Kota mengepung desa
Merdeka.com - Akhir tahun lalu saya menghabiskan waktu di kampung halaman di sebuah desa di pantai utara Gresik, tidak seperti biasanya, saya menghabiskan waktu cukup lama, satu minggu saya saya habiskan di Gresik. Sebagai seorang researcher, intuisi saya melihat dan menyaksikan betapa arus perubahan budaya telah masuk ke desa saya.
Kesan saya karakter desa pelan tapi pasti mulai tercerabut, dulu saya biasa menyaksikan setiap malam saya melihat orang bercengkrama di rumah sambil ngobrol tentang kehidupan sehari-hari, desa terasa hidup dan hangat, sekarang baru jam 8 saja jalanan desa sudah sepi, orang-orang udah masuk ke rumahnya masing-masing, suasana desa terasa sepi seperti di jalanan kampung-kampung kota.
Arus penetrasi budaya kota telah masuk ke desa, anak muda sudah enggan menjadi petani dan lebih menjadi buruh pabrik di kota. Televisi juga sangat berperan dalam merubah budaya desa, sinetron yang mempertontonkan keglamoran dan konflik rumah tangga dengan mudah di akses warga desa. Maka jangan heran anak muda desa sekarang sudah fasih bicara "lu" "gue" dalam percakapan sehari-hari.
Dalam konteks Indonesia pergeseran budaya desa - kota ini mungkin sebuah keniscayaan sejarah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang menggerakkan perubahan struktur ekonomi dari desa kota.
Hasil Sensus Penduduk 2010 yang di lakukan BPS menunjukkan proporsi penduduk yang tinggal di kota semakin tinggi, 49,8 penduduk Indonesia tinggal di kota. Bahkan Mckinsey dalam laporan terakhir memprediksi penduduk desa Indonesia tahun 2030 hanya tinggal 20% saja.
Dalam beberapa tahun ke depan merupakan tahun penting sebagai transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri dan informasi. Tanda-tandanya sudah kelihatan sekarang, 3 tahun yang lalu mungkin masih sedikit masyarakat desa yang menggunakan handphone, sekarang sebagian besar mereka sudah menggunakan handphone, bahkan anak mudanya sudah biasa berselancar di dunia maya dan bersosialisasi menggunakan media sosial.
Bila di kota pertumbuhan pengguna internet sudah mulai mengalami titik kejenuhan, sebaliknya di desa pertumbuhan pengguna internet sedang tinggi-tingginya. Salah satu program pemerintah juga mendorong kesana, Telkom dengan kampanye pemasangan 1 juta Wifi akan semakin memudahkan koneksi internet masyarakat Indonesia di segala lapisan.
Ada beberapa pihak yang harus khawatir dengan pergeseran desa - kota ini tentu. Pertama, Perusahaan - Perusahaan yang menarget masyarakat desa, pola komunikasi dan pendekatan kepada konsumen juga harus berubah.
Kedua, Partai politik yang berbasis masyarakat desa, PDI Perjuangan merupakan partai yang paling terancam dengan pergeseran ini, kalau PDI Perjuangan tidak merubah orientasi perjuanganya dari desa ke kota maka di masa depan Suara PDI Perjuangan akan semakin mengecil.
Ketiga, Ormas berbasis desa. Nahdlatul Ulama (NU) saat ini pelan-pelan sudah mulai terkena pergeseran desa-kota ini, NU juga harus mulai merumuskan strategi agar dia bisa di terima masyarakat kota.
Akhirnya pergeseran dari desa ke kota bukanlah sesuatu yang harus di takuti dan di hindari, pergeseran itu bila bisa ditangkap dengan baik justru akan menjadi peluang bagi siapa saja yang jeli dan mampu memanfaatkannya.
*CEO dan Founder ALVARA
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria Tak Dikenal Lempar Batu ke Mobil yang Parkir di Halaman Rumah, Aksinya Bikin Warganet Geram
Terlihat dua orang pria asing tiba-tiba melakukan aksi kejahatan. Mereka melempar batu besar ke arah mobil yang tengah parkir di halaman rumah.
Baca SelengkapnyaDesa di Tuban Ini Larang Warga Bangun Rumah Hadap Utara hingga Sembelih Kambing, Ini Alasannya
Masyarakat desa ini punya tujuh pantangan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat
Baca SelengkapnyaKisah Kehidupan Warga di Desa Terpencil di Wonogiri, Cari Rumput Harus Jalan Naik Turun Bukit
Mayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pria ini Bangunkan Warga untuk Sahur dengan Cara Unik, Putar Terompet Ala Militer Bak Kumpulkan Prajurit Apel
Sedikit berbeda dari yang lain, ia menuangkan kesan ‘militer’ dalam cara membangunkannya.
Baca SelengkapnyaKisah Desa di Pesisir Karawang Hampir Hilang Ditelan Abrasi, Warga Pilih Tetap Bertahan
Jalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.
Baca SelengkapnyaCerita Sukses Desa BRILiaN Banjar Wangi: Gagal Panen Padi, Ganti Tanam Ubi hingga Ekspor ke Luar Negeri
Kepala Kades Prasetyo menggandeng pelbagai instansi untuk membangun membangun desa Banjar Wangi. Salah satunya BRI.
Baca SelengkapnyaPeristiwa Aneh Sebelum Ibu Bunuh Anak Kandung di Bekasi
Bocah tak berdosa itu tewas di tangan ibu kandungnya yang berinisial SNF (26) pada Kamis (7/3) pagi.
Baca SelengkapnyaMenjelajahi Desa Tertua di Dataran Tinggi Dieng, Banyak Ditemukan Anak Berambut Gimbal dan 'Gembel Tua'
Walaupun sudah dipotong dan diruwat, beberapa anak rambut gimbalnya tetap tumbuh hingga menginjak dewasa.
Baca SelengkapnyaMenilik Desa Sekar Gumiwang yang Berada di Tengah Waduk Gajah Mungkur, Sempat Muncul saat Musim Kemarau
Di musim kemarau tahun 2023 lalu, desa tersebut kembali muncul ke permukaan.
Baca Selengkapnya