Merdeka.com - Dalam sebulan Heri bisa meraup penghasilan bersih rata-rata Rp 1,2 juta bila sepi. Sedangkan jika demonstrasi dan pengajian ramai dia bisa memperoleh Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta.

Jumlah itu juga sangat dipengaruhi oleh keramaian lokasi tempat dia berjualan. Maka tidak mengherankan informasi lokasi-keramaian non pusat belanja sangat dia harapkan dari teman-temannya sesama pedagang.

Seperti saat dia beristirahat di kolong jembatan rel kereta di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Jumat siang pekan lalu. Seorang pedang soto berlogat Madura memberitahu begitu ramainya demonstran antikenaikan harga bahan bakar di depan gedung MPR/DPR. “Ah, yang bakal ramai nanti di depan Istana, ada Front Pembela Islam (FPI) mau demo juga nanti habis Jumatan,” kata Heri kepada merdeka.com.

Dia dan rekan-rekannya sesama pedagang kerap bertukar informasi lokasi demonstrasi atau pengajian lewat telepon atau pesan pendek. Kadang, dia mengikuti perkembangan berita di televisi atau surat kabar.

Heri mengatakan informasi soal demonstrasi selama ini paling banyak dari para pedagang yang mangkal di Tanjung Priok, Blok M, Monas, Senayan, dan Gambir. Sikap supel dan ramahnya kepada setiap orang baru dia temui sepadan dengan jumlah temannya yang begitu banyak di berbagai kawasan di Jakarta.

Jika mendatangi lokasi baru, dia biasanya bicara dengan pedagang setempat. Dia menegaskan langkah itu sangat penting karena informasi tentang unjuk rasa atau pengajian tidak selalu muncul di media massa.

Bila info yang dicari telah diperoleh, dia lebih cenderung memilih tempat terdekat dari lokasi jualannya ketika itu. Pertimbangan lainnya adalah jumlah demonstran atau jemaah yang bakal datang.

Jika tiba di lokasi masih sepi, Heri akan menanyakan kepada polisi yang berjaga tentang perkiraan massa yang akan hadir. Bila membludak, dia akan menghubungi bosnya untuk menyiapkan handuk dan sapu tangan lebih yang akan diambil jika dagangan ludes sebelum sore.