Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Salju di Puncak Jaya tak lagi abadi

Salju di Puncak Jaya tak lagi abadi Salju di Puncak Jayawijaya. ©ksmtour.com

Merdeka.com - Lapisan es di Puncak Cartenz tak lagi abadi. Kenyataan itu bukan isapan jempol karena banyak penelitian dan kesaksian penduduk di sana menegaskan bila perlahan namun pasti salju di pucuk pegunungan tertinggi Jayawijaya, Papua, itu terus menyusut dari tahun ke tahun.

"Saljunya sudah tidak terlihat, sekarang sudah habis. Kehijauan mewah sudah tidak ada," begitulah kata Mama Yosepha Alomang tokoh perempuan Suku Amungme, Papua, menggambarkan kondisi gletser di Puncak Cartenz saat ini kepada merdeka.com, Selasa (03/03)

"Saya anak yang tinggal di bawah gunung itu, salju sudah tidak terlihat," ujarnya menandaskan agar orang percaya.

Mama Yosepha, begitu dia disapa, bicara dengan logat Papua mengenang keindahan di atas ketinggian Puncak Jaya atau lebih kesohor dengan sebutan Cartenz Pyramid. Suku Amungme merupakan salah satu suku di Papua yang mendiami lembah-lembah di Kabupaten Mimika dan Kabupaten Puncak Jaya.

Menurut Mama, mereka tinggal di antara gunung-gunung tinggi, misalnya di Lembah Tsinga, Lembah Hoeya dan Lembah Noema serta lembah-lembah kecil seperti Lembah Bella, Alama, Aroanop dan Wa. Mereka hidup di sebelah utara dan selatan pegunungan tengah yang selalu diselimuti salju abadi.

Pegunungan Tengah merupakan punggung Papua, terdiri dari Pegunungan Jayawijaya–dekat perbatasan dengan Papua Nugini–dipisahkan oleh Lembah Baliem dari Pegunungan Sudirman dan Pegunungan Weyland di sebelah barat Danau Paniai. Dalam bahasa Amungme, salju abadi disebut nemangkawi (anak panah putih).

"Lain dulu lain dengan sekarang. Dulu salju begitu indah seperti anak panah," katanya lirih mengenang masa bocahnya.

Bagi Suku Amungme alam adalah sumber kehidupan. Suku ini tak pernah mencari nafkah kecuali di tanah milik leluhur mereka. Tanah digambarkan sebagai sosok seorang ibu. Dia memberi makan, memelihara, mendidik dan membesarkan dari bayi hingga lanjut usia hingga akhirnya mati.

Tanah dengan lingkungan hidup habitatnya dipandang sebagai tempat tinggal, berkebun dan berburu. Sedangkan pemakaman, gua, gunung dan air terjun dianggap sebagai tempat keramat. "Itu tempat arwah-arwah moyang kami," ujar tokoh Suku Amungme, Thomas Wanmang melalui seluler kemarin. Dia melanjutkan, "dulu udaranya dingin, kini semakin panas."

Memang getir mendengar kenyataan es di Puncak Cartenz--diambil dari nama penemunya John Cartenzoon pada tahun 1623--bakal hilang. Penyusutan luas permukaan es ini diperkirakan terjadi sejak 1850 hingga 1980, dari 20 kilometer persegi menyusut menjadi 16,4 kilometer persegi.

Padahal hasil ekspedisi ilmiah yang dilakukan tim peneliti CGE (Cartenz Glacier Expedition) dari Australia pada 1970-an pernah mencatat luas gletser di ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl) Cartenz waktu itu 6,95 kilometer persegi.

Sementara itu, hasil citra satelit IKONOS pada 2006 juga menunjukkan bukti lain. Penyusutan luas permukaan es mencapai 90 persen atau hanya tersisa sekitar 2,3 kilometer persegi pada tahun 2000 dan 2,1 kilometer persegi pada 2002. Dari penelitian-penelitian terkini banyak ahli memperkirakan umur salju abadi di Puncak Cartenz tidak akan lama lagi.

Ahli Iklim dan Laut Indonesia Dwi Susanto, mengatakan jika umur gletser di puncak Pegunungan Jayawijaya hanya bakal bertahan sekitar 20-30 tahun lagi. Pencairan itu, katanya, disebabkan oleh perubahan cuaca yang begitu ekstrem dalam kurun waktu lumayan cepat.

"Perkiraan salju di Puncak Pegunungan Jayawijaya bakal hilang dua atau tiga dekade lagi," kata Dwi Susanto dari Department of Atmospheric and Oceanic Science University of Maryland, College Park, Amerika Serikat.

Dwi merupakan peneliti yang tergabung dalam "Ice Core Studies of Climate and Environmental Histories from Papua’s Remaining Ice Fields". Penelitian ini melibatkan Ilmuan Indonesia dan Amerika Serikat dalam kurun waktu 2010-2013, bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta PT Freeport. Saat meneliti, Dwi masih tercatat bekerja di Lamont-Doherty Earth Observatory Columbia University, Amerika Serikat.

