Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ismail F. Alatas (2): Majelis wadah eksistensi warga pinggiran

Ismail F. Alatas (2): Majelis wadah eksistensi warga pinggiran Ismail Fajrie Alatas (Twitter.com)

Merdeka.com - Fenomena majelis taklim yang dipimpin para habib di Jakarta memang berhasil membetot simpati warga pinggiran kota. Kopiah putih, gamis yang dibalut jaket hitam dengan sulaman benang emas di punggung bertuliskan “Majelis Rasulullah”, serta sorban dan bendera, seolah menjadi identitas tetap bagi jammaah pengajian majelis itu. Di manapun dan kapanpun majelis digelar, mereka tumpah di sana.

Misalnya, pengajian Majelis Rasulullah (MR) yang diasuh Habib Mundzir bin Fuad Almusawa serta Majelis Shalawat dan Zikir Nurul Musthofa (NM) yang dipimpin Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Dua pengajian itu diklaim memiliki jamaah terbesar nomor wahid di Ibu Kota. MR mengklaim memiliki 50 ribu jamaah, NM mengaku menggaet 20 ribu orang.

Diyakini sebagai keturunan Rasulullah melalui putrinya, Fatimah az-zahrah dan menantunya Ali bin Abi Thalib, gambar sang habib tersebar di mana-mana: dari baliho berisi undangan pengajian di pinggir-pinggir jalan strategis, hingga gang-gang sempit permukiman penduduk. Dakwah yang dulu dari rumah ke rumah itu telah menjadi sebuah pohon besar bercabang banyak.

“Kita harus ingat, yang ikut majelis ini orang-orang pingggiran Jakarta, dari Citayam, Depok, dan dari mana-mana. Mereka itu, selama ini tidak memiliki tempat di dalam ranah ibu kota yang semakin borjuis,” kata pemerhati diaspora orang-orang Hadrami di Asia Tenggara, Ismail Fajrie Alatas, sejarawan sekaligus kandidat doktor di University of Michigan, Amerika Serikat.

Berikut penuturannya saat ditemui Muhammad Taufik dari merdeka.com usai mengajar di Universitas Indonesia kemarin:

Bagaimana anda melihat perkembangan majelis taklim di Jakarta, terutama Nurul Muthofa dan Majelis Rasulullah?

Saya rasa Majelis Rasulullah dan Nurul Musthofa itu penerus dari majelis-majelis taklim yang ada sebelumnya. Tetapi yang sekarang berbeda. Habib Mundzir dan Habib Hasan itu masih muda dan mereka menggaet yang muda-muda. Mereka menggunakan konvoi motor dan lain-lain. Jadi hal-hal yang disukai anak-anak muda. Kan, Mundzir dan Hasan ini generasi baru. Sehingga mereka tahu yang dibutuhkan anak-anak muda.

Mereka menggunakan trik-trik marketing baru seperti, cara-cara fans club, memakai jaket berlambang MR, pakai nama logo dari pengajian itu. Kalau dulu majelis taklim tidak ada namanya, misalnya cukup Majelis Taklim Kwitang, Majelis Taklim Kramatjati, habib siapa, kiai siapa. Tapi kalau sekarang, majelis-majelis memakai nama logo, stiker, dan lain-lain.

Apakah peserta pengajian para habib, khususnya anak-anak muda, bisa dibilang mengalami kekeringan nilai-nilai spiritual?

Beberapa ahli mengatakan demikian, khususnya ahli-ahli yang berbicara mengenai urban priority, orang-orang seperti Julia Day Howell dan lain-lain. Mereka berbicara bahwa masyarakat perkotaan dengan tingkat individualistik tingggi, alienasi masyarakat terhadap hal-hal lebih luhur menyebabkan kekeringan dan dahaga luar biasa.

Kita juga lihat praktek-praktek keagamaan di kota yang manampakkan aspek rasional dari agama. Sehingga aspek emosional dan eksperiensial hilang. Sedangkan majelis-majelis MR dan NM ini justru mengedepankan aspek eksperiensial dan emosional. Mereka hadrah, membaca maulid nabi, bershalawat bersama, memakai gendang, membuat orang mendapatkan pengalaman spiritual yang tidak didapatkan dalam instruksi keberagamaan yang kering.

Ada yang menganggap ini hanya tren sesaat?

Enggak, saya rasa bukan tren sesaat. Karena kita juga harus ingat habibnya (Habib Mundzir dan Habib Hasan), keduanya anak muda. Semua yang terlibat di MR dan NM, mulai panitia, pengurus, dan lain-lain, mayoritas anak-anak muda.

Jadi ini bukan sebuah fase pencarian jati diri remaja?

Mungkin bagi sebagian orang ada yang hanya fase, ada juga orang-orang yang kemudian menjadi berkomitmen. Majelis ini sekarang sudah 10 tahun lebih, mereka yang tua juga masih memiliki hubungan emosional yang kuat dengan majelis itu. Tapi harus kita fahami, majelis ini dibuat oleh anak muda untuk anak muda. Memang Mundzir dan Hasan fokus pada masalah itu. Saat saya wawancarai, mereka benar-benar konsisten. "Kita untuk anak muda. Jadi kita tidak mau untuk orang tua.”

Kalau orang-orang tua tidak senang dengan kekisruhan oleh majelis-majelis seperti ini tidak apa-apa. Orang-orang tua sudah ada ustad-ustadnya sendiri. Yang penting mereka (anak-anak muda) jangan sampai ke narkoba, hedonistik, dan lain-lain.

Apa yang membuat kedua majelis itu begitu digandrungi masyarakat, khususnya anak muda?

Yang penting, anak-anak muda ini bisa mendapatkan ruang di mana mereka bisa mengeksperesikan emosinya.

