Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dakwah di televisi lebih banyak hiburan ketimbang isi

Dakwah di televisi lebih banyak hiburan ketimbang isi Jalaluddin Rakhmat. (merdeka.com/Imam Buhori)

Merdeka.com - Jalaluddin Rakhmat menilai acara televisi dalam Ramadan kali ini tidak banyak memberikan informasi pada penonton. Justru banyak mengandung unsur hiburan.

Dia membandingkan dengan program Ramadan di televisi Iran yang selain menghibur juga mementingkan isi. Bahkan dia mengutip ungkapan Qiroati, salah satu pengisi acara televisi di Iran, “Kalau kalian bicara lima menit dan orang tidak tertawa, hentikan pembicaraan itu. Tapi jika kamu bicara setiap lima menit dan bisa membuat orang tertawa teruskan saja sampai kapan pun.”

Berikut penuturan Jalaluddin kepada Islahuddin, Muhammad Taufik, dan juru foto Imam Buhori dari merdeka.com saat ditemui di sekretariat IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) di Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (27/7) malam.

Apakah hal ini hanya terjadi di Indonesia?

Gejala ini hanya saya lihat di Indonesia. Televisi Mesir menampilkan ustad beneran. Artinya orang-orang paham agama seperti lulusan dari Al Azhar (Universitas Al Azhar, Kairo). Tidak pernah muncul mubalig-mubalig lawak. Di malaysia, juga saya lihat tidak muncul mubalig-mubalig seperti itu. Di Malaysia yang muncul di televisi itu benar-benar dididik menjadi ustad.

Di Iran lucu. Di sana ada mubalig terkenal, Qiroati namanya. Dia juga seorang ayatullah. Tapi dia menyenangkan dalam pembicaraannya. Artinya menghibur juga. Jadi mirip-mirip Zainuddin MZ. Zainuddin berbeda dengan ustad-ustad sekarang ini, latar belakangnya pesantren dan materi ceramahnya ada isinya. Walau dia cukup menghibur tapi materi tidak terlalu dangkal.

Qiroati itu lulusan pesantren. Tapi dia punya prinsip bicara di televisi. Dia pernah memberikan nasihat, “Kalau kalian bicara lima menit dan orang tidak tertawa, hentikan pembicaraan itu. Tapi jika kamu bicara setiap lima menit dan bisa membuat orang tertawa teruskan saja sampai kapan pun.” Maksudnya, dia memasukkan unsur humor itu sebagai hiburan. Tapi hiburan itu tidak menjadi inti, hanya strategi supaya orang betah mendengarkan. Kalau orang mendengar Qiroati, pendengar itu membawa catatan. Kalau mengikuti pengajiannya sekian kali, pengetahuannya itu bertambah karena selalu ada hal-hal baru. Ada pelajarannya, dia punya kurikulum.

Jadi kalau ada penonton sudah mengikuti selama satu tahun berturut-turut, pengetahuannya berbeda dengan yang ikut belakangan. Di Indonesia tidak, kita ikut ustad di televisi yang sama, 2-3 tahun, pengetahuan kita itu-itu saja. Dari sini saya menemukan ada efek atap. Misal pengetahuan ustad itu sampai atap, para pendengar akan menyusul sampai pendengar itu sama pengetahuannya dengan ustad itu. Setelah itu akan berhenti sehingga pendengar sudah tahu kapan ustad itu akan bicara ini, humornya akan bisa ditebak, dan kadang bisa menebak pada bagian mana mereka harus tertawa. Sudah jadi satu paket, tidak ada yang baru.

Tapi kita senang itu, seperti halnya kita suka sebuah lagu, kita suka mengulang untuk mendengarkan. Walau kita sudah tahu ujungnya, tapi senang. Begitu juga pemirsa mendengar ceramah para ustad itu, sudah tahu yang akan dibicarakan, bakal ke sana arahnya, tapi tetap saja di dengar, tetap saja senang. Itu kita sebut budaya pop.

Apakah ini hanya tren atau kalau tidak ada yang protes akan berjalan seperti itu terus?

Pertama , di Indonesia itu tidak ada organisasi bisa kita sebut sebagai pemantau media. Media itu hampir tidak ada kontrol kecuali kontrol komersial. Hanya kontrol keuntungan, lainnya tidak ada. Dulu masih mendingan ada Departemen Penerangan. Sekarang sebagai institusi pemerintah, Kementerian Informatika lebih sibuk dengan masalah perizinan ketimbang memperhatikan konten. Mestinya sekarang ada suatu gerakan sosial. Tapi gerakan sosial itu juga mendukung munculnya budaya pop itu karena mubalig sudah muncul di televisi akan populer di tengah masyarakat.

Dalam kebudayaan modern, terutama pengaruh televisi, seseorang memilih produk karena orang mengenal produk itu bukan karena kualitasnya. Sama halnya dengan iklan menggunakan faktor-faktor pengulangan. Repetisi dalam iklan itu hanya untuk memperkenalkan saja.

Mubalig itu seringnya muncul di televisi akhirnya dia dikenal oleh orang. Di masyarakat pun mubalig-mubalig itu populer bukan karena isinya, tapi lantaran sering muncul. Misal kalau ada pengajian di suatu tempat dan menyebut Mamah Dedeh sebagai pembicaranya, ibu-ibu akan berdatangan menghadiri itu. Bukan karena kualitasnya, tapi karena dikenal. Salah satu ciri dari televisi itu, dia datang ke rumah kita, dia bersama dalam ruang-ruang pribadi kita. Jadi seakan-akan yang sering muncul di televisi dia adalah bagian dari keluarga kita. Jadi ketika mubalig itu sering muncul di televisi orang kebanyakan akan menganggap, “Saya merasa kenal betul dengan orang itu.”