Dalam penelitian 2010, dia menambahkan, sisa gletser di Pegunungan Jayawijaya, tepatnya di Puncak Soekarno dan Soemantri Brojonegoro teridentifikasi paling banyak memiliki kandungan salju. Sedangkan Puncak Cartenz sendiri cuma menyisakan tumpukan salju beberapa kilo meter. "Kita tidak mengambil inti es di Puncak Cartenz, tapi di Puncak Soekarno dan Puncak Soemantri," ujarnya.

Adapun menurut pengamatan salah satu pendaki Tim 7 Summits Expedition, Iwan Irawan, pada 2010 ketika dia mendaki Puncak Cartenz bagian timur, salju abadi memang sudah tak terlihat lagi. Iwan melanjutkan, pada pendakian Cartenz sebelumnya, pada 2008, dia sudah memprediksi glester yang hilang sekitar 200 meter.

"Sudah enggak ada es, kalaupun ada itupun lagi ekstrem hanya salju saja, yang ditemukan batuannya," kata Iwan kemarin.

Dia pun memberi patok di lidah gletser sebagai tanda untuk mengukur mencairnya salju abadi di Pegunungan Jaya Wijaya itu. "Insya Allah bulan depan saya ke sana sekaligus mau melihat patoknya. Mudah-mudahan tidak hilang," ujarnya.

(mdk/mtf)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sadis! Ayah di Muara Baru Banting Anak hingga Tewas, Pelaku Dikenal Tempramen dan Pecandu Narkoba

Sadis! Ayah di Muara Baru Banting Anak hingga Tewas, Pelaku Dikenal Tempramen dan Pecandu Narkoba

Bocah di Muara Baru, Jakarta Utara tewas dibanting sang ayah Usmanto (43).

Baca Selengkapnya
Sisi Lain Mayjen Sungkono Pertaruhkan Nyawa Demi Surabaya, Sebelum Perang Selalu Jahit Pakaiannya Sendiri

Sisi Lain Mayjen Sungkono Pertaruhkan Nyawa Demi Surabaya, Sebelum Perang Selalu Jahit Pakaiannya Sendiri

Keterampilannya menjahit tak bisa dipisahkan dari masa kecilnya

Baca Selengkapnya
Detik-Detik Pria Hampir jadi Santapan Buaya saat Menyelam, Ternyata karena Ini Bikin Deg-degan

Detik-Detik Pria Hampir jadi Santapan Buaya saat Menyelam, Ternyata karena Ini Bikin Deg-degan

Saat mengabadikan momen keindahannya di bawah dasar laut, ia hampir menjadi santapan seekor buaya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Apa yang Terjadi Jika Kita Makan Salju dan Amankah Dikonsumsi?

Apa yang Terjadi Jika Kita Makan Salju dan Amankah Dikonsumsi?

Bagi sebagian orang, salju bisa terasa seperti hidangan musim dingin yang nikmat. Yuk, simak apakah salju aman untuk dikonsumsi!

Baca Selengkapnya
Dulu Tinggal di Rumah Kayu, Pria Ini Bagikan Perubahan Hidupnya Setelah Jadi TKI Jepang

Dulu Tinggal di Rumah Kayu, Pria Ini Bagikan Perubahan Hidupnya Setelah Jadi TKI Jepang

Abdul menghabiskan waktu kurang lebih 7 tahun untuk mengubah hidupnya di kampung.

Baca Selengkapnya
Sederhana Berlapis Kayu & Berlantai Semen Namun Kini Hangus dan Jadi Abu, Ini 8 Potret Rumah Masa Kecil Fikoh LIDA Sebelum Terbakar

Sederhana Berlapis Kayu & Berlantai Semen Namun Kini Hangus dan Jadi Abu, Ini 8 Potret Rumah Masa Kecil Fikoh LIDA Sebelum Terbakar

Simak potret rumah masa kecil Fikoh LIDa sebelum terbakar!

Baca Selengkapnya
Kisah Pilu Anak di Surabaya Disiksa Ibu, Dipaksa Minum Air Panas hingga Dicabut Giginya Pakai Tang

Kisah Pilu Anak di Surabaya Disiksa Ibu, Dipaksa Minum Air Panas hingga Dicabut Giginya Pakai Tang

Seorang ibu di Surabaya menyiksa anak kandungnya sendiri yang masih berumur 9 tahun secara sadis.

Baca Selengkapnya
Babak Baru Kasus Pembunuhan di Subang, Aksi Sadis Yosep Habisi Istri dan Anak Terbongkar Dalam Persidangan

Babak Baru Kasus Pembunuhan di Subang, Aksi Sadis Yosep Habisi Istri dan Anak Terbongkar Dalam Persidangan

Yosep merupakan otak pembunuhan terhadap istri dan anak kandungnya tersebut.

Baca Selengkapnya
3 Tahun Lalu Ditatap Bangga Sang Ayah yang jadi Perwira Polri, Kini Polwan Ini Tersenyum Haru di Atas Pusara Ayah

3 Tahun Lalu Ditatap Bangga Sang Ayah yang jadi Perwira Polri, Kini Polwan Ini Tersenyum Haru di Atas Pusara Ayah

Sukses ditatap bangga jadi abdi negara, kini dia hanya mampu tersenyum haru di atas sang pusara ayah.

Baca Selengkapnya