Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menjaga Candi Borobudur Tetap Lestari

Menjaga Candi Borobudur Tetap Lestari Candi Borobudur. ©2022 Merdeka.com/Purnomo Edi

Merdeka.com - Garis pembatas berwarna merah terpasang di tangga Candi Borobudur. Tak seorang pun diizinkan naik ke atas. Pengunjung hanya bisa menikmati pelataran candi Budha terbesar di dunia yang dibangun pada tahun 800 Masehi itu dari bagian bawah.

Semenjak dibuka kembali untuk wisatawan pada akhir tahun 2021, seiring pandemi Covid-19 yang menurun, pengelola melarang pengunjung untuk naik ke atas candi. Seratusan orang yang datang siang itu, Sabtu (18/6), cuma bisa berfoto-foto di sekitar relief yang terdapat di pelataran bawah dinding candi.

Para pengunjung juga belum bisa memasuki museum dan tempat pemutaran film karena masih ditutup. Hanya kandang gajah dan rusa serta taman anggrek yang bisa dikunjungi.

Seperti yang dilakukan Dian Titi (31). Warga Sleman, DIY itu datang bersama suami dan anaknya untuk berwisata ke Candi Borobudur. Dia kecewa karena tidak seperti kunjungan sebelumnya, kali ini tidak bisa naik ke atas candi.

Dian mengaku sempat membaca berita terkait rencana pemerintah menaikkan harga tiket naik ke atas candi menjadi Rp750.000 dengan alasan konservasi. Menurut Dian, harga itu terlalu mahal untuk wisatawan lokal.

"Tapi kalau wacana pembatasan pengunjung sih setuju karena ini kan tujuannya untuk menjaga kelestarian. Candi Borobudur itu kan warisan dari leluhur kita, jadi harus kita jaga. Saya sepakat dengan pembatasan pengunjung yang naik ke candi tapi enggak setuju kalau harga tiketnya dinaikkan," tuturnya ketika ditemui merdeka.com.

Terakhir berkunjung pada tahun 2016, Dian mengungkapkan banyak perubahan yang terjadi di kawasan Candi Borobudur. Area taman dan beberapa fasilitas pendukung kini tertata lebih rapi. Tidak ada lagi pedagang asongan di area pelataran candi. Demikian juga sampah yang tidak tampak berserakan.

"Lebih tertib sekarang. Lebih bersih dari sampah. Mungkin karena pengunjungnya juga belum terlalu ramai," ujarnya.

Saat membeli tiket masuk, Dian menyebut, belum ada kenaikan harga. Tarif untuk dewasa Rp50.000 per orang, sedangkan untuk anak-anak 3-10 tahun tiketnya Rp25.000. Pengunjung juga dilarang membawa botol minuman kemasan plastik saat memasuki area candi. Terkait pelarangan naik ke atas candi, Dian belum mendapat informasi sampai kapan kebijakan itu diberlakukan.

Sementara Sri (50), salah satu pedagang suvenir berharap tidak ada kenaikan harga tiket. Berjualan oleh-oleh dan suvenir sejak tahun 2000, Sri sangat menggantungkan pendapatannya dari jumlah pengunjung yang datang. Selama masa pandemi, penghasilannya menurun drastis karena Candi Borobudur ditutup.

"Kalau yang datang sedikit, nanti jualan saya sepi karena banyak pedagang lain juga," ujarnya.

Harapan yang sama disampaikan Heri (37), pedagang asongan minuman yang berjualan di area parkir Candi Borobudur. Dia khawatir wisatawan lokal akan berkurang karena harga tiket yang tidak terjangkau.

"Harga tiket masuk Borobudur jangan mahal-mahal biar banyak pengunjung yang datang ke sini. Kalau mahal tiketnya, yang datang pasti mikir-mikir mau ke sini," ujarnya.

