Keindahan manifesto perlawanan petani tembakau
Merdeka.com - Budayawan Mohamad Sobary masih ingat betul peristiwa hari itu, Kamis 12 April 2012. Di lapangan bola Desa Maron, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Temanggung, berkumpul kira-kira 10.000 petani tembakau. Keresahan terpancar jelas di wajah-wajah mereka. Keresahan yang berubah menjadi semangat perlawanan terhadap kepentingan-kepentingan yang mengganggu siklus kehidupan serta masa depan mereka.
Ribuan orang itu melakukan protes atas Rencana Peraturan Pemerintah (RPP) antitembakau yang sudah digulirkan sejak 2009. Produk politik ini mengatur atau mengendalikan dampak buruk hasil olahan tanaman tembakau terhadap kesehatan. Kebijakan yang diyakini bakal mematikan kehidupan petani dan industri tembakau.
Cara protes yang dilakukan petani cukup unik dan menarik perhatian Sobary. Mereka mengisap kretek bersama-sama. Asap kretek pun menyatu dengan kabut pagi yang turun dari puncak Gunung Sumbing. "Perlawanan mereka dahsyat. Perlawanan politik yang diungkapkan secara puitik, penuh cita rasa, ekspresi keindahan dalam simbol-simbol, makna mendalam yang penuh nilai estetika," ungkap Sobary saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (25/8).
Sobary melihat keseluruhan perlawanan petani tembakau dalam bingkai kebudayaan, tradisi dan mitos-mitos yang masih dipegang teguh masyarakat. Dia mulai menceritakan satu per satu keindahan manifesto perlawanan petani tembakau. Paling jelas terlihat ungkapan mereka yang disalurkan melalui bentuk gambar, poster serta puisi. Bunyinya kira-kira begini, 'Kalau RPP diberlakukan, Revolusi Jawabannya'.
Bingkai kebudayaan semakin terlihat jelas ketika sejumlah perempuan dan lelaki menyerukan perlawanan dalam bentuk tarian perang. Nama tariannya Sendratari Tundung Kolobendu. Setiap gerakannya menyiratkan makna segala daya dan upaya dilakukan untuk mengusir kegelapan. Kegelapan yang dimaksud adalah ancaman yang datang untuk mencelakai, menghilangkan dan mematikan tembakau. Tarian itu tak ubahnya seperti dongeng kisah heroik yang akhirnya dimenangkan petani setelah berhasil mengusir kekuatan jahat.
Tidak hanya tarian, perlawanan mereka juga diwujudkan dalam bentuk nyanyian atau tembang dalam bahasa Jawa. Tembang itu berjudul Kidung Pangkur Suro Greget. Ungkapan kemarahan berbalut keberanian dan semangat perlawanan. Kombinasi kekuatan yang dilantunkan dalam bait-bait nyanyian. Intinya menggambarkan kekuatan yang datang dari luar mencoba melawan kekuatan alam.
Alam selama ini memberi kehidupan berupa tanaman tembakau kepada masyarakat sekitar kaki Gunung Sumbing. Tembakau memenuhi segala kebutuhan masyarakat. Kidung perlawanan ini sebagai ekspresi terhadap ancaman asing yang mengganggu tembakau dan tatanan kehidupan mereka.
Pemandangan unik yang mewarnai protes petani tembakau adalah keberadaan dupa, bunga mawar melati serta tumpeng. Ini adalah sesajen kepada alam yang juga dipandang sebagai bagian dari sastra tanah Jawa. Masyarakat masih memercayai alam punya kekuatan dan peran besar dalam kehidupan mereka. Seolah akan ada kekuatan magis yang muncul dari dupa-dupa yang menyala dengan aroma yang menusuk hidung. Dalam sastra lisan Jawa, kemudian muncul namanya suluk dunia pedalangan. Sobary mulai melantunkan tembang Jawa
"Gandan ilir kembang gadung, kembang menurkang sumawur, hamabar gondoarum. Miwah oyot-oyotan, gugus sing dupo kumelun kelun, awur mego membo betoro."
Dari sini terlihat jelas bagaimana mereka melawan dalam ekspresi penuh kelembutan. "Perlawanan dengan kembang dan sajen itu sangat puitik. Petani melawan dan berperang dengan tembang. Saya menemukan sesuatu yang indah dan beda dari lainnya," katanya.
Ada ekspresi lain dalam perlawanan petani tembakau yaitu ziarah kubur leluhur, Ki Ageng Makukuhan. Mereka berziarah bukan untuk memenuhi kebutuhan rohani, melainkan bagian dari perlawanan. Mereka beramai-ramai ziarah kubur dan berdoa. Lebih tepatnya seperti melaporkan pada leluhur bahwa ada ancaman terhadap tanaman tembakau yang selama ini menghidupi mereka. Doa sebagai corak perlawanan. "Mereka melawan dengan doa dan doa itu ungkapan paling puitik."
Tidak hanya itu, mereka juga berziarah ke makam Mbah Brojosuro di Desa Lamok. Di makam itu pula ada sumber mata air. Mereka menggelar semacam demonstrasi. Mengapa mereka berdemonstrasi di makam atau kuburan? Ini sebagai ungkapan sekaligus sindiran bahwa mereka berdemo dan meminta perlindungan pada tokoh, pejabat dan pemimpin di Jakarta yang notabene masih hidup tapi ternyata tak bisa memberikan solusi. Jadi mereka menyindir dengan cara melapor pada orang-orang yang sudah mati, niscaya doa mereka lebih didengar dibanding mengungkapkan pada pemimpin negara.
Dari keseluruhan itu terciptalah kesimpulan bahwa sentuhan seni, budaya serta mitologi dalam manifesto perlawanan petani tembakau dibingkai dalam sebuah tradisi. Sesajen, ritual, dan ziarah kubur adalah bagian dari tradisi.
"Hidup mereka dipenuhi bingkai tradisi indah yang penuh arti. Tradisi itu unsur pokok kebudayaan. Tidak ada satu pun orang yang lepas dari kebudayaan. Sejarah lokal, mitologi, sikap, dan tingkah laku bagian dari kebudayaan, potret petani tembakau," tegasnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Samukrah mengingatkan bahwa terdapat jutaan masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertembakauan.
Baca SelengkapnyaTokoh perjuangan kemerdekaan asal Tanah Datar ini mulai dilupakan, bahkan namanya sendiri sudah diajukan sebagai pahlawan nasional sejak lama
Baca SelengkapnyaSelain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kasad meminta jika ada prajurit yang tidak netral untuk segera melaporkan ke institusi TNI.
Baca SelengkapnyaProduk tembakau yang ada saat ini saja yaitu dalam PP Nomor 109 Tahun 2012 sudah cukup proporsional dan tetap bisa dijalankan.
Baca SelengkapnyaApa itu Pemilu penting diketahui setiap warga negara.
Baca SelengkapnyaMahfud MD, Gibran Rakabuming dan Muhaimin Iskandar. Kira-kira, siapa ya yang paling tinggi menambah elektabilitas capresnya?
Baca SelengkapnyaCak Imin berharap agar Tim Hukum Nasional (THN) AMIN bisa sukses dalam sidang sengketa tersebut.
Baca SelengkapnyaKata Ketum PKB ini, dengan kesadaran maka bahwa pembangunan nasional, kebijakan nasional harus berpijak kepada yang namanya Keadilan.
Baca Selengkapnya446.219 prajurit TNI secara serentak di seluruh Indonesia dikerahkan untuk mendukung kelancaran pesta demokrasi jelang hari pencoblosan 14 Februari.
Baca Selengkapnya