Misalnya?

Yaitu dengan bershalawat atau sekadar konvoi di jalan-jalan.

Meski bikin macet?

Itu kan tidak apa-apa. Ini masalah visibilitas. Kita harus ingat, orang-orang yang ikut ini adalah orang-orang pingggiran jakarta. Dari Citayem, Depok, dari mana-mana. Anak-anak muda ini, seperti sering saya tulis, selama ini tidak memiliki tempat di dalam ranah Ibu Kota yang semakin borjuis. Tahu-tahu pada malam Minggu, mereka dengan kekuatan penuh bisa mengintervensi jalan dan waktunya kaum borjuis, iya kan?

Artinya?

Saya misalnya, bisa ke klub malam karena punya uang, punya mobil. Tapi mereka mungkin tidak bisa. Suruh bayar Rp 100 ribu kemahalan. Karena konvoi, saya gagal masuk ke klub dan kafe-kafe. Jadi ini seperti pengejawantahan orang-orang yang biasanya tersingkirkan, tahu-tahu menguasai ranah. Malam Minggu, malam senin, mereka menjadi visible (kelihatan), jadi ini “is all about visibility” dari orang-orang yang selama ini tidak pernah terlihat. Kedua majelis (Nurul Musthofa dan Majelis Rasulullah) ini memberi kekuatan eksistensi.

Mereka yang tadinya bukan siapa-siapa, dengan memakai jaket MR dan NM, lalu berkonvoi, mobil-mobil di jalan bisa mereka suruh menyingkir. Kadang ada manuver disengaja. (Habib) Hasan membikin majelis di malam tahun baru di Kemang. Itu kan disengaja. Orang-orang bilang, ini gimana sih, kalau pengajian di sana dong. Poinnya itu membuat kita marah dan orang-orang yang mau ke diskotik tidak nyaman. Itu berarti pengajian efektif.

(mdk/fas)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Momen Haru Penuh Tangis Bintara Polisi Jadi Perwira Tak Ada yang Pasangkan Pangkat, Sang Istri Baru Saja Meninggal⁠

Momen Haru Penuh Tangis Bintara Polisi Jadi Perwira Tak Ada yang Pasangkan Pangkat, Sang Istri Baru Saja Meninggal⁠

Seorang anggota Polisi yang baru saja dilantik menjadi perwira harus merasakan sedih karena sang istri meninggal dunia beberapa minggu sebelum ia dilantik.

Baca Selengkapnya
Jelang Debat Cawapres, Cak Imin: Banyak Istirahat Supaya Tidak Ngantuk

Jelang Debat Cawapres, Cak Imin: Banyak Istirahat Supaya Tidak Ngantuk

Debat ini pada intinya dapat memaparkan visi dan misi perubahan yang digagasnya.

Baca Selengkapnya
Anggota Polisi Umbar Senyum Dapat 'Istri Baru', Bukan Wanita Begini Wujudnya

Anggota Polisi Umbar Senyum Dapat 'Istri Baru', Bukan Wanita Begini Wujudnya

Sekelompok anggota polisi tampak sangat bahagia dan mengumbar senyum lebar mereka saat membuka hadiah istri baru dari atasan untuk menunjang tugas di lapangan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Muncul Gerakan Salam 4 Jari, Anies: Pesan Rakyat Mau Perubahan

Muncul Gerakan Salam 4 Jari, Anies: Pesan Rakyat Mau Perubahan

Anies memandang gerakan salam empat jari itu mencuat sebagai sebuah pesan yang ingin disampaikan masyarakat.

Baca Selengkapnya
Aksi Jenderal Bintang Dua Nyemplung Banjir-banjiran Atur Lalu Lintas

Aksi Jenderal Bintang Dua Nyemplung Banjir-banjiran Atur Lalu Lintas

Iqbal juga sesekali menyapa dan berbincang dengan para sopir yang sudah letih di padatnya kemacetan jalan.

Baca Selengkapnya
Keras Pesan Kasad Maruli Untuk Istri-istri TNI di Pemilu 2024 'Silakan Berkampanye, Jaga Nama Baik AD'

Keras Pesan Kasad Maruli Untuk Istri-istri TNI di Pemilu 2024 'Silakan Berkampanye, Jaga Nama Baik AD'

Dalam penyampaian pesan pada istri-istri di Pemilu 2024 tersebut, Maruli juga meminta agar nama Angkatan Darat selalu dijaga.

Baca Selengkapnya
Cak Imin: Ada Teman Bilang Kita Tidak Perlu Pilkada Lagi Kalau Pelaksanaannya Ancam Kepala Desa

Cak Imin: Ada Teman Bilang Kita Tidak Perlu Pilkada Lagi Kalau Pelaksanaannya Ancam Kepala Desa

Muhaimin atau Cak Imin pada siang harinya juga mencuitkan soal slepet.

Baca Selengkapnya
Pesan Istri Kasad Maruli Simanjuntak ke Ibu-Ibu Persit 'Jangan Takut Bersuara'

Pesan Istri Kasad Maruli Simanjuntak ke Ibu-Ibu Persit 'Jangan Takut Bersuara'

Uli juga berpesan agar setiap istri Perwira hadir menjadi bagian dari solusi untuk permasalahan anggotanya.

Baca Selengkapnya
Jenderal Polisi Pecat Anggota Polwan, Kapolres Langsung Coret 'Wajahnya' di Depan Anak Buah

Jenderal Polisi Pecat Anggota Polwan, Kapolres Langsung Coret 'Wajahnya' di Depan Anak Buah

Kapolda memutuskan terhitung mulai 31 Januari 2024, Bripka NA diberhentikan tidak dengan hormat dari Dinas Bintara Polri.

Baca Selengkapnya