Menko Luhut Bikin Heboh

Awal Juni lalu, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bikin heboh dengan mengumumkan kenaikan harga tiket Candi Borobudur. Wisatawan lokal akan dikenai tarif Rp750.000 sedangkan untuk turis asing, ditetapkan USD100 atau senilai Rp1,4 juta. Sedangkan untuk pelajar, ditetapkan tiket Rp5.000.

Luhut menjelaskan, harga tiket yang mahal itu untuk membatasi jumlah kunjungan. Dia menargetkan, kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur cukup 1.200 orang per hari. "Langkah ini kami lakukan semata-mata demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara," ucap Luhut seperti yang dia tulis di akun Instagramnya, Sabtu (4/6) lalu.

Luhut akan membuat aturan mewajibkan semua wisatawan yang masuk ke Candi Borobudur menggunakan jasa pemandu dari warga lokal. Tujuannya untuk menyerap tenaga kerja dari warga sekitar sekaligus menumbuhkan sense of belonging (rasa memiliki).

"Sehingga rasa tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan salah satu situs sejarah Nusantara ini bisa terus tumbuh dalam sanubari generasi muda di masa mendatang," tambahnya.

Pro kontra muncul di masyarakat. Ada yang setuju harga tiket dinaikkan karena selama ini banyak pengunjung yang tidak mematuhi aturan dengan naik ke stupa. Sementara pihak yang menolak menyatakan kenaikan harga tiket akan menyusahkan rakyat kecil.

Seperti disampaikan Kepala Wihara Mendut, Biksu Sri Pannyavaro Mahathera. "Rakyat kecil (umat Buddha pedesaan cukup banyak) sampai meninggal pun tentu tidak akan mampu naik ke atas candi melakukan puja atau pradaksina karena harus membayar sangat mahal bagi mereka Rp750.000 per orang," kata Pannyavaro, Senin (6/6)

Sepekan kemudian, saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Luhut menjelaskan dari mana harga tiket itu diputuskan. Luhut menyebut, penentuan itu berdasarkan studi yang mendalam bersama badan PBB UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization).

"Jadi mengenai Borobudur, kita bikin studi komprehensif dengan UNESCO, dan angka itu keluar," ucap Luhut, Kamis (9/6).

Dia memaparkan, kondisi Candi Borobudur saat ini telah mengalami pengurangan ketinggian dan kerusakan. Berdasarkan kajian dari berbagai ahli, candi yang dibangun pada Wangsa Syailendra berkuasa itu mulai terjadi pelapukan. Ditambah lagi perubahan iklim, erupsi gunung berapi dan gempa bumi menjadi tantangan tersendiri.

Luhut juga mengungkapkan rencana pembukaan jalan tol yang akan melintasi wilayah Borobudur bakal dilalui 26 juta pengguna jalan setiap tahunnya. Dengan akses yang semakin mudah, jumlah pengunjung Candi Borobudur berpotensi semakin meningkat ke depannya.

"Jadi dengan kita buka jalan tol sekarang, itu satu tahun akan masuk 26 juta orang, berapa juta bisa masuk ke Borobudur," terang Luhut.

Luhut menegaskan, penetapan tiket masuk Candi Borobudur mempertimbangkan berbagai kemungkinan tersebut, sekaligus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan revitalisasi cagar budaya tersebut.

Luhut menjawab keheranan sejumlah pihak yang mempertanyakan mengapa dirinya mengurus harga tiket masuk Candi Borobudur. Menurutnya, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi juga memiliki fungsi untuk mengoordinasikan sektor pariwisata sehingga dia terlibat dalam penetapan harga tiket masuk.

Dalam rapat itu, Luhut akhirnya menyampaikan, jika rencana kenaikan tiket Candi Borobudur ditunda. Keputusan itu diambil setelah munculnya pro dan kontra dan reaksi masyarakat yang menolak. "Jadi soal tiket itu saya kira kita hold (tunda) aja dulu. Kita lihat lagi nanti gimana baiknya," ujarnya.

