Merdeka.com - Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim dipandang lebih pro-Indonesia ketimbang rezim Barisan nasional telah berkuasa sejak negara jiran itu merdeka pada 1957. Karena itu wajar, jika sebagai orang berharap ia bisa menjadi perdana menteri Malaysia berikutnya.

Pandagan serupa juga dilontarkan Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq. Berikut penjelasannya saat ditemui Faisal Assegaf dari merdeka.com di ruang Komisi I, Selasa (19/6):

Menurut Anda, demokrasi di Malaysia tidak berkembang?

Setiap negara punya hak mengembangkan sistem demokrasinya. Tetapi sesuai amanat konstitusi, kita tetap harus berbicara ketika di satu negara terjadi pelanggaran hak asasi, pemberangusan hak-hak sipil. Kita tidak dalam posisi menilai sistem politik Malaysia demokratis atau tidak, itu urusan mereka. Tapi sistem politik mereka harus menunjukkan mereka menghormati hak asasi, termasuk warga Indonesia di sana. Begitu itu dicederai, bukan saja atas kepentingan Indonesia, atas kepentingan universal kita harus bicara.

Anwar Ibrahim pernah menyerukan negara-negara Asia tenggara, termasuk Indonesia, membantu menegakkan demokrasi di Malaysia. Apa komentar Anda?

Kalau kita bandingkan, sistem demokrasi di Indonesia jauh lebih maju dibanding Malaysia. Dari sisi kebebasan pers, Malaysia masih sangat terbatas. Kebebasan politik juga sangat terbatas dan bahkan upaya-upaya memperkuat hegemoni partai penguasa sudah terjadi. Secara moral politik dan bagian dari komitmen ASEAN, kita terus mendorong demokratisasi lebih maju. Kita akan terus dorong untuk itu.

Kita mau teriak apapun soal demokrasi di Indonesia, tidak akan didengarkan dengan baik oleh mereka (Malaysia) sepanjang kita tidak membangun kekuatan-kekuatan nyata yang punya efek menggetarkan.

Apakah Anda melihat kelompok oposisi Malaysia menjadikan Indonesia sebagai basis mereka mencari dukungan?

Dengan garis kebijakan politik luar negeri sekarang dan tidak menyenangkan Indonesia, kalau tidak ada niat baik melakukan perubahan, kelihatannya diperlukan satu rezim politik baru lebih bersahabat, mau bekerja sama menguntungkan antara Malaysia dan Indonesia.

Oke kita kritik sistem dan kebijakan politik di sana dan bahkan kalau perlu mendukung Anwar Ibrahim yang memang lebih ingin melihat hubungan bilateral lebih baik, secara bersamaan kita harus benahi juga kekuatan menggetarkan kita.