Dari yang saya dengar, honor mubalig televisi naik lebih tinggi dari ustad-ustad biasa. Harganya tinggi. Itu benar-benar diatur oleh prinsip pemasaran, prinsip media elektronik bersifat komersial.

Tapi masyarakat mau mengundang dan membayar mahal?

Iya karena pengaruh pemasaran itu tadi.

Mungkin kritik saya ini iri karena tak mampu. Mungkin juga ustad-ustad lulusan Mesir itu akan melancarkan kritik seperti saya karena tidak mampu bersaing dalam pasaran media. Namun, orang-orang yang pengetahuan agamanya ada biasanya tidak akan tertarik dengan acara-acara semacam itu.

Bagaimana dengan media sering mengatasnamakan awam dan rating untuk setiap acaranya?

Media mendefinisikan sendiri makna awam itu sekehendak dia. Jadi akhirnya, efek dari media adalah pembentuk tren. Jadi dia ikut menentukan tren. Agama seperti ini akan diminati oleh orang awam. Padahal selera orang awam juga dia yang mengatur. Sekiranya dia meningkatkan seleranya, selera awam juga akan meningkat.

Dalam dunia komunikasi memang menjadi problem antara siaran publik untuk mencerahkan dan mendidik massa dengan siaran komersial dan dalam persaingannya siaran publik selalu kalah dengan siaran komersial. Sehingga kalau di Inggris, kelompok-kelompok masyarakat dengan bantuan negara membikin siaran publik. Misal BBC, tidak tunduk pada pengendalian perusahaan iklan. Di Amerika juga demikian untuk penyiaran publiknya, ada kerja sama antara masyarakat dan negara.

Kita punya TVRI tapi kayaknya tidak dapat dukungan dari masyarakat. Menurut saya, ulama yang perhatian dengan media televisi itu bersama-sama membuat gerakan sosial. Sehingga yang muncul di televisi itu secara selektif menampilkan orang-orang berkualitas. Sampai sekarang saya juga bingung, mengapa hal ini hanya terjadi di Indonesia.

(mdk/fas)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bacaan Doa Witir dan Artinya, Perlu Diamalkan

Bacaan Doa Witir dan Artinya, Perlu Diamalkan

Membaca doa witir memiliki keutamaan dan kepentingan yang besar dalam agama Islam.

Baca Selengkapnya
Subhanallah, 7 Buah Ini Ternyata Buah Surga dan Ada di Dalam Alquran, Mana yang Sering Kamu Konsumsi?

Subhanallah, 7 Buah Ini Ternyata Buah Surga dan Ada di Dalam Alquran, Mana yang Sering Kamu Konsumsi?

Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi umat Islam, juga menyebutkan berbagai jenis buah-buahan, termasuk tujuh buah surga yang disebutkan sebagai perumpamaan.

Baca Selengkapnya
Memuliakan Ramadan dengan Perbanyak Menuntut Ilmu

Memuliakan Ramadan dengan Perbanyak Menuntut Ilmu

Seorang muslim tidak boleh menjadi orang yang bodoh, orang yang tidak memiliki ilmu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Dakwah Singkat Adalah Upaya Menyampaikan Ajaran Agama, Ketahui Contohnya

Dakwah Singkat Adalah Upaya Menyampaikan Ajaran Agama, Ketahui Contohnya

Contoh dakwah singkat dalam Islam berbagai tema yang penting diketahui.

Baca Selengkapnya
38 Tebak-tebakan Islami, Seru dan Menambah Wawasan

38 Tebak-tebakan Islami, Seru dan Menambah Wawasan

Tebak-tebakan ini membantu memperkuat pengetahuan agama Islam dan memperdalam pemahaman terhadap ajaran-ajaran Islam.

Baca Selengkapnya
10 Persiapan Jelang Ramadan, Perdalam Ilmu Agama dan Jaga Fisik

10 Persiapan Jelang Ramadan, Perdalam Ilmu Agama dan Jaga Fisik

Lakukan persiapan maksimal menjelang bulan yang paling ditunggu oleh seluruh umat muslim ini.

Baca Selengkapnya
Doa Barang Hilang agar Kembali Ketemu Menurut Islam, Ketahui Tuntunannya

Doa Barang Hilang agar Kembali Ketemu Menurut Islam, Ketahui Tuntunannya

Merdeka.com merangkum informasi tentang doa barang hilang agar kembali ketemu menurut Islam yang perlu kamu ketahui.

Baca Selengkapnya
Bacaan Istighfar 100 Kali Sesuai Ajaran Rasulullah dan Keutamaannya, Perlu Diamalkan

Bacaan Istighfar 100 Kali Sesuai Ajaran Rasulullah dan Keutamaannya, Perlu Diamalkan

Bacaan istighfar 100 kali bisa diamalkan umat Muslim karena memiliki banyak keutamaan.

Baca Selengkapnya
Doa Dijauhkan dari Maksiat, Ketahui Kiatnya dalam Islam

Doa Dijauhkan dari Maksiat, Ketahui Kiatnya dalam Islam

Umat muslim dianjurkan untuk terus berdoa memohon perlindungan Allah.

Baca Selengkapnya