Luhut memastikan tarif baru tiket Borobudur tidak terlampau tinggi jika dibandingkan dengan tiket tempat wisata sejenis di negara lain. "Ya kita lihat nanti, kita dengarkan lagi pendapat masyarakat. Tapi itu sudah kita bandingkan dengan seluruh dunia, ya harganya kira-kira segitu," ujarnya.

Luhut meminta masyarakat tidak nyinyir dengan keputusan terkait Borobudur. Sebab, keputusan dibuat berdasar studi dan data. "Jadi kita jangan jadi bangsa yang nyinyir gitu lho," ucapnya.

Menjaga Struktur Candi Borobudur

Kepala Balai Konservasi Borobudur Wiwit Kasiyati menjelaskan, upaya membatasi jumlah pengunjung, terutama yang naik ke atas Candi Borobudur harus dilakukan untuk menjaga struktur dan keausan batu candi. Semakin banyak pengunjung, akan mengikis batuan candi karena gesekan pasir yang terbawa sepatu dan pasir.

Angka maksimal 1.200 pengunjung per hari, lanjut Wiwit, didapatkan berdasarkan uji physical chalenge capacity. Tes itu dilakukan untuk mengukur daya dukung fisik candi untuk menerima beban pengunjung yang naik ke struktur.

"Karena keausan seperti itu kita akhirnya memutuskan pengunjung akan kita batasi. Tapi ini tidak serta merta dengan data itu saja," ujarnya.

Wiwit mengungkapkan, sejak selesai pemugaran besar-besaran yang dilakukan pada 1973-1983, pihaknya melakukan monitoring data setiap tahun. Ditemukan data, akumulasi tingkat keausan mencapai 3,59 cm sejak 1983.

Meski begitu, pihak balai tidak terlalu mengkhawatirkan penurunan struktur candi. "Kadang-kadang namanya sebuah bangunan diukur dia menyesuaikan diri itu hal yang wajar itu kata orang teknis ya. Jadi penurunan itu jangan dianggap berbahaya ya," tukasnya.

Sebagai lembaga di bawah Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek yang mendapat tugas dari UNESCO, Balai Konservasi Borobudur terus melakukan monitoring dan evaluasi keperawatan batu candi. Dari monitoring ditemukan kerusakan pada relief, ada retakan dan penggaraman serta sementasi. Selain itu, pihak balai juga melakukan pantauan hidrologi yakni pergerakan air di bukit dan sekitaran candi. Termasuk ada tidaknya retakan tanah.

"Kalau kita tidak waspada takutnya nanti terjadi terus penambahan kerusakan. Kerusakan yang belum bisa kita tangani karena faktor alam seperti iklim dan cuaca. Itu membuat kita agak repot menyelesaikan penanganannya karena ada penggaraman, sementasi terus jadi pelapukan, ausan terus melipir," jelasnya.

Merawat Candi Borobudur

Kerusakan yang paling mengkhawatirkan di Candi Borobudur berdasarkan pemantauan Balai Konservasi adalah relief yang makin aus. Dibandingkan 10 atau 20 tahun lalu, kondisi relief di dinding candi terus terkikis. Penyebabnya adalah faktor bahan material batu ditambah faktor sementasi dan penggaraman.

"Kita lakukan kajian dan pengembangan metode konservasi, barangkali kita bisa temukan cara penanganan relief yang aus. Relief aus itu kategorinya terlihat dari naturalisasinya, jadi aus itu menipis misal di bagian hidung mengikis jadi tipis," jelas Wiwit.

Proses konservasi dan pemeliharaan yang dilakukan selama ini dengan rutin melakukan pembersihan basah maupun kering terhadap Candi Borobudur. Pembersihan kering dengan pinset, sikat, kuas. Pembersihan basah dilakukan dengan air bertekanan tapi tekanannya tidak terlalu tinggi. Pemakaian air bertekanan ini tidak dilakukan di batu relief tapi untuk lantai dan batu polos.

"Kalau yang relief dibersihkan dengan dikuas. Karena relief sangat sensitif kalau disemprot air tekanan tinggi bisa rusak," kata Wiwit.

