Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kalau berkuasa Prabowo tidak bakal otoriter

Kalau berkuasa Prabowo tidak bakal otoriter Mahfud MD. ©2012 Merdeka.com/Dwi Narwoko

Merdeka.com - Ketika masih di luar lingkaran, Mahfud MD berpikiran seperti kebanyakan orang. Pandangannya soal Prabowo Subianto berubah ketika dia menjadi ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta Rajasa dalam pemilihan presiden.

Dia tidak pernah melihat Prabowo bersikap kasar atau berperilaku temperamental. "Selama bersama saya, orangnya banyak bergurau. Saya tidak pernah melihat dia marah kepada siapapun," kata Mahfud saat ditemui Rabu lalu di kantornya, Jalan Dempo nomor 3, Menteng Pegangsaan, Jakarta Pusat.

Berikut penjelasan Mahfud kepada Arbi Sumandoyo dan Faisal Assegaf dari merdeka.com.

Sebagai ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta, apa hasil evaluasi Anda secara internal?

Saya punya keluhan. Saya tidak punya sumber daya otoritas untuk mengeluarkan uang. Karena saya tidak tahu uang itu ada berapa. Mestinya saya perintah ini keluarkan uang. Tidak ada. Saya hanya kampanye saja. Urusan lain-lain ketika saya tanya ada uang, bendahara bilang tidak ada. Ya sudah, kita jalan saja.

Uang itu baru turun sesudah masa kampanye berlangsung tiga minggu. Anda boleh tanya ke semua tim kampanye, sampai tiga minggu pertama itu kami tidak punya uang. Misalnya, dana operasional saya sebagai ketua tidak ada. Baru kurang dua minggu itu, ada ini untuk daerah sekian, ini sekian. Itupun sudah kalang kabut.

Orang mengira wah, Prabowo banyak uang. Uang dari mana? tidak ada. Saya tanya ketika mengeluh ada orang perlu kaus sepuluh ribu. Tidak ada yang tahu mengambil di mana. Padahal saya sudah tua. Jadi selama ini ternyata pakai sedekah orang saja. Misalnya si A mau sumbang kaus, sudah cetak dalam bentuk kaus lalu dibagi sendiri.

Saya sering kasihan. Dari pelbagai daerah, relawan menunggu saya tiga hari minta kaus. Baru sesudah tiga minggu berjalan kampanye, uang mulai turun. Nah itu baru berjalan sesudah kampanye mau berakhir. Coba kalau dari awal, saya kira kita bisa lebih maksimal.

Karena sesudah turunnya uang operasional itu, kantong-kantong kampanye saya sudah ditutup dengan sembako, minyak goreng, dan sebagainya. Saya sudah telat. Itu pun di Jawa Timur masih imbang kita. 

Jadi selama ini kalau pergi ke mana itu bon saja kepada orang. Saya naik pesawat, nggak tahu dari mana pokoknya sudah ada tiket. Itu sudah ada yang urus. Tetapi juga bagi saya menjadi kegembiraan. Karena saya tidak ada urusan dengan uang sepeserpun dalam kampanye ini.

Suasananya solid tidak dalam koalisi?

Solid. Sangat solid, tetapi sama-sama tidak tahu kalau ditanya saya minta uang ke mana? Partaimu kok nggak bergerak? Partai itu kan lamban kerjanya. Saya panggil partainya, kenapa kok partai Anda tidak bekerja? "Uangnya tidak ada, Pak."

Lalu minta uang ke saya. Loh, saya mau mendisposisi siapa? Saya tidak tahu. Sudah, kerja sebisanya. Coba kalau saya diberi kewenangan dari awal mengatur. Di sana didatangi, di sana didatangi.

Apakah Prabowo tahu masalah ini?

Mungkin tahu, mungkin juga tidak. Karena saya tidak mau mengganggu dia dengan hal seperti itu.

Bukannya dana masalah penting dalam kampanye? Kenapa Anda tidak laporkan?

Mungkin sudah dibicarakan dengan koalisi. Misalnya mau pergi yang urus pesawat si A. Tapi kebijakan di luar itu, misalkan butuh uang sekian untuk bikin kaus, nggak bisa. Ini hebatnya tim ini kalau dari sudut saya nggak punya uang.

Tapi mungkin bisa dianggap tidak hebat ternyata ada yang mengurus. Kalau tim lain bisa mengirim mie instan lima ton ke suatu daerah di Jawa Tengah. Kita tahu. Kita nggak bawa apa-apa. Kita bawa orang saja minta dijemput. Daerahnya mengelus. Saya disuruh menjemput tapi tidak dikasih uang bensin.

