa gigit jari saat menghubungi pihak bank meminta pemblokiran. "Habis semuanya isi rekening gue sama istri. Nol rupiah. Gue langsung telepon bank minta blokir, ternyata penipunya lebih cepat. Pokoknya kerjanya pelaku cepat ya, sekitar 10 menit lah," ujarnya.

Bersama sang istri, Daniel melaporkan penipuan itu ke Polres Jakarta Selatan. "Tapi saya enggak tahu kelanjutannya lagi sekarang," ucapnya pasrah.

Kejadian yang dialami Daniel dan Nita juga dialami Rosalia (33) warga Depok. Dalam unggahannya di grup Facebook, Info Depok 6 Juli lalu, dia menceritakan tertipu oleh orang yang mengaku dari Bank BRI.

Awalnya, Rosalia melihat iklan yang mengatasnamakan Bank BRI di beranda Facebook yang menginfokan bahwa ada perubahan biaya transfer antar rekening menjadi Rp2.500 dan gratis biaya pulsa pemberitahuan transaksi. Dalam iklan itu juga disertakan link untuk pendaftaran BI-Fast di aplikasi BRImo (BRI mobile).

Rosalia pun mendaftar. Sebuah pesan WhatsApp kemudian masuk dari nomor 0811581582 dengan gambar profil logo BRI.

"Tadi ibu/bapak sempat melakukan pendaftaran di BI FAST namun tidak selesai. Silakan diselesaikan pendaftaran BI FAST nya. Untuk melanjutkan update fitur layanan BI FAST silakan aktivasi melalui link website berikut https://lb-bri.com/id. Apakah ibu/bapak sudah menerima SMS verifikasinya? Jika belum mohon tunggu kami kirim ulang kembali."

Demikian pesan yang diterima Rosalia. Tanpa curiga, dia mengklik link tersebut dan mengisi sejumlah nomor. Tak lama berselang, dia malah mendapatkan pesan transaksi top up (pengisian) ke OVO nomor 08386092847 berhasil, senilai Rp1.700.000.

Sebelum sadar tertipu, awalnya Rosalia sempat ragu. Tapi berkali-kali penipu itu berupaya meyakinkan sebagai orang Bank BRI. Ditambah lagi, aplikasi BRImo milik Lia saat itu dalam status terblokir.

"Dia bilang mau buka blokiran. Saldo di rekening BRI sampai habis dipindahkan ke akun OVO yang mungkin masih komplotannya. Harap berhati-hati dan waspada dengan segala bentuk penipuan yang ada di FB, IG dan WA," tulisnya.

Cara Phising Bekerja

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menjelaskan, modus penipuan dengan mengklik link seperti yang dialami Daniel dan Lia sebagai phising.

"Penipu membuat website palsu yang mirip dengan aslinya. Jadi sebenarnya, (uang) yang kesedot itu bukan karena klik link, tapi klik link dan memberikan akun dan password," jelasnya saat dihubungi merdeka.com, Senin 10 Oktober.

Sammy, sapaan akrabnya, menambahkan, korban yang tertipu mengira link yang diklik merupakan website resmi. "Jadi mereka kasih aja akun dan password-nya."

Dia mengimbau kepada masyarakat untuk hati-hati, bersikap skeptis dan kritis. "Kalau menerima link-link jangan langsung diklik. Cek ke penyedia layanan, menanyakan kebenaran dari informasi yang diterima," pesan Sammy.

Bagaimana modus phising ini beraksi? Sebuah akun TikTok dengan nama pengguna @youudan membuat penjelasan. Dia mencontohkan salah satu website yang beralamat di pilih-tarifbri.herokuapp.com. Dari nama domain sebenarnya sudah terlihat jelas website ini bukan situs resmi bank BRI. Tapi tampilannya seperti aplikasi BRI mobile atau BRImo.

"Aplikasi ini di-deploy ke heroku. Bagi yang enggak tahu heroku itu apa, itu situs buat hosting aplikasi gratisan," jelas @youudan.