Belajar dari pengalaman abu Gunung Kelud dan erupsi Gunung Merapi 2010 lalu, Balai Konservasi kini menggunakan plastik untuk menutupi Candi Borobudur dari abu vulkanik. Saat itu, pembersihan abu cukup sulit dan membutuhkan waktu hingga dua bulan.

"Itu saja kami dibantu relawan dan masyarakat kalau kami sendiri yang bersihkan bisa lebih lama lagi," ujar Wiwit.

(mdk/bal)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
8 Tempat Wisata Magelang yang Indah dan Menakjubkan, Cocok untuk Liburan

8 Tempat Wisata Magelang yang Indah dan Menakjubkan, Cocok untuk Liburan

Salah satu daya tarik utama di Magelang adalah Candi Borobudur, sebuah situs warisan dunia UNESCO yang menjadi salah satu candi Buddha terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya
Candi Borobudur Dibangun Berdasarkan Ilmu Astronomi, Ini Buktinya

Candi Borobudur Dibangun Berdasarkan Ilmu Astronomi, Ini Buktinya

Ilmuwan menjelaskan posisi dan relief Candi Borobudur sarat dengan makna astronomi.

Baca Selengkapnya
Melihat Pertunjukan Tari di Relief Candi Borobudur, Sebuah Potret Kehidupan Masyarakat Jawa di Masa Lalu

Melihat Pertunjukan Tari di Relief Candi Borobudur, Sebuah Potret Kehidupan Masyarakat Jawa di Masa Lalu

Pertunjukan seni tari merupakan kesenian yang berkembang selama pembangunan Candi Borobudur.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Simbol Keharmonisan, Manisnya Bubur Candil Tak Pernah Bosan Dimakan

Simbol Keharmonisan, Manisnya Bubur Candil Tak Pernah Bosan Dimakan

Bentuk bulatan-bulatan kenyal dari adonan tepung ketan dalam bubur candil dianggap menggambarkan roda kehidupan yang berputar.

Baca Selengkapnya
Wisata Pakuhaji Bandung, Destinasi Berkuda yang Menarik Dicoba

Wisata Pakuhaji Bandung, Destinasi Berkuda yang Menarik Dicoba

Wisata Pakuhaji cocok untuk didatangi oleh Anda yang sedang ingin belajar berkuda.

Baca Selengkapnya
Potret Candi Bacem, Dulu Bangunan Megah Zaman Majapahit Kini Tersisa Tumpukan Batu Bata

Potret Candi Bacem, Dulu Bangunan Megah Zaman Majapahit Kini Tersisa Tumpukan Batu Bata

Sampai sekarang situs bersejarah yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit ini masih dikeramatkan masyarakat setempat.

Baca Selengkapnya
4 Tempat Wisata Sejarah yang Wajib Kamu Kunjungi di Jakarta, Cocok Banget untuk Nunggu Buka Puasa!

4 Tempat Wisata Sejarah yang Wajib Kamu Kunjungi di Jakarta, Cocok Banget untuk Nunggu Buka Puasa!

Setiap bulan suci Ramadan tiba, salah satu tradisi yang paling dinantikan adalah ngabuburit.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Candi Sumur Sidoarjo, Dibangun untuk Kenang Keluarga Kerajaan yang Enggan Tinggal di Istana

Mengunjungi Candi Sumur Sidoarjo, Dibangun untuk Kenang Keluarga Kerajaan yang Enggan Tinggal di Istana

Tepat di tengah-tengah bangunan candi terdapat sebuah sumur.

Baca Selengkapnya
10 Wisata Bandung yang Indah Memesona, Destinasi Wajib saat Berkunjung

10 Wisata Bandung yang Indah Memesona, Destinasi Wajib saat Berkunjung

Wisata Bandung ini bisa jadi destinasi liburan. Bandung menawarkan keindahan yang memesona, dari wisata edukasi hingga alam.

Baca Selengkapnya