Kalau melihat perolehan suara di masing-masing daerah, Anda melihat mesin koalisi partai ini berjalan?

Mesin partai tidak berjalan. Kalau kami jelas tidak ada uang. Sehingga saya jelas mengandalkan relawan. Saya sering merasa terharu, misalnya ke Kalimantan Barat, masuk ke pedalaman di sana. Banyak jenis spanduk, jaket, kaus, stiker, buku-buku.

Saya tanya siapa mengirim? Mereka buat sendiri karena punya kebanggaan mendukung. Artinya relawan kami betul-betul tidak dapat apa-apa. Ada juga relawan marah-marah. Misalnya kelompok partai non-parlemen.

Saya bilang kalau relawan itu rela dong kalau bekerja. Kalau tidak rela, bukan relawan namanya. Terus terang saya mau kasih uang tapi memang tidak ada uang. Mereka yang datang itu bergantian. Pengurus pusatnya, kemudian dari daerah ini, dari daerah ini.

Tapi bukannya laporan dana kampanye ke KPU sampai miliaran rupiah?

Iya tapi saya tidak hapal betul. Itu tadi saya katakan sudah ada yang mengurus. Ketika mau minta ke siapa, itu tidak ada yang tahu. Saya panggil bendaharanya, gimana posisi uang? Saya pegang hanya Rp 6 miliar, coba. Dengan orang bicara Rp 600 miliar atau  Rp 6 triliun barangkali, Ini Rp 6 miliar.

Ya sudah, bekerja. Telepon daerah, suruh bekerja sebisanya. Ketemu orang bilang kita timnya Prabowo. Ya saya tidak tahu kalau di belakang itu ada satu pengelolaan. Tetapi saya tidak.

Ada dua tokoh kontroversial di kubu Prabowo, yakni Fahri Hamzah dan Ahmad Dhani. Apakah mereka melakukan blunder selama kampanye?

Ya, mempengaruhi tapi tidak bisa kami hindari. Karena kita datang dari latar belakang berbeda-beda. Bahkan soal hari santri sinting itu pengaruhnya sangat besar sekali di Jawa Timur. Di Jember prediksi kami sebenarnya menang, tapi kalah akhirnya. Karena di sana serentak santri-santri lalu keliling dan bilang jangan pilih Prabowo. Itu antisantri.

Maksud Fahri bukan itu. Tapi ini kemudian diolah, digoreng sedemikian rupa sehingga seakan Prabowo itu antisantri. Kalau saya katakan kenapa hari santri? Kan lebih bagus hari kiai, karena kiai lebih dulu dari santri. Tidak jadi masalah ketika saya mengatakan.

Tapi ketika Fahri mengatakan, putar sedemikian rupa, demo besar-besaran di Jawa Timur. Tapi tidak apa-apa. Itu risiko dari pertemuan pandangan-pandangan dan sikap-sikap politik. Sehingga saya juga tidak menegur Fahri. Saya cuma katakan, "Sudah Mas, jangan dijawab lagi soal itu. Biar saya jawab."

Dari hasil hitung riil internal, lumbung suara Prabowo-Hatta ada di mana?

Jawa Barat, Banten, Sumatera Barat, Sumatera Selatan. Kemudian di Jawa Timur kita berbagi. Berbelah dua di Jawa Timur. Kita nggak hapal semua. Tetapi kalau Jawa Barat dan Banten memang jauh sebelum pemilihan presiden, kita sudah yakin di sana akan menang mutlak.

Misalkan Prabowo menang, Anda dijanjikan posisi apa?

Itu tidak terlalu penting untuk dibicarakan. Kan belum tentu menang, belum tentu kalah juga. Itu nanti saja. Yang jelas kalau di dalam politik itu selalu ada kompensasi politik.

Tidak mungkin orang di politik itu tidak ada kompensasi politik. Kalau bilang, “Saya berjuang demi agama, demi negara.” Saya kira kalau begitu nggak usah di politik, di masjid saja. Kalau di politik pasti ada.

Artinya ada yang dijanjikan?

Ada yang bisa dibicarakan. Saya kira sama saja. Di tempat Jokowi ada yang bisa dibicarakan meski bilang koalisi tanpa syarat. Tetapi nanti pasti ada kompensasi harus dibicarakan. Itu watak politik di mana-mana.

Kalau Prabowo kalah dan legowo, Anda bakal tetap di politik atau kembali ke dunia akademisi?

Saya di dunia akademisi kan tidak pernah pergi. Ya, nggak usah bilang kembali, memang sudah di dunia akademisi. Sejak saya jadi menteri, anggota DPR, ketua MK, saya terus mengajar. Tidak pernah tidak mengajar.