Menggunakan webtool 'Wappalyzer' dia kemudian melacak situs itu. Wappalyzer merupakan webtool yang berfungsi untuk mengidentifikasi sistem yang digunakan untuk membangun suatu website. Wappalyzer berupa ekstensi pada web browser Google Chrome.

Hasilnya, website BRImo abal-abal itu dibuat menggunakan Next.js, sebuah framework JavaScript buatan Vercel yang digunakan front-end developer untuk membangun sebuah website yang cepat dan ramah pengguna.

"Waduh orang-orang phising sekarang udah pada niat juga ya," kata @youudan.

Calon korban yang mengakses link itu kemudian diminta memilih menu 'tarif baru' dan 'tarif normal'. Hal ini terkait tawaran pengubahan menu biaya transfer di bank BRI. Ketika salah satu menu dipilih, pengguna diminta melakukan login dengan memasukkan username dan password BRImo.

@youudan kemudian memasukkan sembarang username dan password. Yang menarik, di kolom password, kata sandi yang harusnya disembunyikan, tetap ditampilkan saat diketik.

Dia kemudian menelusuri ke mana data username dan password itu itu dikirimkan. Hasilnya, kedua data itu diteruskan ke sebuah email beralamat di wkop6003@gmail.com. "Jadi ketahuan dong, ini udah jelas phising. Sebenarnya udah ketahuan juga dari domainnya ini phising," pungkas @youudan.

Dihubungi terpisah, Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto meminta para nasabah BRI lebih berhati-hati dan tidak menginformasikan kerahasiaan data pribadi dan data perbankan seperti nomor rekening, nomor kartu, PIN, user dan password internet banking kepada orang lain, termasuk yang mengatasnamakan BRI.

Dia menegaskan, BRI hanya menggunakan website dan media sosial resmi yang terverifikasi dengan tanda centang biru sebagai media komunikasi yang dapat diakses oleh masyarakat melalui: website www.bri.co.id, Instagram (@bankbri_id), Twitter (@bankbri_id, @kontak bri, @promo_bri), Facebook (Bank BRI), dan Youtube: Bank BRI

"BRI mengimbau seluruh nasabah untuk waspada segala bentuk modus penipuan dan kejahatan perbankan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Info lebih lanjut, menghubungi Kantor BRI terdekat atau Contact BRI 14017/1500017," tulis Aestika.

Modus Berkembang

Pratama Dahlian Persadha, Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber dan dan Komunikasi CISSReC menyebut phising merupakan kejahatan modern. Sayangnya, kemampuan sebagian aparat penegak hukum di Indonesia masih terbatas.

"Kalau hanya kejahatan skimming ATM, aparat polisi kita sudah sering menangkap pelaku baik WNI maupun WNA," kata Pratama saat dihubungi merdeka.com, akhir pekan lalu.

Dia menambahkan, kejahatan phising dengan mengirimkan link lebih sulit ditelusuri. Apalagi para pelaku memanfaatkan anonimitas di internet. Belum lagi nomor telepon yang digunakan tidak terdaftar atas nama pelaku.

"Kemampuan aparat untuk mendeteksi akun media sosial dan nomor seluler para penipu sebenarnya ada, namun masih sangat terbatas untuk tindak kejahatan luar biasa seperti terorisme, korupsi maupun narkoba," ujarnya.

Sementara Kasubdit I Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Reinhard Hutagaol mengungkapkan, modus penipuan terkait phishing berkembang. Dulu, banyak yang tertipu karena menyerahkan nomor OTP kepada pelaku yang pura-pura salah kirim nomor voucher game yang bernilai ratusan ribu. Ada juga OTP untuk mentransfer saldo uang elektronik.

Setelah modus OTP sudah tak lagi berhasil, kini penipu menggunakan website palsu untuk mengelabui calon korban agar mengisi username dan password.

"Banyak yang jadi korban itu adalah orang-orang daerah. Enggak ngerti dapat SMS atau WA misalnya, dibohongin mendapatkan hadiah, ini yang penipuan website ya," kata Reinhard.

Danang Prihartono, Plt Deputi Analisis dan Pemeriksaan PPATK menjelaskan, laporan transaksi keuangan mencurigakan (LTKM) yang diterima lembaganya terkait penipuan terus meningkat dalam tiga tahun terakhir.

Pada 2019 ada 10.000 LTKM, kemudian tahun 2020 bertambah menjadi 15.000 LTKM, dan pada 2021 lalu ada 25 ribu LTKM. PPATK kewalahan menelusuri semua laporan itu.

"Cuma kan memang jumlahnya kebanyakan kecil-kecil, jadi memang banyak sekali. Dari jumlah sebanyak itu tidak mungkin kalau kita tangani semua," kata Danang.

(mdk/bal)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pakai Password Tanggal Lahir, Kartu ATM Majikan di Jaksel Dikuras Pembantu

Pakai Password Tanggal Lahir, Kartu ATM Majikan di Jaksel Dikuras Pembantu

Pelaku baru bekerja di rumah majikannya selama tiga bulan.

Baca Selengkapnya
Jangan Coba Coba Buka Mobile Banking Pakai Wifi Gratis, Begini Dampaknya

Jangan Coba Coba Buka Mobile Banking Pakai Wifi Gratis, Begini Dampaknya

Mengoperasikan mobile banking menggunakan wifi publik berisiko terkena serangan yang disebut “man in the middle”.

Baca Selengkapnya
Sambil Menangis Wanita ini Curhat Nomor HPnya Dijual Provider ke Hacker, Akun Bank Hingga Belanja Online Habis Dibobol

Sambil Menangis Wanita ini Curhat Nomor HPnya Dijual Provider ke Hacker, Akun Bank Hingga Belanja Online Habis Dibobol

Wanita ini menceritakan pengalaman akun bank dibobol hingga rugi jutaan rupiah akibat nomor HPnya dijual provider ke hacker.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kesal Ditagih Uang yang Dicuri, Seorang Pemuda Bunuh Rekan Bisnis

Kesal Ditagih Uang yang Dicuri, Seorang Pemuda Bunuh Rekan Bisnis

Riski kerap mengambil diam-diam uang dari kas kios pulsa hingga totalnya mencapai Rp80 juta.

Baca Selengkapnya
BI Ungkap Risiko Tukar Uang Receh di Pinggir Jalan

BI Ungkap Risiko Tukar Uang Receh di Pinggir Jalan

Melakukan penukaran di layanan resmi dijamin keaslian uangnya.

Baca Selengkapnya
Waspada Penipuan Modus Surat Tilang dan Bukti Kirim Barang, Salah Klik Uang Ratusan Juta di Bank Bisa Hilang

Waspada Penipuan Modus Surat Tilang dan Bukti Kirim Barang, Salah Klik Uang Ratusan Juta di Bank Bisa Hilang

Saat ini banyak modus penipuan yang dilakukan di bidang keuangan dengan memanfaatkan media sosial.

Baca Selengkapnya
Website KAI Diserang Hacker, Bagaimana Nasib Data Pelanggan dan Penjualan Tiket?

Website KAI Diserang Hacker, Bagaimana Nasib Data Pelanggan dan Penjualan Tiket?

Pernyataan ini merespon kabar terkait bocornya data pelanggan akibat terkena website KAI diserang hacker.

Baca Selengkapnya
72 Persen Penggunaan Pinjaman Online Dimanfaatkan untuk Peningkatan Kualitas Hidup

72 Persen Penggunaan Pinjaman Online Dimanfaatkan untuk Peningkatan Kualitas Hidup

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.

Baca Selengkapnya
Saldo di ATM Dipotong Tiap Bulan, Ternyata Dananya Untuk Ini

Saldo di ATM Dipotong Tiap Bulan, Ternyata Dananya Untuk Ini

Nilainya berkisar Rp7.500 sampai Rp20.000, tergantung jenis kartu nasabah.

Baca Selengkapnya