Cuma saya betul-betul menetralkan kampus dalam pemilihan presiden ini. Kalau masih pemilu legislatif kemarin saya ikut kampanye, saya masih mengajar. Tapi dalam pemilihan presiden, karena saya ketua tim pemenangan, saya tidak ke kampus manapun, menghentikan semua jadwal mengajar agar mahasiswa saya tidak ada yang merasa dikampanyei.

Lalu saya membatalkan semua jadwal ceramah di masjid-masjid. Padahal semuanya sudah saya setujui enam bulan lalu. Di masjid Istiqlal misalnya, saya punya dua jadwal. Saya minta maaf, saya tidak akan hadir karena saya ketua tim kampanye.

Karena di masjid itu ada ribuan orang pilihannya pasti beda. Saya batalkan semua agar orang tidak merasa kok ada tim sukses calon presiden berdiri di mimbar masjid atau memberi kuliah. Jadi selama dua bulan saya tutup. Tapi selama ini saya memang tidak pernah keluar dari dunia akademis.

Banyak yang menuding ketika Anda masuk menjadi ketua tim kampanye pilihan salah. Apakah itu kerugian bagi Anda sebagai seorang akademisi?

Itu pilihan sadar dilakukan dan saya tahu tudingan itu banyak. Tapi saya melakukan itu dengan sadar. Saya memilih di sini karena saya punya pikiran sendiri tentang politik Indonesia baik untuk Indonesia sebagai bangsa, baik untuk saya sebagai pribadi.

Terus terang saya agak kaget ketika menjadi tim kampanye itu. Ternyata banyak orang selama ini dikenal terlibat dalam gerakan pro demokrasi justru membantu di dalam. .

Ternyata banyak pendukungnya juga. Akademisi beberapa perguruan tinggi, beberapa profesor sudah terang-terangan deklarasi. Artinya, stigma seperti saya bayangkan sebelumnya itu keliru. Tidak sepenuhnya benar.

Penilaian salah itu jauh berkurang ketika saya di dalam. Banyak yang datang ke saya buat daftar dan itu orang-orang pro demokrasi juga.

Artinya masih ada kepercayaan di balik tudingan-tudingan negatif tersebut?

Iya. Masih tetap banyak. Misalnya saya sebut orang seperti Dawam Rahardjo, Taufik Ismail, kurang idealis apa mereka terhadap negeri ini.

Jadi Anda tidak merasa citra Anda sudah buruk karena bergabung dengan tim kampanye Prabowo?

Tidak. Dulu saya berpikir wah ini akan buruk, tapi akan saya ambil risiko itu. Sesudah masuk, nggak. Di dalam disambut oleh aktivis pro perjuangan juga. Terutama orang mengatakan, "Selamatkan negara dari ini, dari ini.”

Kalau Prabowo menang, Anda yakin Prabowo tidak akan berkuasa secara otoriter?

Tidak, tidak bakalan.

Kenapa Anda bisa yakin seperti itu?

Karena dia selalu mengatakan dia percaya pada demokrasi. Demokrasi itu tidak bisa dengan pemerintahan orang per orang, tapi pemerintahan bersama. Sebab itu, dia mengatakan misalkan dia menang, misalnya orang-orang PDIP mau bergabung di dalam pemerintahannya, akan diberikan tempat terhormat. Dia sudah bilang di mana-mana.

Pokoknya kalau ada yang baik di PDIP ke sini, nggak apa-apa. Mungkin pemerintahannya bergaya militer dalam arti tegas, tapi bukan otoriter. Dulu saya tidak pernah kenal Prabowo secara pribadi. Ya, bertemu seringlah di suatu tempat, salaman, mengobrol. Tapi kenal amat dalam itu tidak.

Teman dekat saya justru Luhut Pandjaitan. Yang ada di seberang, itu teman saya. Prabowo saya tidak kenal. Yang saya dengar Prabowo itu orang keras, temperamental, mungkin iya. Tetapi selama bersama saya, orangnya banyak bergurau. Saya tidak pernah melihat dia marah kepada siapapun. Saya tidak tahu apakah karena saya ini orang khusus atau apa.

Bahkan ketika ke Jember bersama dia, beberapa ibu menangis. Kenapa? Karena begitu turun dari pesawat, ketemu ibu-ibu bawa anak, anaknya digendong sama Prabowo. Sehingga ibu itu menangis, memeluk suaminya.

Kemudian terjadi lagi ketika kami di Bojonegoro. Ada apel di situ. Ada anak kecil, dia angkat. Artinya, segi-segi humanisnya itu ada. Tetapi, orang selama ini menganggap dia kasar. Saya tidak tahu apakah itu di luar penglihatan saya. Dengan saya juga biasa itu, bergurau biasa, ketemu biasa. 

Nah, saya belum pernah lihat temperamentalnya. Jadi saya tidak tahu kalau ada orang lain pernah menyaksikan. Kalau dengan saya tidak. Biasa saja, kayak orang Indonesia kebanyakan. Bergurau, bersalaman.

Apakah ada tekanan asing untuk menjegal Prabowo?

Saya tidak menganalisis itu secara dalam, tapi memang sedikit banyak saya merasakan. Ada memang kekuatan asing lebih suka kepada Jokowi. Tetapi juga tidak secara kategoris menolak Prabowo. Karena Prabowo juga pernah bertemu semua duta besar ada di Indonesia. Itu soal nanti lah. Boleh saja orang asing punya sikap.

Kekuatan asing itu apakah negara adikuasa? Atau pemegang hak veto di PBB?

Nggak tahu saya. Saya tidak memetakan itu karena saya tidak percaya itu akan efektif kalau orang sudah terpilih. Sebab itu saya tidak memetakan negara mana.

Di kawasan ASEAN, Anda melihat kebanyakan lebih banyak ke Jokowi atau ke Prabowo?

Tidak tahu saya.

(mdk/fas)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Prabowo Jawab Banyak Tuduhan Negatif: Apa Sih Takutnya dari Saya?

Prabowo Jawab Banyak Tuduhan Negatif: Apa Sih Takutnya dari Saya?

Prabowo Subianto buka suara soal banyak tuduhan negatif kepada dirinya pada Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya
Prabowo Sebut ‘Ndasmu Etik’, PDIP: Cerminan Ambisi Kekuasaan dan Sangat Melukai Rakyat

Prabowo Sebut ‘Ndasmu Etik’, PDIP: Cerminan Ambisi Kekuasaan dan Sangat Melukai Rakyat

Menurut Hasto, pernyataan Prabowo tersebut memperlihatkan sifat kekuasaan yang tidak memiliki etika dan moral.

Baca Selengkapnya
Prabowo: Raffi Ahmad Pendukung Setia Saya dari Belasan Tahun

Prabowo: Raffi Ahmad Pendukung Setia Saya dari Belasan Tahun

Prabowo memuji Zulhas sebagai sosok sahabat lama dan seperjuangannya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ini Alasan Prabowo Mendapat Julukan Sahabat Santri Indonesia

Ini Alasan Prabowo Mendapat Julukan Sahabat Santri Indonesia

Prabowo menyatakan bahwa julukan ini merupakan suatu kehormatan baginya.

Baca Selengkapnya
Prabowo Ajak untuk Mengakui Keberhasilan Bangsa Sendiri: Jangan Cari dan Ungkit Hal Negatif

Prabowo Ajak untuk Mengakui Keberhasilan Bangsa Sendiri: Jangan Cari dan Ungkit Hal Negatif

Prabowo menuturkan, Indonesia dalam keadaan yang sangat memungkinkan untuk bangkit menjadi negara hebat.

Baca Selengkapnya
Prabowo: Jangan Termakan Cuci Otak Indonesia Negara Miskin dan Tidak Mampu

Prabowo: Jangan Termakan Cuci Otak Indonesia Negara Miskin dan Tidak Mampu

Prabowo mengaku kagum dengan negara barat, tapi masalahnya mereka tidak mencintai Indonesia.

Baca Selengkapnya
Prabowo Ngaku Beberapa Kali Merasa akan Dipanggil Tuhan: Sudah 3-4 Kali Ucapkan Syahadat

Prabowo Ngaku Beberapa Kali Merasa akan Dipanggil Tuhan: Sudah 3-4 Kali Ucapkan Syahadat

Ia menegaskan bahwa saat berusia 18 tahun, komitmennya adalah siap mati untuk negara.

Baca Selengkapnya
Prabowo: Kau Lebih Suka Pemimpin Bicara Halus Kayak Profesor atau Tak Bicara Manis Seperti Saya?

Prabowo: Kau Lebih Suka Pemimpin Bicara Halus Kayak Profesor atau Tak Bicara Manis Seperti Saya?

Menteri Pertahanan tidak ingin berbicara yang manis-manis di depan publik.

Baca Selengkapnya
Prabowo: Hewan Saya Kasih Makan Baik ke Kita, Ada Manusia Diberi Dukungan Dibalas Kedengkian

Prabowo: Hewan Saya Kasih Makan Baik ke Kita, Ada Manusia Diberi Dukungan Dibalas Kedengkian

Dalam debat tersebut, Prabowo tampak diserang dua lawannya

Baca Selengkapnya